Properti merupakan salah satu properti yang kerap dibeli untuk dijadikan investasi. Namun demikian, harganya kini semakin mahal.
Harga rumah yang semakin mahal, apakah akan tetap dijadikan pilihan instrumen investasi?
Menurut Pengamat dan Ahli Properti, Steve Sudijanto, orang yang berminat membeli rumah untuk dijadikan investasi tidak akan surut. Namun demikian, kenaikan nilai rumah atau capital gain yang didapat justru yang akan menurun alias surut. Hal itu karena harga rumah yang semakin mahal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Investasi properti rumah) surut tidak, asal aktivitas niaga dan bisnis masih stabil. Sewa properti di daerah utama dan daerah dekat MRT masih menarik di masa mendatang. Yang akan surut adalah persentase kenaikan capital gain, karena harga sudah terlalu tinggi maka kenaikan akan relatively stabil," katanya kepada detikcom, Selasa (8/8/2023).
Walau demikian, ia menuturkan kalau investasi rumah masih menguntungkan. Asalkan, calon investor dapat memilih rumah dengan jeli.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum membeli rumah untuk investasi, yaitu:
1. Anggaran yang harus diinvestasikan
Hal itu karena investasi di properti rumah tergolong investasi jangka panjang yaitu sekitar 5-10 tahun.
2. Pilih properti rumah yang peruntukannya fleksibel
Menurutnya, properti rumah yang peruntukannya fleksibel, misalnya bisa untuk usaha buka restoran dapat disewakan dengan harga yang cukup tinggi dibanding harga sewa untuk rumah tinggal.
"Kita harus memilih properti yang zoning campuran atau yang peruntukannya fleksibel bisa untuk usaha seperti kantor/restoran/kost/coffee shop sehingga dapat disewakan dengan harga sewa yg lebih tinggi daripada rumah tinggal," paparnya.
3. Khusus investasi untuk rumah sewa expatriat atau profesional bisa pilih cluster
Steve mengatakan, khusus untuk investasi di properti yang kegunaannya untuk disewakan sebagai rumah tinggal untuk expatrian/keluarga profesional, biasanya lingkungan perumahan cluster lebih digemari. Hal itu karena faktor keamanan yang terjamin dan dekat dengan fasilitas-fasilitas komersial serta sekolah ternama.
Menurut Steve, investasi properti termasuk investasi yang tergolong stabil dan aman. Selain itu, investasi di bidang properti dapat dinikmati dalam jangka panjang dari kenaikan nilai properti tersebut.
"Contoh kita beli properti Rp 5 M, disewakan Rp 200 juta per tahun dengan masa kontrak 5 tahun maka pendapatan sewa Rp 1 M. Pada tahun ke 6 kita ingin menjual properti tersebut, harga kemungkinan sudah ada kenaikan sekitar 15%. Itulah ilustrasi keuntungan dari Investasi properti," ungkapnya.
Sebelumnya, Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), Pandu Patria Sjahrir menuturkan kalau investasi properti, khususnya rumah bukan salah satu opsi terbaik. Sebab, harga yang semakin mahal dan keuntungan yang semakin tipis.
"Buat saya beli rumah di Indonesia terlalu mahal, karena pendapatan dari sisi income sangat rendah," katanya, dikutip dari akun Instagramnya @pandusjahrir, Selasa (8/8/2023).
Belum lagi pemiliknya harus menghadapi beban biaya perawatan ke depannya. Maka dari itu, ia lebih memilih investasi pada saham yang memiliki dividen 5-10%.
Ia juga mengatakan, orang tua zaman dulu mengajarkan anak-anaknya untuk membeli tanah karena menawarkan keuntungan atau yield 8-10%. Belum lagi uang muka atau down payment (DP) 2 tahun, sehingga uangnya bisa cepat kembali.
"Sekarang sudah nggak kayak gitu, yang terjadi malah rental kita tambah tinggi tapi harga apresiasi rumah malah tidak," tuturnya.
Pandu kembali mengingatkan bahwa ini semua adalah pendapat pribadinya. Ia juga menuturkan kalau setiap investasi memiliki risikonya masing-masing.
"Tapi kembali lagi, ini hanyalah pendapat pribadi saya. Penting untuk diingat bahwa setiap investasi memiliki risiko yang berbeda-beda," paparnya.
(zlf/zlf)