Rumah kuno di Indonesia yang sudah dibangun sejak masa penjajahan masih banyak yang kondisinya terawat dan kokoh. Salah satunya adalah rumah bergaya Jawa dan Tionghoa di kawasan Pecinan Kota Blitar yang usianya sudah 200 tahun dan masih ditempati hingga saat ini.
Tim detikJatim berkesempatan mendatangi langsung rumah tersebut yang berada di sekitar Jalan Merdeka Kota Blitar yang termasuk jalanan utama pusat perkotaan. Bangunan rumah tidak begitu mencolok karena terhalang bangunan pertokoan di sekitarnya. Selain itu, terdapat gerbang kecil yang menutupi fasad rumah tersebut.
Rumah tersebut saat ini ditempati oleh generasi keenamnya, yakni Daniel dan keluarga. Daniel mengungkapkan rumah tersebut telah diwariskan turun temurun.
"Kami tidak bisa mengklaim rumah ini paling tua, tapi kalau usianya lebih dari 2 abad atau 200 tahun. Sejak saya kecil ya begini ini bentuk rumahnya," katanya kepada detikJatim, seperti yang dikutip pada Senin (11/8/2025).
Daniel menyebutkan rumahnya memiliki perpaduan arsitektur yang unik, yakni bentuk atap yang mirip dengan rumah tradisional Joglo dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dipadukan dengan detail interior yang biasa ditemukan pada bangunan Tionghoa, seperti pintu yang memakai sistem penguncian tradisional.
Meski usianya sudah cukup tua, Daniel mengatakan bentuk rumah tersebut tidak banyak berubah. Pada bagian depan tetap memakai atap dan dinding fasad dari kayu. Bagian pintu dan jendela rumah kuno juga masih dipertahankan. Terdapat ornamen lukisan dewa penjaga di pintu utama dan kamar yang memang sudah dibuat sejak dulu. Tampilan rumah tersebut terlihat baru karena telah dicat ulang.
"Nggak ada yang berubah, hanya dicat beberapa kali kalau sudah kotor. Selebihnya tidak direnovasi," terangnya.
Selain tetap memakai material kayu, pintu utama rumah tersebut juga memakai sistem penguncian khas pintu-pintu zaman dahulu, yakni pengunci dengan balok kayu besar yang saling dikaitkan. Pintu tersebut berbentuk 2 daun pintu yang terbelah di bagian tengah. Pada kedua pintu terdapat lubang ramping untuk memasukkan kayu dan penyangga balok kayu yang berfungsi sebagai pengunci.
Bagian yang dibangun ulang adalah bagian belakang rumah. Tembok yang sebelumnya terbuat dari anyaman bambu atau disebut dengan gedek diganti total karena sudah rusak parah akibat letusan Gunung Kelud pada 1991.
Baca selengkapnya ke halaman berikutnya...
(aqi/aqi)