WAMI Kenalkan Teknologi Baru, Selama Ini Bagi-Bagi Royalti Pakai Sistem Apa?

Dalam sistem Atlas, terdapat lebih dari 250 juta lagu dengan data yang lengkap. Lagu-lagu itu adalah milik anggota yang memberikan kuasa pada WAMI untuk mengolah royaltinya.
Singkatnya, pada Atlas juga terdapat penjelasan pembagian royalti jika ada lagu yang diciptakan lebih dari satu komposer. Hal ini memudahkan WAMI dalam membagi royalti dalam tiga periode yang sekarang dilakukan.
Baca juga: Sistem Berbasis Data Penunjang Kinerja WAMI |
"Jadi itu sebenarnya dia adalah sebuah sistem informasi sebenarnya. Jadi dimana kita basically masukin semua data-data dari data lagu, data komposer, gitu kan ya, termasuk kalau kita bicara lagu itu kan artinya satu lagu pemiliknya bisa banyak. Jadi artinya pembagiannya seperti apa, itu semua kita taruh ke dalam data base tersebut," jelas Robert di kantor WAMI, kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Jumat (18/7/2025).
Gak sampai disitu saja, data lengkap berupa penggunaan lagu dari live performing, pada digital streaming platform dan siaran di restoran dan yang lainnya akan tertera dalam Atlas. Para anggota bisa mengakses dan mengetahui secara gamblang regulasi royalti dan kepopuleran lagu mereka sepanjang bergabung dengan WAMI.
Laporan mengenai distribusi royalti pada tiga tahap setiap bulannya juga akan dijabarkan di Atlas.
Menariknya, sistem data Atlas ini adalah hasil kerjasama WAMI dengan salah satu penyedia teknologi. Tapi sepenuhnya hak atas kepemilikan Atlas dipegang oleh WAMI.
Perihal kerahasiaan, Atlas hanya bisa diakses oleh para anggota yang tergabung oleh WAMI, sehingga minim adanya kebocoran.
Atlas kini seakan menjadi jawaban atas pertanyaan publik atau bahkan para komposer mengenai sistem kerja WAMI dalam pengkolektifan.
Banyak orang pun penasaran dan perlu edukasi lebih lanjut mengenai regulasi pengkolektifan ini. Sebab, isu liar mulai meneror dan mempertanyakan kredibilitas LMK maupun LMKN.
Namun yang menjadi pertanyaan besar, selama ini WAMI melakukan pengkolektifan dengan metode apa sebelum adanya Atlas?
"Jadi sebelum itu kita proses membangun sistemnya dulu tuh. Nah paralel untuk membangun sistem nya tersebut itu kita menggunakan sistem lain, pada waktu itu kita menggunakan sistem yang namanya Diva. Ini sebenarnya sistem yang dikembangkan sama LMK di Hongkong. Jadi kita ibaratnya menyewa lah sistem untuk kita pakai mengelola data tersebut," papar Robert.
So, rasa penasaran kamu sudah terjawab belum nih?
(pig/tia)