Penyaluran dana fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) terus dilakukan. Hingga Juni 2025, penyaluran FLPP tercatat 120.976 unit rumah atau Rp 14,99 triliun.
Capaian tersebut tumbuh 44,50 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yaitu 83.720 unit senilai Rp 10,17 triliun. Mengenai hal tersebut, Komisioner Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat (BP Tapera) Heru Pudyo Nugroho mengatakan hal itu merupakan bukti komitmen bersama untuk menjalan program pemerintah.
"Kenaikan ini tidak lepas dari semangat para pengembang dan bank penyalur dalam menyukseskan Program 3 Juta Rumah. Kami sangat mengapresiasi kolaborasi ini dan berharap semangat ini terus terjaga untuk membantu masyarakat berpenghasilan rendah memiliki rumah layak. Ini sekaligus bukti komitmen Pemerintahan Presiden Prabowo dalam memberikan karpet merah untuk rakyat melalui program KPR Sejahtera FLPP," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (1/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga akhir Juni 2025, penyaluran FLPP sudah menembus 54,98 persen dari target awal (220 ribu unit). Namun jika mengacu pada kuota baru, yaitu 350 ribu unit rumah, capaian saat ini baru mencapai 34,56 persen. Heru yakin dengan sisa waktu yang ada, target kuota penyaluran dana FLPP 350 ribu unit rumah bisa tercapai.
"Kami mengapresiasi dukungan dan arahan Menteri PKP dalam pencapaian kinerja semester I, dan komitmen untuk bekerja lebih keras dalam mencapai target penyaluran di semester 2 mendatang. Dengan sisa waktu yang ada dan semangat kolaborasi yang sudah terbukti luar biasa, kami yakin target ini bisa tercapai," ungkapnya.
Untuk diketahui, dari sisi bank penyalur, penyaluran dana FLPP semester 1 2025 masih dipimpin oleh BTN dengan 64.429 unit rumah senilai Rp 7,99 triliun. Disusul oleh BTN Syariah dengan 24.126 unit senilai Rp 2,95 triliun, dan Bank BRI di posisi ketiga dengan 9.791 unit senilai Rp 1,23 triliun. Lalu, BNI dan Bank Mandiri melengkapi posisi lima besar dengan masing-masing 5.394 unit senilai Rp 680,03 miliar dan 4.558 unit senilai Rp 580,39 miliar.
Dari sisi asosiasi pengembang, REI menjadi kontributor terbesar dengan 50.759 unit rumah senilai Rp 6,28 triliun, disusul oleh APERSI dengan 36.616 unit senilai Rp 4,56 triliun, dan HIMPPERA sebanyak 16.324 unit senilai Rp 2 triliun. Lalu ada ASPRUMNAS sebanyak 3.973 unit senilai Rp 481,02 miliar rumah dan APERNAS sebanyak 3.928 unit rumah senilai Rp 488,30 miliar.
Sementara itu, Jawa Barat masih menjadi provinsi dengan penyaluran FLPP tertinggi yaitu 28.548 unit rumah senilai Rp 3,57 triliun. Selanjutnya disusul oleh Jawa Tengah (10.730 unit), Sulawesi Selatan (9.395 unit), Banten (8.460 unit), dan Jawa Timur (7.541 unit).
Dari jenis pekerjaan, mayoritas penerima FLPP adalah pekerja swasta sebanyak 92.332 unit (76,32 persen). Wiraswasta berada di posisi kedua yaitu 15.377 unit, disusul PNS sebanyak 7.563 unit, TNI/Polri ada 2.368 unit, dan profesi lainnya sebanyak 3.336 unit.
"Kami optimis penyaluran FLPP akan terus tumbuh dan mencapai target yang ditetapkan. Sinergi seluruh pemangku kepentingan menjadi kunci sukses dalam mewujudkan rumah layak dan terjangkau bagi masyarakat," kata Heru.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(abr/zlf)