Geolog Sarankan 19 Rumah-1 SD Terdampak Tanah Retak di Pinrang Direlokasi

Geolog Sarankan 19 Rumah-1 SD Terdampak Tanah Retak di Pinrang Direlokasi

Muhclis Abduh - detikSulsel
Jumat, 10 Jun 2022 19:23 WIB
Tanah retak sepanjang 2 kilometer dengan kedalaman hingga 1 meter terjadi di Kampung Ratte, Desa Suppirang, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang,
Tanah retak di Pinrang. Foto: (dok. istimewa)
Pinrang -

Tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah berkunjung ke lokasi tanah retak di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel). Hasilnya, 19 rumah, 1 SD, termasuk Puskesmas Pembantu (Pustu) disarankan direlokasi.

"Kami sampaikan, ada 19 rumah di sana yang masuk kategori rawan, juga satu sekolah dan satu Puskesmas pembantu," ujar Kepala Sub Koordinator Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Gerakan Tanah (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumaryono kepada media, Jumat (10/5/2022).

Sumaryono menjelaskan, berdasarkan hasil kunjungan ke lokasi tanah retak di Desa Suppirang, Kecamatan Lembang tersebut, 19 rumah, 1 desa dan 1 Pustu sudah sebaiknya direlokasi. Meskipun, ia mengakui proses relokasi pada dasarnya tidak mudah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Relokasi sebenarnya pilihan terakhir, tetapi kalau melihat perkembangan nantinya retakan terus bertambah besar, maka tentu opsi relokasi harus dilakukan," bebernya.

Terutama yang menurutnya mendesak untuk relokasi yakni bangunan SD dan Pustu tersebut. Dua bangunan ini merupakan bangunan vital dan akan sangat berbahaya jika sewaktu-waktu terdampak retakan kembali.

ADVERTISEMENT

"Tidak mudah merelokasi, tetapi yang perlu prioritas SD yang perlu segera dipindahkan sebab anak-anak yang belajar di situ. Sebaiknya mereka tidak lagi menggunakan sekolah itu," sarannya.

Selain itu, PVMBG juga meminta Pemda maupun warga segera menutup lubang retakan yang sudah ada. Hal ini untuk mengantisipasi retakan kian meluas.

"Sebagai bentuk antisipasi retakan tidak membesar, kami sudah sampaikan kepada Pak Desa bersama warga untuk menutup retakan dengan material berupa tanah," kata Sumaryono.

Sumaryono juga menyarankan pemerintah dan warga setempat di membuat aliran air dari retakan yang terjadi. Pembuatan aliran air ini agar bekas retakan tidak tergenang ketika hujan.

"Segera buat aliran air supaya kalau hujan air tidak tergenang di retakan tadi sehingga bisa menyebabkan longsor," jelasnya.

Adapun penyebab retakan tanah tersebut menurutnya dipicu curah hujan tinggi dan kondisi lokasi yang berupa lereng-lereng. Ketika hujan turun, maka air tinggal di dalam retakan tersebut.

"Kondisi alam memang lereng terjal di sana. Rawan terjadi bencana saat curah hujan tinggi," paparnya.

Sumaryono menegaskan, secara resmi rekomendasi dari hasil kunjungan tersebut akan segera disampaikan ke Pemda Pinrang. Rekomendasi ini yang akan menjadi dasar bagi Pemda Pinrang untuk melakukan langkah selanjutnya.

"Kami akan komunikasi dengan BPBD, kami akan akan sampaikan rekomendasi yang segera perlu dilakukan," tegasnya.

Pemda Pinrang Tunggu Rekomendasi Resmi

Sekda Pinrang, Andi Budaya mengakui pihaknya telah bertemu dengan Tim PVMBG. Dari hasil pertemuan dilaporkan perlunya segera merelokasi rumah, bangunan SD, dan Pustu di lokasi terdampak tanah retak.

"Kami sudah bertemu, namun surat secara resmi rekomendasi belum ada. Kalau sudah terbit surat rekomendasi secara resmi, itu menjadi dasar bagi kami untuk relokasi terutama sekolah dan Pustu di sana," bebernya.

Sementara itu, Kepala BPBD Kabupaten Pinrang Mattalatta mengatakan PVMBG telah mendatangi lokasi tanah retak dan menggambar alur retakan. Nantinya hasil tersebut akan dilaporkan ke kantor pusat dan akan keluar sebagai rekomendasi.

"Sudah melakukan penelitian selama dua hari. Dia (PVMBG) kembali ke Bandung (kantor PVMBG) dulu, nanti akan dikirim secara tertulis rekomendasi mereka," paparnya.

Diberitakan sebelumnya, Pemkab Pinrang akan mendatangkan ahli geologi mempelajari kasus tanah retak kurang lebih 2 kilometer di Kampung Ratte, Desa Suppirang, Kecamatan Lembang. Apalagi situasi ini yang membuat 80 kepala keluarga (KK) di wilayah itu dievakuasi.

"Kami mau minta ke pusat datangkan ahli geologi," ungkap Bupati Pinrang, Andi Irwan Hamid kepada detikSulsel, Kamis (12/5).

Irwan mengaku, perlu mendatangkan ahli geologi untuk mendapatkan data secara lengkap kondisi tanah yang retak. Masukan dari para ahli nantinya akan dijadikan rujukan apakah masyarakat dapat aman bermukim di lokasi terdampak.

"Biarkan ahli nanti yang memberikan penjelasan mengapa tanah retak bisa terjadi," tegasnya.

Halaman 2 dari 2
(asm/nvl)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detiksulsel

Hide Ads