Babun, Alat Musik yang Jadi Jantung Kesenian Kalimantan

Babun, Alat Musik yang Jadi Jantung Kesenian Kalimantan

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Selasa, 29 Jul 2025 09:01 WIB
Gubernur Kalsel saat itu, Sahbirin Noor (2020) menabuh babun. Foto: Media Center Pemprov Kalsel
Gubernur Kalsel saat itu, Sahbirin Noor (2020) menabuh babun. Foto: Media Center Pemprov Kalsel
Samarinda -

Ketika kita menyaksikan tarian tradisional dari Kalimantan, mata biasanya terpaku pada gemulai gerak penari dan warna-warni busana yang mencolok. Tapi ada satu elemen penting yang kerap terlewat, suara tabuhan yang menghidupkan seluruh pertunjukan.

Ialah iringan Babun, suara dari alat musik yang termasuk instrumen perkusi sederhana. Babun menjadi denyut utama dalam berbagai ritual budaya, terutama di wilayah Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, hingga Kalimantan Barat.

Babun. Foto: Museum Lambung MangkuratBabun. Foto: Museum Lambung Mangkurat

Apa Itu Babun?

Babun adalah alat musik tradisional berbentuk tabung yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tangan. Sekilas mirip kendang, tetapi babun memiliki ukuran dan suara khas yang membedakannya. Badan babun dibuat dari kayu keras seperti kayu ulin atau meranti, sementara bagian membran (permukaan pukul) biasanya berasal dari kulit kambing atau sapi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Instrumen ini ditemukan di berbagai wilayah Kalimantan, mulai dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, hingga Kalimantan Barat, dan digunakan oleh berbagai kelompok etnis, termasuk suku Banjar dan Dayak.

Fungsi Babun

Babun bukan sekadar alat musik pelengkap. Dalam tradisi Kalimantan, alat musik ini adalah pengatur tempo dan emosi dalam pertunjukan. Dalam tari-tarian seperti Tari Japin, Tari Giring-Giring, atau berbagai upacara adat, babun menentukan ritme dari awal hingga akhir.

Suaranya menjadi penanda kapan gerak dimulai, berubah, atau berhenti, layaknya seorang konduktor dalam orkestra.

Tak hanya itu, babun juga berfungsi sebagai penghubung spiritual. Dalam beberapa ritual Dayak, suara babun diyakini mampu membuka jalan komunikasi dengan arwah leluhur.

Maka, dalam konteks budaya, babun bukan hanya instrumen musik, tetapi juga simbol keseimbangan antara dunia nyata dan dunia roh.

Meski memainkan peran penting, babun sering diletakkan di belakang panggung atau di sisi yang tidak terlihat penonton. Penabuhnya mengiringi tarian sambil duduk, nyaris tidak terlihat, tapi terus mengatur irama sepanjang pertunjukan.

Inilah mengapa banyak orang tidak menyadari keberadaan alat ini, bahkan saat mereka menikmati hasil dari dentuman ritmisnya. Dominasi visual dalam pertunjukan, mulai dari para penari, kostum, dan gerak tari membuat suara babun hanya hadir sebagai latar. Padahal, tanpa babun, pertunjukan bisa terasa datar dan kehilangan nyawanya.

Babun biasanya dimainkan dalam berbagai konteks budaya dan sosial, seperti dalam tari tradisional. Babun mengiringi gerak tari yang sarat makna simbolik.

Babun juga digunakan untuk mengiringi upacara adat mulai dari pernikahan, penyambutan tamu agung, hingga kematian. Hingga babun juga dipakai dalam ritual spiritual terutama pada masyarakat Dayak pada prosesi yangsakral.

Kehadiran babun dalam acara-acara ini menandakan statusnya sebagai elemen penting dalam struktur budaya lokal.

Bahan dan Teknik Pembuatan Babun

Babun dibuat dengan cermat menggunakan bahan lokal yang kuat dan tahan lama. Kayu ulin atau kayu meranti dijadikan bahan utama pembuatan tabung, lalu dibentuk silinder. Membran kulit dipasang dengan teknik pengikat tradisional agar menghasilkan resonansi suara yang optimal.

Pengerjaan babun tidak bisa sembarangan. Perajin biasanya memahami karakteristik suara yang diinginkan. Ada yang membuat babun dengan dua sisi pukul, ada juga yang hanya satu sisi. Pilihan ini biasanya disesuaikan dengan fungsi atau gaya permainan daerah masing-masing.

Ritme dan Irama Babun

Irama babun bersifat ritmis, stabil, dan repetitif, tetapi bisa juga dinamis mengikuti alur pertunjukan. Meskipun tidak memiliki notasi seperti musik barat, penabuh babun memiliki pola-pola ritmis yang sudah diwariskan secara turun-temurun, sering disebut pola pukulan atau ketukan dasar. Pola ini menjadi pengatur tempo dan emosi dalam sebuah pertunjukan tari atau upacara adat.

Berikut adalah beberapa karakter irama babun yang khas:

1. Berpola Sinkop atau Tersendat-Lancar

Dalam beberapa tarian Kalimantan seperti Tari Japin atau Tari Giring-Giring, irama babun tidak selalu lurus dan datar. Sering kali muncul pola sinkop, yaitu ketukan yang sedikit 'tersendat' lalu kembali lancar, sehingga menciptakan semacam tarikan emosional yang menuntun penari untuk memberi aksen pada gerakan tertentu.

2. Cepat-Lambat Dinamis

Penabuh babun tidak selalu mempertahankan satu tempo. Dalam satu pertunjukan bisa terjadi:

- Awal yang lambat dan khidmat, memberi kesan penghormatan atau pembukaan ruang spiritual.
- Bagian tengah yang lebih cepat dan menghentak, mengiringi gerakan tari yang enerjik.
- Akhir yang melambat kembali, sebagai penutup dan penurunan tensi emosi.

Perubahan ini biasanya disepakati atau dikodekan dengan isyarat tertentu, baik dari pemimpin pertunjukan atau dari gerak penari itu sendiri.

3. Pola 4/4 atau 3/4 Tradisional

Meski tidak tertulis, banyak irama babun yang mengikuti pola empat ketukan (4/4) atau tiga ketukan(3/4), tergantung jenis tariannya. Misalnya pada Tari Japin cenderung menggunakan pola teratur 4/4 (seperti langkah kaki berpasangan).

Sementara pada Tari Giring-Giring atau tari daerah Dayak lainnya bisa memakai pola 3/4 yang memberi nuansa bergoyang.

4. Fungsi 'Cue' atau Isyarat

Penabuh babun bisa memberi sinyal lewat perubahan irama atau intensitas pukulan. Misalnya pukulan cepat dan keras menandakan transisi gerakan, sementara pukulan tunggal yang panjang sebagai aba-aba akhir tarian atau peralihan segmen.

Babun menjadi jantung dari pertunjukan seni yang memadukan gerak, suara, dan nilai spiritual dalam satu tarikan napas budaya. Mengenal babun berarti mengenali struktur halus yang menopang megahnya kebudayaan Kalimantan.

Nah, itulah tadi informasi seluk beluk babun dan bagaimana alat musik ini menjadi penting dalam berbagai acara adat di Kalimantan. Semoga menambah informasimu, ya!

Halaman 2 dari 2
(aau/aau)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads