Pantauan detikcom, Jumat (18/3/2022), tumpukan sampah tersebut berasal dari pedagang dan limbah rumah tangga. Tumpukan sampah menggunung di tengah pasar dengan ketinggian mencapai 1,5 meter.
"Sudah lama ini sampah, sejak bulan ini menumpuk. Gara-gara tidak ada tempat pembuangan sampah," ujar Salma, salah satu pedagang kepada wartawan di lokasi.
Salma mengatakan, keberadaan sampah yang belum juga mendapat penanganan ini membuatnya merugi. Banyak pengunjung yang enggan mampir di lapaknya karena terganggu dengan bau busuk sampah.
Bahkan, Salma terkadang harus tutup lebih awal karena belatung di tumpukan sampah mengganggu kenyamanan calon pembelinya. Salma pun berharap sampah-sampah itu dibersihkan petugas kebersihan pasar.
"Itu belatung, biasa saya sapu karena naik di tempat penjualan. Jadi, pendapatan saya menurun karena pengunjung enggan mampir, karena bau," cetusnya.
Salma mengaku dia dan para pedagang lainnya kesal karena mereka sebenarnya rutin membayar iuran sampah ke pemerintah.
"Tiap hari kami bayar iuran sampah sebesar Rp 2000 ribu, termasuk ketika sampah tidak terangkat. Kita berharap pemerintah segera melakukan upaya untuk mengatasi masalah sampah ini," tuturnya.
Keluhan akibat keberadaan tumpukan sampah ini juga diungkapkan pedagang lainnya, Tuminim. Dia menyebut pendapatannya dari hasil berjualan nasi kuning menurun, akibat bau menyengat dari tumpukan sampah.
"Banyak yang mau makan tidak jadi, mereka mengeluh bau busuk karena ada sampah, akhirnya mereka tidak nyaman," kata Tuminim.
Sampah Juga Menumpuk di Jalanan
Masih dalam pantauan detikcom, tumpukan sampah tidak hanya terlihat di tengah pasar Marasa, tetapi juga di sepanjang jalan menuju terminal angkutan darat di Wonomulyo. Di tempat ini, tumpukan sampah memenuhi permukaan jalan sepanjang lebih kurang dua ratus meter.
Selain itu, tumpukan sampah juga terlihat di depan pusat pertokoan. Polemik soal sampah di Kabupaten Polewali Mandar mulai terjadi sejak akses jalan menuju tempat pembuangan akhir (TPA) sampah di Desa Paku, Kecamatan Binuang, ditutup warga setempat pada awal Januari lalu.
Penutupan dilakukan sebagai bentuk penolakan warga terhadap TPA tersebut lantaran dianggap menimbulkan sejumlah dampak negatif bagi warga setempat.
Pemerintah setempat telah melakukan upaya mencari tempat pembuangan sampah sementara. Namun sejumlah lokasi yang disurvei untuk dijadikan tempat pembuangan sampah sementara juga mendapat penolakan warga setempat.
(hmw/sar)