Lagu daerah merupakan salah satu tradisi lisan dari berbagai suku di Indonesia. Tak terkecuali suku Tidung, salah satu komunitas besar di Kalimantan Utara, yang memiliki lagu rakyat atau lagu daerah.
Salah satu lagu yang terkenal adalah 'Bebilin' yang dikenalkan secara turun-temurun. Lagu ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana pendidikan, komunikasi sosial.
Lirik Lagu Bebilin dan Terjemahannya
Lagu daerah Bebilin terdiri dari tiga bait. Masing-masing bait terdiri dari empat baris. Dalam menyanyikannya, setiap baris dinyanyikan dua kali dengan kaliman yang sama.
Bait 1
Bebilin yadu yaki
(Berpesan Kakek nenek)
Suboi no labu bedilit
(Waktunya sudah labu berlilit)
Penembayud no de fikir
(Merangkul disertai pemikiran)
Impong de lunas insuai
(Tidak mau lunas bercerai)
Bait 2
Manongku teganok kandis
(Benar aku sebatang pohon kandis)
Layau pegadan ku gino
(Rindang juga dahanku)
Tembelayan awoi lumot
(Seikat rotan kecil)
Batang tembaloi ku gino
(Untuk ikat rumahku saja.)
Bait 3
Sapu tangan jingga-jingga
(Sapu tangan warna jingga)
Mapit kegulu injakin
(Singgah dulu sebentar)
Buwoi nio kati intamu
(Lama sudah tidak bertemu)
Betapap maya bedindang
(Bertepuk tangan dan bernyanyi)
Makna Lagu Bebilin
Dikutip dari Kajian Semiotika dalam Lagu Tidung (Bebilin, Bencana, dan Imbaya Taka Mikang) oleh Ario Saputra, berikut ini interpretasi makna dari lagu Bebilin:
1. Simbol Kebersamaan
Kata "Bebilin yadu yaki" menandakan ajakan kolektif. Meski secara lugas ajakan untuk bernyanyi, ini juga bisa dimaknai ajakan bekerja, dan hidup bersama. Lagu ini bukan sekadar hiburan, namun juga perekat sosial.
2. Perahu Sebagai Metafora Kehidupan
Dalam lirik "Impong de lunas insuai", lunas berarti bagian bawah perahu yang menggambarkan keseimbangan hidup. Seperti perahu, lunasnya harus dijaga agar tidak karam, manusia pun harus menjaga harmoni dalam kehidupan sosial.
3. Alam Sebagai Sumber Nilai
Buah kandis, batang tembaloi, dan kelapa adalah simbol keseharian masyarakat Tidung. Ini menggambarkan bahwa alam bukan hanya sumber pangan, tetapi juga sumber filosofi hidup.
4. Identitas dan Estetika
"Sapu tangan jingga-jingga" melambangkan keindahan, kerapian, dan identitas budaya. Warna dan benda sehari-hari dijadikan simbol kebanggaan.
5. Budaya Musyawarah dan Gotong Royong
Lirik "penembayud no de fikir" menekankan pentingnya berpikir sebelum bertinda. Ini sejalan dengan nilai musyawarah dalam budaya Tidung.
Fungsi & Relevansi di Masa Kini
Lagu Bebilin berperan bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga media pendidikan moral, pengikat komunitas, sekaligus pelestari identitas budaya Tidung. Melalui simbol perahu, buah kandis, tembaloi, hingga saputangan jingga, lagu ini menanamkan nilai kebersamaan, musyawarah, dan keseimbangan hidup.
Kini, pesan tersebut tetap relevan karena mengingatkan pentingnya kolaborasi dalam menghadapi tantangan, menjaga identitas lokal di tengah globalisasi, serta menumbuhkan kesadaran bahwa alam dan budaya adalah fondasi kehidupan masyarakat.
Simak Video "Video: Pangdam Mulawarman Bicara Penyebab Anggota TNI Serang Mapolres Tarakan"
(bai/aau)