Dapur merupakan salah satu ruangan yang penting di rumah tradisional Bali. Pembangunannya tidak bisa sembarangan karena ada filosofi yang mendalam dan telah diwariskan secara turun temurun.
Menurut Arsitek Denny Setiawan dapur bagi Bali dianggap sebagai ruangan yang mulia. Dapur yang digunakan untuk memasak layaknya nyawa bagi sebuah rumah. Dari dapur ini penghuni rumah bisa menyantap makanan. Maka apabila dapur tersebut kosong, rumah tersebut seperti tidak ada kehidupan di dalamnya.
Saking mereka memuliakan dapur, lokasi pembangunannya pun tidak sembarangan. Orang Bali terutama yang beragama Hindu mempercayai konsep asta kosala kosali, yakni tata cara penataan lahan untuk tempat tinggal dan bangunan suci.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam konsep ini, dapur biasanya dibangun menghadap ke Gunung Agung yang dianggap suci oleh orang Hindu. Zaman dulu, lokasinya berada di tanah yang paling tinggi karena lebih dekat dengan sumber air.
"Karena mereka membutuhkan air dan air pada saat itu belum memakai pompa. Air kebanyakan masih datangnya dari mata air dan biasanya mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Jadi dapur kebanyakan letaknya ada di belakang. Mitologi mereka, sebaiknya kamar tidur atau dapur itu di tempat yang tinggi," kata Denny kepada detikProperti pada Rabu (20/11/2024).
Lalu, untuk desainnya, dapur dianjurkan dibuat terbuka, tetapi tetap bisa ditutup nantinya. Dapur yang terbuka membantu sirkulasi yang baik di ruangan tersebut. Apalagi pada zaman dahulu orang Bali masih memakai tungku kayu bakar. Oksigen sangat dibutuhkan pada proses pembakaran.
Material bangunan yang dipakai baik dapur maupun bangunan lain di komplek rumah Bali juga masih menggunakan bahan lokal dan alami.
"Bahan materialnya pun bahan material yang sederhana, kayu sirap, lalu kemudian bata taro," sebutnya.
Keunikan lainnya adalah rumah tradisional Bali tidak memiliki sistem drainase atau saluran pembuangan air yang rumit. Halaman rumah yang luas dan hanya berupa tanah tanpa di aspal atau ditutupi lainnya memudahkan air hujan dapat langsung terserap ke tanah.
"Mereka percaya begini, hujan itu bukan sesuatu yang harus dihindari atau jadi bahaya. Kita (rumah masa kini) bikin talang itu karena kebanyakan airnya menggenang dan agar salurannya nggak kemana-mana. Nah hujan buat mereka itu sepatutnya langsung ke tanah," jelasnya.
(dhw/das)