Salah satu fenomena cuaca yang sedang menjadi sorotan di Indonesia adalah Siklon Tropis Bakung. Siklon ini adalah sistem cuaca berskala besar yang terbentuk dan bergerak di wilayah Samudra Hindia pada awal hingga pertengahan Desember 2025.
Meskipun pusat siklon ini tidak melintasi daratan Indonesia, keberadaannya tetap berdampak terhadap kondisi cuaca di sejumlah wilayah, khususnya pesisir barat Indonesia. Siklon Tropis Bakung berpotensi memicu hujan lebat, angin kencang, serta peningkatan tinggi gelombang laut.
Pembentukan Siklon Tropis
Siklon tropis sendiri merupakan sistem cuaca bertekanan rendah yang terbentuk di atas perairan tropis yang hangat. Ciri khasnya adalah adanya pusaran angin yang bergerak mengelilingi pusat tekanan rendah, disertai awan yang sangat tebal dan luas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sistem ini tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan telah melalui tahapan yang cukup panjang, mulai dari gangguan cuaca berskala kecil hingga berkembang menjadi badai tropis.
Menurut BMKG, siklon tropis biasanya terbentuk ketika suhu permukaan laut cukup tinggi, kelembapan udara mendukung, dan gangguan angin vertikal relatif kecil. Di Indonesia, fenomena ini umumnya terjadi di wilayah Samudra Hindia selatan dan perairan Pasifik barat daya karena letak geografis Indonesia berada dekat ekuator sehingga jarang dilalui langsung oleh pusat siklon.
Berawal dari Bibit Siklon Tropis 91S
Dilansir dari penjelasan BMKG, Siklon Tropis Bakung berawal dari Bibit Siklon Tropis 91S yang mulai terdeteksi pada 7 Desember 2025. Lokasi awal kemunculannya berada di Samudra Hindia barat daya Lampung.
Pada tahap ini, sistem cuaca tersebut masih berupa kumpulan awan yang menunjukkan tanda-tanda sirkulasi, tapi belum cukup kuat untuk dikategorikan sebagai siklon tropis.
BMKG kemudian memantau perkembangan bibit siklon ini secara berkala. Seiring waktu, sistem menunjukkan peningkatan intensitas, baik dari sisi struktur awan maupun kecepatan angin. Hingga akhirnya, pada 12 Desember 2025 pukul 19.00 WIB, BMKG secara resmi menetapkan sistem ini sebagai Siklon Tropis Bakung.
Pada saat penetapan tersebut, Siklon Tropis Bakung memiliki kecepatan angin maksimum sekitar 35 knot atau setara 65 km/jam, dengan tekanan udara minimum di pusat sistem sekitar 1000 hPa. Sejak fase awal ini, sistem sudah menunjukkan arah pergerakan yang konsisten menjauhi wilayah Indonesia.
Kekuatan Angin Hingga 75-83 km/jam
Setelah terbentuk, Siklon Tropis Bakung terus mengalami peningkatan intensitas. Dalam beberapa fase, kekuatan anginnya meningkat hingga kisaran 40-45 knot (75-83 km/jam) dengan tekanan minimum sekitar 996-1000 hPa. Angka-angka ini menunjukkan bahwa Bakung merupakan siklon tropis yang cukup signifikan, meskipun tidak masuk kategori ekstrem tertinggi.
BMKG juga memperkirakan bahwa intensitas Bakung sempat berpotensi meningkat hingga kategori dua, dengan kecepatan angin maksimum mencapai sekitar 55 knot (100 km/jam) dan tekanan udara pusat yang turun ke kisaran 986-988 hPa. Meski demikian, arah pergerakannya tetap menjauh dari wilayah Indonesia, sehingga risiko dampak langsung dapat diminimalkan.
Secara geografis, pusat Siklon Tropis Bakung berada di sekitar lintang 9-9,4 derajat Lintang Selatan dan bujur 92-95 derajat Bujur Timur, di wilayah Samudra Hindia. Pola pergerakannya dominan ke arah barat hingga barat daya, menjauh dari Sumatra dan Jawa, namun tetap cukup dekat untuk memengaruhi dinamika atmosfer regional.
Dampak Tidak Langsung Siklon Tropis Bakung terhadap Indonesia
Walaupun pusat Siklon Tropis Bakung tidak melintasi daratan Indonesia, dampak tidak langsungnya tetap terasa dan perlu diwaspadai. Sistem tekanan rendah berskala besar seperti ini mampu mengubah pola angin dan distribusi uap air di sekitarnya. Maka itu, perlu diketahui apa saja dampak Siklon Tropis Bakung di Indonesia.
1. Peningkatan Curah Hujan
BMKG memperkirakan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi terjadi di wilayah seperti Bengkulu, Lampung, dan Banten. Hujan yang berlangsung cukup lama dapat meningkatkan risiko banjir, genangan, dan longsor, terutama di daerah dengan drainase kurang baik atau kondisi tanah yang sudah jenuh air.
2. Angin Kencang di Wilayah Pesisir
Keberadaan Siklon Tropis Bakung juga memicu angin kencang di sejumlah wilayah pesisir, khususnya di pesisir barat Sumatra dan Lampung. Angin ini tidak selalu disertai hujan deras, tetapi tentunya dapat berdampak pada aktivitas nelayan.
3. Gelombang Laut Tinggi
Salah satu dampak yang paling perlu diperhatikan adalah peningkatan tinggi gelombang laut. BMKG mencatat potensi gelombang setinggi 1,25 hingga 2,5 meter di sejumlah perairan, seperti Selat Sunda bagian selatan, Samudra Hindia selatan Banten, selatan Jawa, hingga wilayah sekitar Kepulauan Mentawai.
Fenomena Siklon Tropis Bakung menjadi contoh bahwa cuaca ekstrem tidak selalu berasal dari siklus yang berada tepat di atas wilayah kita. Sistem cuaca besar di laut lepas dapat memberikan dampak luas, terutama bagi negara kepulauan seperti Indonesia. Pantau terus prakiraan cuaca di wilayah detikers melalui website resmi www.bmkg.go.id atau Instagram @infobmkg.
