Pengusaha Keluhkan Solar Langka di Sulsel, Ganggu Distribusi Logistik

Pengusaha Keluhkan Solar Langka di Sulsel, Ganggu Distribusi Logistik

Taufik Hasyim - detikSulsel
Jumat, 11 Mar 2022 15:08 WIB
Antrean panjang trusk mengisi BBM terjadi di sejumlah SPBU di Bone. (Mono/detikSulsel)
Foto: Antrean panjang truk mengisi BBM terjadi di sejumlah SPBU di Bone. (Agung Pramono/detikSulsel)
Makassar -

Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Sulsel dinilai menghambat distribusi logistik. Sehingga bisa berdampak ke ekonomi daerah yang mulai pulih.

"Ini sebenarnya masalah klasik yang terus berulang di Makassar dan menjalar ke daerah-daerah. Alasannya adalah kuota yang terbatas segala macam, padahal penyalur (Pertamina) tidak pernah bisa menemukan formulasi efektif agar kelangkaan bisa diminimalisir," ungkap Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Sulselbar Syaifuddin Saharudi dalam keterangannya, Jumat (11/3/2022).

Padahal kelangkaan solar ini disebutnya bisa mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang mulai pulih terganggu. Aktivitas logistik dan transportasi tersendat karena kendaraan angkutan kesulitan mendapatkan pasokan BBM.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kondisi kelangkaan solar yang terjadi seminggu terakhir menjadi bukti sistem pendistribusian yang karut-marut oleh PT Pertamina Patra Niaga," tuturnya.

Ipho sapaan karibnya menuturkan saat ini memang terjadi peningkatan konsumsi solar yang cukup besar karena ekonomi mulai bergeliat. Namun ini sesuatu yang wajar di setiap momentum menjelang Ramadan. Disparitas harga yang besar antara solar yang dijual Rp 5.150 per liter dengan Dexlite Rp 13.250 per liter perlu jadi perhatian.

ADVERTISEMENT

"Pengusaha tentu memilih yang lebih murah. Jika kemudian pengusaha angkutan terpaksa menggunakan Dexlite karena solar tidak tersedia, maka dikhawatirkan memicu pula penyesuaian harga angkutan serta harga pokok barang," tuturnya.

Selain itu, kelangkaan solar ini membuat angkutan logistik harus mengantri puluhan jam di SPBU. Menurutnya pengiriman jadi tersendat sehingga menimbulkan beban logistik.

"Solar langka, barang-barang kebutuhan masyarakat jadi langka juga karena distribusi tersendat. Kalau begini, ekonomi kita secara luas jadi korban, masyarakat luas terutama," tuturnya.

Dia menambahkan pihak Pertamina Patra Niaga sebagai penyalur mestinya memperbaiki tata penyaluran hingga pengawasan agar solar subsidi bisa tepat sasaran tanpa harus ada terjadi kelangkaan yang berlarut-larut. Apalagi para pemilik angkutan kini harus berhitung potensi kerugian akibat mesti antre berhari-hari.

"Kalau BBM solar kemudian hanya satu varian saja, ya tidak masalah. Pengusaha juga jelas kalkulasi komponen bahan bakar. Asalkan stok terjamin, tidak ada lagi kelangkaan-kelangkaan," tukasnya.

Senior Supervisor Communication & Relation Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan menuturkan kelangkaan ini karena penghematan dilakukan sejumlah SPBU untuk menghindari ganti rugi ketika kuota jebol di triwulan 1 ini. SPBU harus mengganti rugi kepada negara selisih dari penyaluran BBM bersubsidi jika itu terjadi.

"Akhirnya mereka ya menghemat. Memesan ke kita itu diatur agar sampai akhir triwulan cukup," bebernya.

Kendati begitu, Taufiq menyampaikan tidak menutup kemungkinan juga ada permainan dari SPBU dalam kondisi seperti ini. Makanya ia meminta masyarakat agar tidak segan-segan melaporkan jika terindikasi melakukan tindakan terlarang.

"Mereka seharusnya juga melakukan pembelian sesuai regulasi, dan aparat tanpa diminta sudah langsung bisa menindak tegas kalau misalnya bahwa dia (ada kendaraan) mengisi di mobil tangki modifikasi. Truk industri tambang, perkebunan itu gak boleh. Yang rodanya lebih dari 6 (tidak bisa)," tukasnya.




(tau/nvl)

Hide Ads