Kebijakan Bebas Pajak Berakhir, Rumah Tapak Masih Laku?

Kebijakan Bebas Pajak Berakhir, Rumah Tapak Masih Laku?

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Kamis, 08 Agu 2024 09:17 WIB
Ilustrasi rumah
Ilustrasi rumah tapak. Foto: dok. istimewa (via Vista Land Group)
Jakarta -

Konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia melaporkan permintaan pasar terhadap rumah tapak pada pertengahan 2024 terbilang cukup sehat yakni 88%. Hal ini juga dipengaruhi adanya insentif PPN DTP untuk pembelian rumah tapak dan apartemen sebesar 100% dari November 2023 hingga 30 Juni 2024 lalu.

Padahal tahun ini, banyak pertimbangan bagi pelaku properti untuk meluncurkan produk baru seperti tahun baru, pilpres, Hari Raya Idul Fitri, dan lainnya. Namun, penjualan rumah tapak masih diminati sampai pertengahan tahun ini.

"Biasanya kalau di awal tahun itu biasanya ada tahun baru, ada bulan puasa, lebaran, sekolah juga yang membuat memang tahun-tahun baru terhadap pembelian dari produk properti. Tapi kalau kita lihat secara sales rate masih cukup sehat, 88%. kolaborasi dari pengembang lokal dan pengembang asing masih terlihat cukup aktif," kata Head of Research JLL Indonesia Yunus Karim dalam acara Jakarta Property Market Overview 2Q 2024, Jakarta pada Rabu (7/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lebih lanjut, prospek penjualan rumah tapak pada pertengahan 2024 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya masih terlihat stabil. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023, jumlah rumah yang diluncurkan tahun ini jauh lebih banyak. Namun, jika dibandingkan dengan kuartal kedua tahun 2023 memang cenderung lebih kecil.

Selain itu, permintaan rumah tapak masih lebih tinggi daripada hunian high-rise seperti apartemen. Ditambah dengan adanya insentif PPN DTP untuk rumah di bawah Rp 2 miliar berdampak pada peningkatan pembelian rumah tapak sepanjang 2024.

ADVERTISEMENT

"Dan kita lihat memang terkait dengan insentif pajak yang diberikan pemerintah yang sudah selesai untuk yang 100%, sebetulnya kita lihat memang itu cukup berdampak positif terhadap khususnya perumahan tapak ketimbang dengan apartemen," paparnya.

Tidak hanya itu, saat ini produk rumah tapak sudah banyak inovasinya, ada yang mengusung konsep sustainability yang dilengkapi dengan solar panel surya dan solar water heater, kemudian ada pula berbentuk smart home.

"Sebetulnya apalagi sih yang menarik bagi para pembeli selain affordability, location, dan fasilitas. Sekarang kita lihat juga adanya smart home features yang dikatakan mungkin juga sudah terjadi selama beberapa tahun terakhir. Tapi ada juga contohnya lebih ke sustainability, misalnya ada solar panel sel surya, atau mungkin solar water heaters. Kemudian ada juga electric vehicle charging," sebutnya.

Meski saat ini sektor rumah tapak masih aman dan ramai peminat, kuartal berikutnya hingga 2025 mungkin saja keadaannya berbeda. Sebab, mulai tahun 2025, pemerintah berencana menaikkan pajak PPN menjadi 12%. Tahun ini pajak PPN tersebut menyentuh 11%, tetapi terbantu dengan insentif PPN DTP.

"Untuk kuartal berikutnya, JLL akan melihat ke depannya. Mulai Juli hingga Desember nantinya insentif yang diberikan oleh mereka (pemerintah) berkurang, jadi hanya 50%. Tentunya kita akan tahu dampaknya seperti apa di semester 2024. Kemudian kalau kita lihat di tahun 2025 juga ada plan sebetulnya oleh mereka untuk menaikkan harga pajak PPN ke 12%," ujarnya.




(aqi/aqi)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads