Kenapa di Jakarta Banyak Bangunan Semi Permanen? Ini Kata Ahli

Kenapa di Jakarta Banyak Bangunan Semi Permanen? Ini Kata Ahli

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Minggu, 18 Agu 2024 07:16 WIB
Gubuk dan bangunan semi permanen kembali menjamur di bekas penertiban kawasan Pasar Ikan dan Kampung Akuarium, Jakarta Utara, Kamis (27/4/2017). Bangunan liar itu dibangun oleh warga Pasar Ikan beserta Kampung Luar Batang dan Kampung Akuarium, yang dahulu tempat tinggalnya dibongkar oleh Pemprov DKI. (Ari Saputra/detikcom)
Ilustrasi bangunan semi permanen. Foto: Ari Saputra
Jakarta -

Bangunan semi permanen masih banyak ditemukan di Jakarta. Salah satunya adalah daerah Manggarai. Baru-baru ini, terjadi kebakaran di kawasan padat penduduk di Manggarai yang menghanguskan ratusan rumah di 3 RW yakni 05, 06, dan 12. Kebakaran ini terjadi pada Selasa (13/8/2024) pukul 02.40 WIB.

Menurut salah satu warga yang terdampak, Noni, rumah-rumah di area yang terbakar adalah bangunan semi permanen yang berdempetan sehingga api dengan mudah menyebar.

"Emang saling dempet-dempet gitu. Jadi ya nggak ada jarak-jarak. Jadi kalau kena satu ya sudah, kena semua gitu. Udah gitu kan kebanyakan semi permanen, jadi itu yang bikin cepat apinya," kata Noni, salah satu warga yang terdampak kepada detikProperti pada Kamis (15/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menilik dari kejadian di Manggarai, sebenarnya apa benar bangunan semi permanen mudah terbakar? Lalu, kenapa bangunan semi permanen masih banyak ditemukan di Jakarta terutama di area padat penduduk?

Mengutip laman Lamudi, Sabtu (17/8/2023), rumah semi permanen adalah rumah yang secara fisik dibangun dengan kombinasi antara rumah permanen dan rumah sementara dalam hal daya tahan dan bahan konstruksinya.

ADVERTISEMENT

Biasanya, rumah semi permanen menggunakan bahan-bahan yang lebih tahan lama daripada rumah sementara, namun belum sekuat rumah permanen.

Beberapa bahan yang menggambarkan bangunan semi permanen adalah penggunaan kayu, bambu, tembok tanpa diplester, asbes, seng, hingga sirap. Beberapa bahan ini tidak begitu tahan terhadap panas, tekanan, dan api.

Ada pun, menurut Pengamat Perkotaan, Yayat Supriatna alasan banyak bangunan semi permanen di Jakarta adalah masalah ekonomi pemilik hunian tersebut.

"Kendala terbesar mengapa banyak ini (bangunan semi permanen) adalah realitas kemiskinan atau pendapatan yang sangat terbatas. Jadi mereka bertahan di tengah kota itu karena tengah kota itu paling dekat dengan akses ekonomi, tempat kerja, tempat usaha," paparnya.

Biasanya pekerjaan yang tinggal di area padat penduduk adalah masyarakat yang berpenghasilan kecil. Hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara, harga rumah yang layak dan permanen, harganya semakin tidak terjangkau oleh mereka.

Sementara, di area padat penduduk, harga lahan jauh lebih murah, harga bahan bangunan juga bisa ditekan dengan memakai bahan yang murah.

Meskipun lebih terjangkau, lahan di sana terbatas. Mau tidak mau, untuk memperluas hunian mereka perlu menambah satu lantai di atas. Pembangunannya tidak mudah karena keterbatasan ruang. Biayanya pun besar. Untuk mengatasinya, bangunan di lantai atas menggunakan bahan-bahan yang mudah dibangun dan harganya terjangkau.

"Permukimannya makin padat, bangunannya makin nempel dan rata-rata bangunan di lantai 2 itu bangunan semi permanen karena bukan apa-apa, ngecornya susah. Bawa pasirnya susah. Jadi bahan-bahan yang digunakan pada lantai kedua itu adalah menggunakan bahan-bahan yang mudah terbakar," sebutnya.

Solusi Mengurangi Bangunan Semi Permanen

Langkah antisipasinya mengurangi bangunan semi permanen adalah mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat menengah ke bawa. Dengan begitu, mereka dapat membeli hunian yang lebih layak dari segi luas, keamanan, dan kenyamanannya.

Jika tidak bisa, dari pemerintah harus menyediakan rumah susun (rusun) sebagai pengganti rumah tapak di daerah padat penduduk yang rata-rata semi permanen.

"Prioritaskan yang mau pindah ke rumah susun, dapat prioritas bantuan Jakarta Pintar, BPJS, bantuan transportasi. Jadi orang tertarik pindah ke rumah susun, bebas kebakaran, bebas banjir, kemudian diberdayakan ekonominya," ujarnya.

"Jadi nggak ada keberhasilan penataan kampung tanpa memberikan insentif agar mereka pindah ke rumah susun," pungkasnya.




(aqi/dna)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads