Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca ekstrem di Kota Kendari dan sejumlah daerah lainnya di Sulawesi Tenggara (Sultra) masih akan terjadi hingga akhir Februari mendatang. Warga diminta untuk tidak liburan ke pantai, sedangkan nelayan diimbau untuk tidak pergi melaut.
"Diprakirakan sampai akhir bulan angin dan gelombang masih tinggi. Tinggi gelombang bisa mencapai 4 meter terutama di perairan Wakatobi, sedang tidak baik melaut," kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Kelas II Kendari, Sugeng Widarko saat dihubungi detikSulsel, Sabtu (22/2/2022).
Sugeng mengungkapkan angin kencang akhir-akhir ini bisa mencapai 20 knot/jam. Menurut dia, kecepatan angin tersebut di atas rata-rata. Dan berpotensi terjadi hingga 26 Februari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kategori angin 20 knot/jam itu sudah kencang, utamanya daerah Selatan Sultra, itu potensi hujan, angin kencang dan gelombang cukup tinggi," paparnya.
Sedangkan tinggi gelombang berkisaran 2,5 meter hingga 4 meter. BMKG memprediksi wilayah Selatan masih akan berpotensi ditimpa cuaca ekstrem hingga akhir bulan Februari.
"Daerah Selatan itu wilayah kepulauan seperti Muna, Buton, Baubau, sampai Wakatobi. Itu potensi gelombang tinggi, bahkan di Wakatobi gelombang bisa mencapai 4 meter," paparnya.
Penyebab terjadinya cuaca ekstrem ini, BMKG menyebut terjadi low preasure atau pusat tekanan rendah yang terdeteksi di wilayah Selatan Nusa Tenggara Timur (NTT). Pola low preasure memiliki potensi angin yang kencang dari biasanya.
"Angin itu akan lebih kencang dari biasa (low preasure), karena angin akan terhisap dan kecepatannya akan lebih besar," ujarnya.
BMKG Sultra menghimbau kepada masyarakat Sultra untuk sementara waktu tidak terlalu bermain di bibir pantai. Dan untuk para nelayan, Sultra agar tidak melaut dalam kurun waktu tertentu.
"Masyarakat tetap memperhatikan imbauan yang sudah diberikan BMKG," paparnya.
(nvl/nvl)