Ngabayotn adalah salah satu tradisi adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Suku Dayak Salako di Kota Singkawang, Kalimantan Barat (Kalbar). Tradisi ini merupakan ritual tutup tahun siklus pertanian yang sarat makna.
Bukan sekadar tradisi budaya, ngabayotn merupakan wujud hubungan harmonis antara manusia dengan Jubato (sebutan Tuhan oleh orang Dayak) dan alam. Simak apa itu tradisi ngabayotn, lengkap dengan proses ritual hingga maknanya.
Apa Itu Tradisi Ngabayotn?
Dikutip dari situs Media Center Pemerintah Kota Singkawang, ngabayotn termasuk tradisi penting, meski tak sebesar upacara adat besar lainnya, seperti gawai dayak dan naik dango. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat Dayak Salako.
Tujuan utama ngabayotn adalah menyampaikan rasa syukur atas hasil panen padi. Setelah panen selesai, masyarakat memulai kembali tahun pertanian dengan membuka ladang baru, yang biasanya ditandai dengan ritual sam-sam. Ngabayotn menjadi penanda siklus kehidupan agraris masyarakat Dayak Salako.
Proses Pelaksanaan Ritual
Tradisi ngabayotn bersifat sakral dan magis, dipengaruhi oleh kepercayaan animisme dan dinamisme. Seni tari menjadi bagian penting dalam ritual, karena sejak dahulu tari digunakan sebagai media upacara dan penyembahan.
Dilansir dari penelitian berjudul Simbol dan Makna Upacara Adat Ngabayotn Suku Dayak Salako Kalimantan Barat oleh Regaria Tindarika dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), upacara ngabayotn terdiri dari tiga bagian utama, yaitu nurutni' (pembuka), nyangohotn (inti), serta matekng dan tari narokng (penutup).
1. Nurutni'
Pada tahap awal ini, masyarakat Dayak Salako melaksanakan ritual nurutni' sebagai bentuk pemberitahuan dan undangan kepada Jubato (Tuhan), Awo Pamo (roh nenek moyang), serta roh-roh lainnya. Melalui doa dan simbol-simbol adat, mereka menyampaikan bahwa pesta panen padi akan segera dimulai.
Ritual ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah komunikasi spiritual yang diyakini dapat menghadirkan restu dan perlindungan agar seluruh rangkaian upacara berjalan lancar.
2. Nyangohotn
Setelah pembuka, upacara memasuki bagian inti yang disebut nyangohotn. Pada tahap ini, masyarakat berkumpul untuk mengucapkan syukur kepada Jubato atas hasil panen yang telah mereka terima. Doa-doa dipanjatkan dengan penuh harapan agar panen berikutnya lebih baik dan lebih berlimpah.
Nyangohotn menjadi momen sakral yang menegaskan hubungan erat antara manusia, alam, dan Tuhan, di mana hasil bumi dianggap sebagai anugerah yang harus dijaga dan disyukuri.
3. Matekng dan Tari Narokng
Sebagai penutup, masyarakat melaksanakan ritual matekng atau bapadah nutup yang menandai berakhirnya seluruh rangkaian upacara syukur panen. Bersamaan dengan itu, ditampilkan tari narokng, sebuah tarian sakral yang berfungsi untuk menyampaikan kepada Jubato bahwa upacara ngabayotn telah selesai.
Tari ini bukan hanya gerakan seni, tetapi juga simbol komunikasi spiritual yang menegaskan bahwa rasa syukur telah disampaikan dan seluruh prosesi adat ditutup dengan penuh penghormatan.
(bai/sun)