Program Makan Bergizi Gratis (MBG) digadang-gadang mampu mendongkrak kesejahteraan petani lokal di Tarakan, Kalimantan Utara. Namun, petani yang terlibat di lapangan menilai realisasinya belum sesuai harapan.
Petani sayur di kawasan Gunung Amal, Kelurahan Kampung Enam, Tarakan Timur, menilai program tersebut belum memberikan dampak bagi mereka dalam rantai pasok. Dollah (49), salah satu petani setempat, menyebut sempat ada isu pelibatan petani untuk kesejahteraan, tetapi hingga kini realisasinya nihil.
"Kemarin ada isu bahwa MBG ini melibatkan petani guna mensejahterakan. Tapi dari pihak yang mengajukan program itu tidak terjun ke lapangan. Mereka kayak ngomong saja, tapi tidak ada aksi," ujar Dollah kepada detikKalimantan, Kamis (11/12/2025).
Dollah menyayangkan minimnya tindak lanjut dari pertemuan sebelumnya. Alih-alih petani lokal yang diberdayakan, ia mengatakan justru pihak luar atau perantara yang bergerak mengambil keuntungan.
"Contohnya bayam. Di pasar bisa kita jual Rp 8.000, tapi mereka minta Rp 7.000. Kita coba bertahan karena kondisi sayur mahal, tapi akhirnya mereka tetap beli. Tapi itu pun baru sekali saja terjadi," ungkapnya.
Selain tekanan harga, mekanisme pengambilan sayur dinilai tebang pilih karena hanya menghubungi petani tertentu.
"Seharusnya kalau mau pemerataan, ya bergilir. Hari ini sayurnya si A, besok si B. Ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial," tegas Dollah.
Simak Video "Video: Polisi Selidiki Kasus Belasan SD di Palembang Keracunan MBG"
(des/des)