Munculnya 2 Aliran Puang Nene yang Diduga Sesat di Bone

Munculnya 2 Aliran Puang Nene yang Diduga Sesat di Bone

Agung Pramono - detikSulsel
Rabu, 05 Apr 2023 06:30 WIB
Pengikut aliran Puang Nene di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Foto: Pengikut aliran Puang Nene di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel). (dok.istimewa)
Bone -

Aliran Puang Nene yang diduga sesat di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) bikin heboh dua pekan terakhir. Sudah ada dua aliran Puang Nene yang berbeda mencuat ke publik.

Baru-baru ini, muncul lagi aliran Puang Nene Tambero di Kelurahan Lonrae, Kecamatan Tanete Riattang Timur. Aliran ini berbeda dengan Puang Nene di Yayasan Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara, di Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng.

"Tidak sama dengan aliran yang diselidiki Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan dalam Masyarakat (Tim Pakem). Yang dimaksud Puang Nene yang di Lonrae itu adalah Puang Nene Tambero," kata Kepala KUA Tanete Riattang Timur Abdurahim Riduang kepada detikSulsel, Selasa (4/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abdurahim menjelaskan istilah Puang Nene merupakan bentuk penghormatan kepada guru dan nenek moyang. Penyebutannya untuk menunjukkan orang yang dimaksud dianggap sakral.

"Jadi Puang Nene itu hanya sebutan penghormatan kepada orang yang mereka sakralkan sekaligus guru panutan mereka. Karena menurut mereka lancang sekali kalau langsung menyebut nama," sebutnya.

ADVERTISEMENT

Abdurahim kemudian menyebut orang-orang yang terlihat dalam video viral terkait Puang Nene Tambero bukan pengikut. Mereka disebut keluarga satu rumpun.

"Para pelaku dalam ritual adat kemarin adalah cucu dari Puang Nene Tambero. Mereka semua satu rumpun," jelasnya.

KUA Dalami Rekam Jejak Puang Nene Tambero

Kendati demikian, Abdurahim mengaku akan mendalami rekam jejak aliran Puang Nene Tambero yang dituding sesat. Aliran ini disebut sudah pernah diproses kepolisian.

"Untuk lebih jelasnya kita periksa kembali rekam jejaknya yang sudah diproses dulu. Karena aliran Puang Nene Tambero ini pernah mencuat di permukaan baik di Bone maupun di luar Bone sampai ke Bawakareng," kata Abdurahim.

Dia mengatakan aliran rekam jejak Puang Nene Tambero sudah ada di Polres Bone dan Polda Sulsel. Dia bahkan menyebut aliran ini sudah lama ditangani polisi.

"Kalau mau tahu lebih jauh soal Tambero bisa ke kepolisian. Ada rekam jejaknya di Polres Bone dan Polda Sulsel," sebutnya.

Abdurahim pun mengaku belum bisa memastikan aliran Puang Nene Tambero sesat atau tidak. Abdurahim menyebut belum menemui kriteria aliran sesat.

"Untuk sementara kami belum menemui menyalahi dari 10 poin yang sudah ditetapkan MUI. Tetapi, insyaallah kami dan MUI akan tetap mendalami jika ada yang ditemukan akan kami infokan," jelasnya.

"Cuman memang tidak bisa dipungkiri karena namanya aliran kepercayaan dan keyakinan yang sudah berakar pasti masih ada akar-akarnya. Apalagi cucu-cucunya sendiri yang menerima langsung," sambung Abdurahim.

Untuk diketahui, aliran Puang Nene Tambero bikin heboh setelah disebut melaksanakan ritual membawa sesajen demi mennghormati leluhur. Ritual itu dilaksanakan menjelang puncak Hari Jadi Bone (HJB) ke-693.

"Kejadian tersebut adalah hanya sebatas ritual adat dalam rangka mengenang leluhur nenek moyang mereka yang disebut Puang Nene Tambero," kata Lurah Lonrae Andi Aynal Qitri kepada detikSulsel, Selasa (4/4).

