Membeli rumah melalui Kredit Pemilikan Rumah atau KPR bisa menjadi salah satu cara yang dilakukan. Melalui KPR, kamu bisa mendapatkan rumah impian dengan cara mencicilnya sesuai penghasilan yang kamu punya.
Walau demikian, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika ingin mengambil KPR. Setiap bank memiliki syaratnya masing-masing, namun berikut ini syarat yang umum digunakan.
- Warga Negara Indonesia (WNI) berusia 21-65 tahun
- Tinggal di Indonesia
- Memiliki pekerjaan atau penghasilan tetap dengan masa kerja minimal 1 tahun
Baca juga: Ini Syarat untuk Mengajukan KPR |
Memiliki pekerjaan menjadi salah satu syarat untuk bisa mendapatkan KPR. Akan tetapi, ada beberapa profesi yang sulit untuk mendapatkan KPR.
Menurut Pengamat Perbankan & Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo, sulit atau tidaknya sebuah profesi di Indonesia untuk disetujui KPR bukan dilihat dari jenis profesinya, akan tetapi karena alasannya. Ia pun memberi tahu jenis-jenis pekerjaan yang sulit mendapatkan 'acc' KPR, yaitu:
1. Pekerja Lepas atau Freelance
Menurut Arianto, pekerja lepas sulit disetujui KPR-nya karena data penghasilan tidak tetap dan atau tidak ada slip gaji sebagai bukti penghasilan.
2. Wiraswasta
Wiraswasta juga merupakan profesi yang sulit disetujui KPR-nya. Sebab, bukti penghasilan tidak mudah diverifikasi atau karena perusahaan tidak memiliki laporan keuangan perusahaan yang dapat dipelajari.
3. Pekerja Informal
Sama seperti dua profesi sebelumnya, pekerja informal sulit mendapat persetujuan KPR karena penghasilan yang tidak tercatat atau bukti penghasilan yang memadai sulit diperoleh.
4. Pekerjaan dengan Risiko Tinggi
Pekerjaan dengan risiko tinggi sulit mendapatkan persetujuan KPR karena besarnya risiko kecelakaan atau kematian. Apabila hal itu terjadi, bisa mengakibatkan kerugian bagi kreditur atau premi risiko yang mahal.
"Pekerjaan risiko tinggi di antaranya penambang, petugas damkar (pemadam kebakaran), pelaut, dan lain-lain," ujarnya kepada detikProperti, Rabu (24/4/2024).
Arianto menuturkan meskipun pekerjaan dengan risiko tinggi sulit disetujui KPR-nya, hal itu bukan berarti selalu terjadi. Beberapa bank bahkan ada yang membuat program khusus untuk segmen pekerja berisiko tinggi tersebut.
"Namun, calon debiturnya sendiri harus mampu menunjukkan itikad baik dalam berbisnis, di antaranya tidak memiliki riwayat kredit (kartu kredit, pembiayaan konsumtif lain atau pembiayaan komersial) yang buruk, mampu memenuhi persyaratan dokumen yang lengkap dan memastikan kemampuan keuangan yang memadai untuk memperoleh fasilitas pembiayaan," pungkasnya.
Di sisi lain, Arianto mengungkapkan bahwa orang dengan penghasilan rendah juga sulit disetujui KPR-nya karena peruntukan pinjaman yang tidak akan ter-cover dengan jangka waktu sesuai kebijakan perusahaan pembiayaan. Dengan kata lain, cicilan yang harus dibayar akan lebih besar dibandingkan pendapatannya.
Untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bisa mengikuti program pemilikan rumah yang dicanangkan pemerintah contohnya seperti KPR FLPP atau bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan. Selain itu, kini juga sudah banyak bank yang menyediakan program khusus untuk masyarakat yang penghasilannya tidak tetap atau pekerja informal untuk memudahkan membeli rumah.
(abr/zlf)