Kelangkaan solar masih terjadi di berbagai daerah di Sulawesi Selatan (Sulsel). Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulsel menyebut kelangkaan ini karena adanya laporan pengurangan pasokan.
"Menurut laporan dari teman-teman kabupaten/kota ada pengurangan pengiriman setiap harinya. Tadinya 16 kiloliter menjadi 8 kiloliter per hari," ungkap Kabid Pengendalian dan Evaluasi Dinas ESDM Sulsel, Jamaluddin kepada detikSulsel, Senin (14/03/2022).
Dari informasi yang dihimpun, realisasi konsumsi solar di Sulsel hingga (10/03) mencapai 97.362 kiloliter. Realisasi ini sudah over sekitar 14 %.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui antrean kendaraan masih terjadi di sejumlah SPBU di Makassar. Pemandangan serupa juga dilaporkan masih terjadi di Parepare, Bone dan daerah lain di Sulsel.
Senior Supervisor Communication dan Relations Pertamina Region Sulawesi, Taufiq Kurniawan menuturkan saat ini memang SPBU melakukan pengereman. Ini untuk menghindari ganti rugi ketika kuota jebol di triwulan 1 ini. SPBU harus mengganti rugi kepada negara selisih dari penyaluran BBM bersubsidi jika itu terjadi.
"Ini kejadian Oktober lalu. SPBU menanggung selisih," bebernya.
Taufiq menuturkan, pihaknya harus memastikan kuota BBM yang ditetapkan pemerintah bisa tercukupi hingga akhir tahun ini. Diakuinya, ada lonjakan konsumsi karena ada pelonggaran PPKM sehingga aktivitas mulai menuju normal.
"Konsumsi melonjak dibanding sebelumnya karena kegiatan-kegiatan ekonomi mulai bergerak. Soal kuota yang dibatasi, itu ditetapkan ESDM atau pemerintah," jelasnya.
Menurutnya, pengguna solar subsidi sebenarnya sudah diatur sehingga pembeliannya seharusnya sesuai regulasi. Apalagi kuota solar subsidi ini terbatas sehingga mestinya ada kesadaran untuk tidak membeli solar subsidi bila tidak berhak menggunakan.
"Selain pengawasan sebenarnya perlu ada kesadaran. Seperti mobil tangki modifikasi ini melanggar. Truk industri tambang, perkebunan itu tidak boleh. Yang rodanya lebih dari 6 (tidak bisa)," tukasnya.
(asm/nvl)