Aynal mengatakan ritual itu dilaksanakan di salah satu rumah warga bernama Basri di Lingkungan Benteng, Kelurahan Lonrae, Kecamatan Tanete Riattang Timur, Bone pada Sabtu (1/4).

"Ritual ini dilakukan pada momen HJB yang dilakukan secara pribadi dan di lingkungan keluarga sendiri," tambahnya.

Aliran Yayasan Puang Nene di Libureng

Sebelumnya, aliran Puang Nene di Yayasan Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara juga bikin heboh. Pemerintah melalui Tim Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan dalam Masyarakat (Pakem) turun tangan mengusut dugaan sesatnya.

Aliran ini diduga sesat setelah disebut tidak melaksanakan salat lima waktu hingga pemimpinnya mengaku sebagai nabi. Namun belakangan mereka membantah tudingan tersebut.

"Kalau masalah salat lima waktu tetap, mengakui Allah SWT sebagai tuhannya, Nabi Muhammad SAW sebagai Rasulnya. Ada pengurusnya sudah berapa kali berangkat umroh, bahkan mendaftar haji reguler," kata Wakil Ketua Tim Pakem Tingkat Kabupaten Bone Andi Hairil Akhmad kepada detikSulsel, Selasa (28/3).

Hairil menerangkan, aliran Puang Nene yang dibawahi Yayasan Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara ini tidak melarang bagi anggotanya untuk salat. Mereka mengklaim tetap menjalankan ajaran sesuai syariat Islam.

"Terkait ada katanya beli kursi di akhirat mereka bantah, iuran Rp 750 ribu juga tidak ada juga. Memang ada iuran tapi itu setelah panen bisa Rp 10 ribu atau Rp 20 ribu, pokoknya seikhlasnya," ucapnya.

"Termasuk diisukan bawa sesajen ke sungai itu tidak ada, cuman pernah memang ke sungai tangkap ikan, dan bawa nasi sendiri dari rumah lalu makan bersama," beber Hairil.

Namun Hairil mengaku pihaknya belum bisa menyimpulkan persoalan ini. Tim Pakem masih sementara melakukan pengumpulan bahan keterangan dan pengumpulan data.

"Tetap masih puldata dan pulbaket. Nanti kalau sudah dianggap cukup baru rapat dan diundang MUI. Kita masih butuh data sebagai pendamping, belum bisa disimpulkan sementara, apalagi ini baru juga klaim dari mereka," jelas Hairil.

Pengikut Yayasan Puang Nene Diberi Pembinaan

Kantor Kemenag Bone kemudian memberikan pembinaan kepada pengikut Puang Nene di Yayasan Al Mukarrama Al Khaerat Segitiga Emas Sunda Nusantara setelah sebelumnya dituding sesat. Sebanyak 15 pengikut menjalani pembinaan tersebut.

"Ada beberapa orang yang dipanggil dari Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng. Sekitar 15 orang pengikut paham dari aliran Puang Nene untuk dilakukan pembinaan," kata Kepala Kantor Kemenag Bone Abd Hafid M Talla kepada detikSulsel, Selasa (4/4).

Pembinaan tersebut dilaksanakan di Aula Kantor Kemenag Bone, Senin (3/4). Kegiatan itu juga diikuti oleh penghulu dari Kecamatan Libureng, penyuluh agama, dan pengurus masjid.

Hafid mengatakan 15 orang yang dipanggil bukan pengikut langsung Puang Nene, tetapi pernah bersentuhan dengan alirannya. Mereka dibekali untuk tetap waspada dengan paham yang sedikit melenceng dari paham keagamaan.

"Kita memberikan pemahaman keagamaan bagi masyarakat terkait paham yang sering melibatkan masyarakat dengan doktrin yang kami anggap melenceng, bahkan tidak berkesesuaian. Maka kami mengingatkan untuk tetap waspada," sebutnya.

(asm/hsr)

Hide Ads