Ketika kita menyaksikan tarian tradisional dari Kalimantan, mata biasanya terpaku pada gemulai gerak penari dan warna-warni busana yang mencolok. Tapi ada satu elemen penting yang kerap terlewat, suara tabuhan yang menghidupkan seluruh pertunjukan.
Ialah iringan Babun, suara dari alat musik yang termasuk instrumen perkusi sederhana. Babun menjadi denyut utama dalam berbagai ritual budaya, terutama di wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, hingga Kalimantan Barat.
Apa Itu Babun?
Babun adalah alat musik tradisional berbentuk tabung yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan. Sekilas mirip kendang, tetapi babun memiliki ukuran dan suara khas yang membedakannya. Badan babun dibuat dari kayu keras seperti kayu ulin atau meranti, sementara bagian membran (permukaan pukul) biasanya berasal dari kulit kambing atau sapi.
Instrumen ini ditemukan di berbagai wilayah Kalimantan, mulai dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, hingga Kalimantan Barat, dan digunakan oleh berbagai kelompok etnis, termasuk suku Banjar dan Dayak.
Fungsi Babun
Babun bukan sekadar alat musik pelengkap. Dalam tradisi Kalimantan, alat musik ini adalah pengatur tempo dan emosi dalam pertunjukan. Dalam tari-tarian seperti Tari Japin, Tari Giring-Giring, atau berbagai upacara adat, babun menentukan ritme dari awal hingga akhir.
Suaranya menjadi penanda kapan gerak dimulai, berubah, atau berhenti, layaknya seorang konduktor dalam orkestra.
Tak hanya itu, babun juga berfungsi sebagai penghubung spiritual. Dalam beberapa ritual Dayak, suara babun diyakini mampu membuka jalan komunikasi dengan arwah leluhur.
Maka, dalam konteks budaya, babun bukan hanya instrumen musik, tetapi juga simbol keseimbangan antara dunia nyata dan dunia roh.
Meski memainkan peran penting, babun sering diletakkan di belakang panggung atau di sisi yang tidak terlihat penonton. Penabuhnya mengiringi tarian sambil duduk, nyaris tidak terlihat, tapi terus mengatur irama sepanjang pertunjukan.
Inilah mengapa banyak orang tidak menyadari keberadaan alat ini, bahkan saat mereka menikmati hasil dari dentuman ritmisnya. Dominasi visual dalam pertunjukan, mulai dari para penari, kostum, dan gerak tari membuat suara babun hanya hadir sebagai latar. Padahal, tanpa babun, pertunjukan bisa terasa datar dan kehilangan nyawanya.
Babun biasanya dimainkan dalam berbagai konteks budaya dan sosial, seperti dalam tari tradisional. Babun mengiringi gerak tari yang sarat makna simbolik.
Babun juga digunakan untuk mengiringi upacara adat mulai dari pernikahan, penyambutan tamu agung, hingga kematian. Hingga babun juga dipakai dalam ritual spiritual terutama pada masyarakat Dayak pada prosesi yangsakral.
Kehadiran babun dalam acara-acara ini menandakan statusnya sebagai elemen penting dalam struktur budaya lokal.
(aau/aau)