Sirup rimbang atau sirup terong dayak ini merupakan produk hasil pembinaan seorang guru tata boga, Tere, kepada siswa siswi tunarungu yang diampunya di Sekolah Khusus Negeri (SKHN) 1 Palangka Raya.
Sirup tersebut memiliki cita rasa khas buah-buahan Kalimantan, yakni berasal dari buah yang sering disebut terong dayak oleh masyarakat Kalimantan Tengah. Namun secara umum disebut terong asam.
Ide tersebut muncul saat Tere mengikuti kegiatan siswa siswi di sekolah. Kegiatan tersebut berupa pameran dan kreasi produk kearifan lokal. Salah satunya produk makanan dan minuman.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Na waktu itu minumannya hanya es buah saja. Lalu saya berpikir berarti ni kalo bisa dibikin es bisa dibikin selai juga. Lalu saya jatuhnya ke selai awalnya, akhirnya mengikuti lah ke sirup ini," ujarnya pada detikKalimantan, Rabu (21/5/2025).
Sirup maupun selai terong dayak tersebut diproduksi secara khusus oleh siswa tunarungu. "Kalau tunarungu mereka biasa saya arahkan langsung ke penjualan, karena mereka bisa membaca resepnya, bisa langsung bikin sendiri," terangnya.
Olahan terong dayak tersebut dijual secara online, lewat pameran, maupun secara langsung di lingkungan sekolah. Kemudian setiap Kamis diadakan bazar hasil produksi siswa siswi.
"Siswa saya itu yang tunarungu memang mereka produksi. Kami sudah jualan. Ada yang lewat online. Terus kalau pameran-pameran selalu kami hadirkan," terang Tere.
"Sama kami ada market days setiap hari Kamis dijual di lingkungan sekolah. Jadi apa-apa yang siswa siswi kami satu minggu kerjakan itu dijual," tegasnya.
Tere merasa bangga karena anak-anak didiknya khususnya yang tunarungu dapat belajar dan produktif menciptakan karya. "Bangga sekali! Apalagi mereka dengan keterbatasan ternyata kalau dibimbing dengan benar bisa seperti orang pada umumnya," terangnya.
Selain siswa tunarungu, Tere juga mengampu siswa dengan disabilitas lainnya. Namun orientasi pembelajarannya dibedakan, disesuaikan dengan karakter disabilitas siswanya.
"Saya selain tunarungu, tunagrahita (hambatan intelektual), tunadaksa (hambatan fisik). Masing-masing beda cara perlakuannya," pungkasnya.
(sun/des)