Dapur di Bali Dibangun Terpisah dari Bangunan Utama, Ternyata Ini Filosofinya

Dapur di Bali Dibangun Terpisah dari Bangunan Utama, Ternyata Ini Filosofinya

Sekar Aqillah Indraswari - detikProperti
Selasa, 24 Jun 2025 15:29 WIB
Outdoors Kitchen with Built-In gas grill on a deck
Foto: Getty Images/iStockphoto/ivanastar
Jakarta -

Rumah di Bali berbeda dengan rumah-rumah tradisional di daerah lain. Mereka memiliki aturan dan pertimbangan yang cukup detail ketika membangun rumah. Salah satunya dalam penempatan dapur.

Jika biasanya dapur berada di dalam rumah tetapi letaknya di belakang, rumah di Bali justru berbeda. Ruangan tersebut berada di bangunan yang terpisah dengan bangunan utama. Apa alasannya?

Arsitek Denny Setiawan menjelaskan, orang Bali sangat memuliakan dapur. Mereka menganggap dapur merupakan nyawa dari rumah tersebut. Dengan adanya aktivitas di dapur berarti terdapat kehidupan di rumah tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, dalam agama Hindu, terdapat konsep asta kosala kosali, yakni tata cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci. Di dalamnya dianjurkan agar dapur menghadap ke Gunung Agung yang dianggap suci oleh orang Hindu. Biasanya lokasinya berada di tanah yang paling tinggi karena lebih dekat dengan sumber air.

"Karena mereka membutuhkan air dan air pada saat itu belum memakai pompa. Air kebanyakan masih datang dari mata air dan biasanya mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Jadi dapur kebanyakan letaknya ada di belakang. Mitologi mereka, sebaiknya kamar tidur atau dapur itu di tempat yang tinggi," kata Denny kepada detikProperti pada Rabu (20/11/2024) lalu.

ADVERTISEMENT

Selain penempatannya yang tidak sembarangan, desain dapurnya pun ada aturannya. Denny menyebutkan dapur tersebut biasanya dibuat terbuka, tetapi masih bisa tetap ditutup di saat-saat tertentu.

Alasan dapur dianjurkan dibuat terbuka adalah sebagai jalan ventilasi karena dahulu tidak tersedia kompor. Orang Bali memasak menggunakan tungku kayu bakar. Dalam proses memasak pasti menimbulkan banyak asap sehingga harus segera dibuang ke luar. Selain itu, dengan konsep bangunan yang terbuka juga memudahkan oksigen masuk ke dalam ruangan dan mempercepat proses pembakaran.

Keunikan lainnya, rumah tradisional Bali ternyata tidak membutuhkan jalur aliran air yang besar di depan rumahnya. Mereka mengandalkan halaman dengan tanah rumput sebagai area serapan alami dan cepat. Hal ini membuat air hujan bisa terserap ke dalam, bukan terbuang ke selokan.

"Mereka percaya begini, hujan itu bukan sesuatu yang harus dihindari atau jadi bahaya. Kita (rumah masa kini) bikin talang itu karena kebanyakan airnya menggenang dan agar salurannya nggak kemana-mana. Nah hujan buat mereka itu sepatutnya langsung ke tanah," jelasnya.

Selain itu, yang namanya rumah tradisional memiliki satu kelebihan lagi yakni masih bisa memakai material bangunan alami dan mudah di dapat. Bangunan tersebut tentu lebih ramah lingkungan.

"Bahan materialnya pun bahan material yang sederhana, kayu sirap, lalu kemudian bata taro," sebutnya.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini




(aqi/aqi)

Kalkulator KPR
Tertarik mengajukan KPR?
Simulasi dan ajukan dengan partner detikProperti
Harga Properti*
Rp.
Jumlah DP*
Rp.
%DP
%
min 10%
Bunga Fixed
%
Tenor Fixed
thn
max 5 thn
Bunga Floating
%
Tenor KPR
thn
max 25 thn

Ragam Simulasi Kepemilikan Rumah

Simulasi KPR

Hitung estimasi cicilan KPR hunian impian Anda di sini!

Simulasi Take Over KPR

Pindah KPR bisa hemat cicilan rumah. Hitung secara mudah di sini!
Hide Ads