Pesona Serindit di Tana Tidung, Lebih dari Sekadar Burung

Pesona Serindit di Tana Tidung, Lebih dari Sekadar Burung

Oktavian Balang - detikKalimantan
Jumat, 04 Jul 2025 18:00 WIB
Burung serindit di Tana Tidung.
Burung serindit di Tana Tidung. Foto: Oktavian Balang/detikKalimantan
Tana Tidung -

Burung serindit atau Loriculus galgulus dikenal sebagai burung kecil berbulu hijau cerah dengan paruh bengkok. Namun, bagi masyarakat Suku Tidung, burung ini lebih dari sekadar satwa. Serindit adalah simbol identitas, warisan leluhur, dan pengikat komunitas Tidung yang tetap hidup dari masa ke masa.

Kepala Adat Lembaga Adat Tidung Bebatu, Udin, menceritakan keistimewaan burung serindit dalam budaya mereka. Meski zaman telah berubah, tradisi memelihara serindit tetap menjadi hobi turun-temurun yang mengakar kuat.

"Dulu, orang tua kami bilang, kalau tidak pelihara serindit, bukan orang Tidung," ujar Udin kepada detikKalimantan, Jumat (3/7/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Burung serindit kerap ditemukan di sangkar-sangkar milik warga. Tak hanya makhluk yang hidup, simbol serindit juga banyak ditemukan di perahu-perahu tradisional ngomba dayung asli Tidung. Ornamen serindit ini menjadi kebanggaan tersendiri dalam budaya penduduk asli di Kalimantan Utara ini.

"Di Bebatu, Malinau, sampai Sesayap, serindit masih banyak dipelihara. Ada yang punya sampai sepuluh sangkar di rumah, saking hobinya," tambah Udin.

Daya Tarik Serindit

Bagi masyarakat Tidung, memelihara serindit lebih dari sekadar hobi. Burung kecil dengan panjang tubuh sekitar 12 cm, bulu hijau, bercak biru di mahkota, dan suara merdu ini memiliki daya tarik khusus.

"Mulai subuh, mereka berburu serindit. Kadang sampai malam, bahkan bermalam di hutan. Kalau sudah ngomong soal serindit, tidak ada topik lain," ungkapnya.

Serindit juga bisa dibilang mengikat komunitas. Diskusi tentang serindit sering menjadi topik hangat yang membuat warga lupa waktu.

"Kalau sudah ngumpul, ngomongin serindit, bisa sampai lupa makan," kelakar Udin.

Jadi Identitas Budaya

Irian, seorang warga Bebatu, mengungkapkan seberapa istimewanya serindit bagi masyarakat Tidung. Ada lelucon populer yang mengatakan seseorang belum sahih disebut sebagai orang Tidung kalau tidak memelihara serindit.

"Ketika bertemu teman-teman, pertanyaan pertama pasti, 'Ada serindit kah?' Kalau tidak ada, bukan orang Tidung. Tapi ini cuma guyon," katanya terbahak.

Bagi Irian, memelihara serindit tidaklah sulit. Burung serindit menyukai bunga dan buah-buahan yang biasanya ditemukan di wilayah pertambakan, hutan, atau pinggir sungai di Tana Tidung.

Sangkar serindit pun punya keunikan, terbuat dari rotan dengan bentuk bulat yang elastis. Bentuk ini menyesuaikan postur burung yang mungil.

"Kandangnya dibuat secara tradisional. Warga di sini juga banyak yang pintar bikin sangkar," tambahnya.

Jumlah Semakin Menurun

Menangkap serindit juga mudah. Cukup menggunakan perekat. Jika dijual, serindit dibanderol dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 300 ribu per ekor. Namun bagi masyarakat Tidung, nilai serindit lebih daripada sekadar satwa yang dijual.

"Ini murni hobi, untuk menjaga tradisi," katanya.

Meski tradisi mencari dan memelihara serindit masih kuat, Irian mulai khawatir. Populasi serindit di alam liar semakin menurun. Perambahan hutan secara masif jadi salah satu penyebabnya.

"Populasinya mulai berkurang. Dulu lebih mudah ditemukan," katanya.




(des/des)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads