Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Tarakan tengah mempercepat program cetak sawah seluas 202 hektare. Dalam pengerjaannya, pemerintah menggandeng personel TNI dari Kodim 0907/Tarakan untuk mengejar target tanam pada akhir tahun.
Proyek strategis ini berlokasi di Jalan Ngeringup, RT 17 Sungai Maya, Kelurahan Juata Laut, Tarakan, Kalimantan Utara (Kaltara). Hingga pertengahan November 2025, proses pembukaan lahan (land clearing) terus dikebut.
"Per tanggal 17 November kemarin, yang sudah dikonstruksi atau dieksekusi itu 68,24 hektare. Total luasan kan 202 hektare. Pelaksanaannya kita swakelola tipe dua bersama teman-teman Kodim 0907 Tarakan," kata Kepala Bidang Pertanian DKPP Tarakan, Nur Rahmi pada detikKalimantan, Rabu (19/11/2025).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekedar diketahui, program cetak sawah merupakan upaya pemerintah dalam menjamin ketersediaan lahan pertanian, melalui lahan yang belum diusahakan. Secara umum program cetak sawah bertujuan menambah luas baku lahan sawah (LBS) dan menghasilkan produksi utama berupa padi pada sawah baru sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Sejauh ini, DKPP Tarakan optimis target konstruksi lahan bisa rampung 100 persen sebelum kontrak berakhir pada 31 Desember 2025. Untuk mengelola lahan ratusan hektare tersebut, DKPP telah membentuk 'Brigade Pangan Juwata Inti Perkasa'.
Brigade ini beranggotakan 15 orang yang merupakan gabungan dari dua Kelompok Tani (Poktan), yakni Poktan Si Aboi Makmur dan Poktan Nusantara Subur 1. Para anggota brigade ini sebagian besar memiliki latar belakang nelayan atau petambak yang berkomitmen beralih menjadi petani padi.
"Jadi poktan ini basic-nya banyak yang nelayan tambak. Tapi karena di awal sudah punya komitmen ingin bertani juga, jelas nanti kami dan teman-teman penyuluh pusat akan melakukan pelatihan budidaya," kata Nur Rahmi.
DKPP menargetkan penanaman padi bisa dimulai pada Desember 2025 secara bertahap. Saat ini, pihaknya masih menunggu kedatangan dolomit (kapur pertanian) bantuan dari pusat untuk menetralkan pH tanah, mengingat lahan tersebut merupakan area rawa.
"Karena ini lahan baru dibuka, kita harus menstabilkan pH tanah dulu. Kalau dolomit tiba, kita bajak lahan, baru nanti kita menaburkan benih," ujarnya.
Jika penanaman mulus dilakukan Desember, diperkirakan panen perdana bisa dilakukan pada Maret tahun depan dengan estimasi waktu 110 hari. Varietas yang akan digunakan adalah Mekongga yang dinilai tahan terhadap salinitas air.
"Kalau dari pusat kita ditarget kalau bisa dapat 5 ton per hektare. Tapi namanya lahan baru pasti ada penyesuaian," ucap Nur Rahmi.
(aau/aau)
