Selama ini nama Pontianak hampir selalu identik dengan Tugu Khatulistiwa. Monumen ini memang jadi ikon utama dan ramai dikunjungi wisatawan. Tapi sebenarnya, Pontianak punya monumen lain yang tak kalah penting dilihat dari sisi sejarah, meskipun namanya belum umum diketahui.
Monumen itu adalah Tugu Digulis, atau yang juga dikenal sebagai Tugu Bambu Runcing atau Monumen Sebelas Digulis. Berada di tengah kota, tugu ini jadi pengingat perjalanan panjang perjuangan rakyat Kalimantan Barat.
Tugu Digulis menyimpan cerita tentang keberanian, pengorbanan, dan pengasingan para tokoh pergerakan yang berani melawan ketidakadilan di masa kolonial. Di balik bentuk bambu runcing yang menjulang, tersimpan kisah pahit tentang pembuangan ke Boven Digoel dan tekad kuat untuk memperjuangkan hak rakyat.
Sayangnya, belum banyak yang tau latar belakang dan makna filosofis dari tugu ini. Maka dari itu, berikut ini detikKalimantan sajikan informasi tentang Tugu Digulis, dari latar belakang dibangunnya, makna, hingga perkembangannya hingga saat ini dikutip dari Arsip Pemerintah Kota Pontianak.
Latar Sejarah Pembangunan Tugu Digulis
Tugu Digulis diresmikan pada 10 November 1987 bertepatan dengan Hari Pahlawan oleh Gubernur Kalimantan Barat saat itu, H. Soedjiman. Alasan ditetapkannya tanggal ini karena pemerintah daerah ingin menegaskan bahwa perjuangan rakyat Kalimantan Barat merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah kepahlawanan nasional.
Monumen ini dibangun untuk mengenang 11 tokoh pergerakan rakyat Kalimantan Barat yang pada awal abad ke-20 aktif dalam gerakan sosial, keagamaan, dan politik. Aktivitas mereka yang banyak berakar pada organisasi seperti Sarekat Islam (SI) dan Sarekat Rakyat (SR), dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Para tokoh ini dinilai mampu membangkitkan kesadaran politik rakyat di mana saat itu sangat ditakuti oleh pemerintah kolonial.
Akibatnya, mereka ditangkap dan diasingkan ke Boven Digoel, sebuah daerah terpencil di Papua yang pada masa itu dikenal sebagai tempat pembuangan tahanan politik. Dari sinilah istilah "Digulis" berasal yang merujuk pada orang-orang yang "digulisi", atau dibuang ke Digoel.
Nama ini kemudian digunakan untuk menamai monumen tersebut sebagai penanda sejarah pengasingan dan keteguhan sikap para tokoh yang tidak menyerah meski dihadapkan pada tekanan berat.
Simak Video "Belajar Menarikan Tarian Khas dari Sanggar Seni di Singkawang"
(des/des)