Kisah Hidup Aji Pangeran Tumenggung Pranoto, Gubernur Pertama Kaltim

Nadhifa Aurellia Wirawan - detikKalimantan
Sabtu, 13 Des 2025 12:10 WIB
Aji Pangeran Tumenggong Pranoto. Foto: Buku Kalimantan Timur: Apa, Siapa dan Bagaimana
Samarinda -

Ada salah satu tokoh penting bagi Kalimantan Timur di masa awal kemerdekaan. Aji Pangeran Tumenggung Pranoto atau lebih dikenal sebagai APT Pranoto adalah salah satu tokoh yang berperan besar dalam dinamika transisi pemerintah Indonesia di awal masa kemerdekaan.

Namanya kini diabadikan sebagai bandara internasional di Samarinda sebagai bentuk penghormatan atas jasa dan dedikasinya bagi Kalimantan Timur. Meski begitu, belum banyak yang kenal dengan sosok dan perjuangannya.

Melalui artikel ini, yuk, kita mengenal APT Pranoto, mulai dari kelahirannya, masa sekolah, hingga diangkat menjadi gubernur pertama Kalimantan Timur.

Awal Kehidupan dan Latar Belakang Keluarga

Aji Pangeran Tumenggung Pranoto atau yang pada masa kecilnya bernama Aji Addin, lahir pada 14 September 1906 di Tenggarong, pusat Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Ia terlahir dari lingkungan bangsawan keraton di mana ayahnya adalah Aji Muhammad Alimuddin, sultan Kutai Kartanegara perioda 1900-1910.

Sejak lahir, Aji Addin berada dalam lingkungan sosial yang sangat ketat dengan pemerintahan tradisional, adat, serta pendidikan elite Kutai pada masa Hindia Belanda. Lingkungan keluarga besarnya dikenal sangat menekankan kedisiplinan, sopan santun, serta kemampuan literasi karena banyak anggota keluarga yang berperan sebagai pejabat di bawah pemerintahan kolonial.

Sejak kecil, Aji Addin hidup di Tenggarong dalam suasana budaya keraton yang kental, tempatnya diperkenalkan dengan adat istiadat Kutai, sejarah kerajaan, dan nilai-nilai kepemimpinan.

Walaupun hidup sebagai bangsawan, kehidupannya tidak bergelimang kemewahan, lelaki itu dididik untuk mandiri, dekat dengan masyarakat, serta memahami administrasi pemerintahan. Pendidikan awalnya dimulai di sekolah dasar pribumi (sekelas HIS) yang ada di Tenggarong dengan pendidikan terbaik yang hanya dapat diakses anak-anak bangsawan Kutai pada awal abad ke-20.

Melihat kecerdasannya, keluarga mengirimnya menempuh pendidikan lanjutan di OSVIA (Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren) di Makassar. Sekolah ini emilik pemerintah kolonial yang bertujuan untuk melatih calon pegawai negeri pribumi.

OSVIA adalah lembaga yang hanya menerima calon siswa berprestasi dan berlatar belakang keluarga terhormat, sehingga pendidikan di sana menambah kemampuan Aji Addin dalam berbahasa Belanda, administrasi, hukum, serta tata pemerintahan.

Setelah lulus OSVIA, Aji Addin kembali ke Tenggarong dan langsung bekerja sebagai juru tulis pemerintahan di lingkungan administratif Kutai Kertanegara. Karier awal yang dimulai dari posisi paling bawah ini menjadi fondasi penting yang membuatnya memahami kerja pemerintahan sebelum akhirnya menduduki jabatan-jabatan lebih tinggi.

APT Pranoto menikah dengan Aji Maisarah yang kemudian diberi gelar Aji Raden Puspo Kusumo. Dari pernikahannya, ia dikaruniai 18 orang anak yang kemudian banyak di antaranya terlibat dalam kegiatan sosial, pendidikan, dan pemerintahan di Kalimantan Timur.

Kedekatannya dengan masyarakat, pemahamannya terhadap adat Kutai, serta pendidikan modern ala OSVIA membut Aji Addin tumbuh sebagai sosok yang unik karena merupakan bangsawan, birokrat muda berpendidikan, sekaligus tokoh yang menguasai tata kelola tradisional dan pemerintahan kolonial.

Latar belakang inilah yang kelak menjadikan APT Pranoto sebagai salah satu tokoh penting Kalimantan Timur pada masa transisi pemerintahan Indonesia, hingga akhirnya dikenal sebagai salah satu tokoh yang berperan besar dalam struktur pemerintahan daerah dan sejarah pembangunan Kaltim.



Simak Video "Menyusuri Perjalanan ke Labuan Cermin di Berau dengan Menggunakan Perahu yang Menyenangkan "


(des/des)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork