TPA Ditutup Warga, Kantor Camat di Polman Disulap Jadi Tempat Sampah Dadakan

Sulawesi Barat

TPA Ditutup Warga, Kantor Camat di Polman Disulap Jadi Tempat Sampah Dadakan

Abdy Febriady - detikSulsel
Sabtu, 19 Mar 2022 16:07 WIB
Kantor Camat Wonomulyo di Kabupaten Polman, Sulbar dijadikan tempat pembuangan sampah.
Foto: Kantor Camat Wonomulyo di Kabupaten Polman, Sulbar dijadikan tempat pembuangan sampah. (Abdy Febriady/detikcom)
Makassar -

Halaman kantor Camat Wonomulyo di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) terpaksa dijadikan tempat pembuangan sampah sejak akses tempat pembuangan akhir (TPA) ditutup warga. Alhasil bau busuk menyeruak di kantor pemerintahan tersebut.

Pantauan detikcom, Sabtu (19/3/2022), tumpukan sampah menimbulkan aroma membusuk. Sampah yang menggunung itu berasal dari limbah rumah tangga dan pasar. Tampak petugas memilah sampah sebelum dibakar.

"Pemusnahan yang sekarang dilakukan oleh teman-teman adalah jalan terakhir, daripada kita tidak berbuat sama sekali," kata Camat Wonomulyo Sulaeman Mekka kepada wartawan, Sabtu (19/3).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengaku sampah yang dimusnahkan berasal dari sejumlah tempat di daerah. Sampah tersebut sudah berhari-hari tertampung di atas mobil kontainer karena ketiadaan tempat pembuangan sampah sementara.

"Memang kemarin sudah saya sampaikan sama teman-teman, agar sampah yang berada di dalam kontainer untuk sementara ditumpahkan di halaman kantor camat, supaya bisa diproses, karena tidak ada tempat pembuangan sementara," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Kantor Camat Wonomulyo di Kabupaten Polman, Sulbar dijadikan tempat pembuangan sampah.Foto: Sampah di kantor Camat Wonomulyo, Polman, Sulbar dibakar. (Abdy Febriady/detikcom)

Dia menambahkan pihaknya masih berupaya mencari jalan keluar untuk menangani persoalan ini. "Karena ini sifatnya darurat, yang penting tetap dijaga," tutur Sulaeman.

Sulaeman mengatakan pihaknya kesulitan mencari lahan di Kecamatan Wonomulyo untuk dijadikan tempat pembuangan sampah sementara. Kalau pun ada, lokasinya dekat dengan permukiman warga.

"Di Wonomulyo untuk tempat pembuangan (sampah) sementara belum ada. Karena tidak ada lahan, berada di posisi pemukiman semuanya," imbuhnya.

Sulaeman pun berencana mengadakan alat rakitan khusus untuk mengolah atau memusnahkan sampah. Mesin pengolah sampah yang diharapkan bisa efektif mengurangi tumpukan sampah di kantor kecamatan.

"Karena ini (masalah sampah) tidak bisa dibiarkan terus. Kemarin saya berkunjung ke tempat teman, melihat upaya mereka mengurangi sampah dengan cara diproses menggunakan alat khusus yang dirakit sendiri," ucap dia.

"Kalau mesin tersebut bisa diciptakan dengan ukuran lebih besar, diharapkan bisa menjadi solusi untuk mengatasi persoalan sampah di daerah ini," lanjut Sulaeman.

Menurutnya, untuk membuat mesin pengolah sampah yang dimaksud membutuhkan anggaran besar. Rencana ini Diharap mendapat dukungan pemerintah lewat APBD.

"Untuk membuat mesin ini, membutuhkan modal, anggarannya sekitar Rp 180 sampai 200 juta. Mesinnya bisa dirakit sendiri, dan Insya Allah bisa mengantisipasi sampah di Kecamatan Wonomulyo," imbuhnya.

Apalagi produksi sampah di Polman terus meningkat. Volume timbunan sampah diperkirakan akan melonjak dua kali lipat saat bulan suci Ramadan mendatang.

"Kalau rencana (mesin pengolah sampah) ini di-acc (mendapat persetujuan) oleh pimpinan, karena proses perakitan mesin membutuhkan waktu tidak lama, sekitar lima belas hari, Insya Allah masalah sampah bisa teratasi, khususnya pada bulan Ramadan bisa kita antisipasi," ungkap Sulaeman.

Dai berharap warga mendukung proses penanganan sampah. Caranya dengan melakukan pemilahan jenis sampah, serta tidak membuang sampah pada sembarang tempat.

TPA Ditolak-Ditutup Warga

Sebelumnya, kantor kecamatan yang dijadikan tempat pembuangan sampah imbas dari ditutupnya TPA di Desa Laliko, Kecamatan Campalagian, Polman. Kehadiran TPA di kawasan perbukitan ditolak warga, hingga akses ditutup dengan memasang portal.

"Alasan warga kenapa menolak, karena secara kontur tanah, warga di sini masih mengandalkan air sumur untuk air minum. Dikhawatirkan dengan adanya TPA akan mencemari sumur warga," ucap tokoh pemuda setempat, Ashari Sarmedi dilansir dari detikNews, Rabu (12/1).

Tidak hanya itu, bahkan TPA di Desa Amola, Kecamatan Binuang juga ditolak warga gegara dianggap mencemari lingkungan hingga ditutup paksa, Minggu (2/1). Penolakan ini membuat pemerintah setempat mengambil kebijakan agar penanganan sampah dilakukan dikembalikan ke kecamatan masing-masing.




(sar/hmw)

Hide Ads