Selama bulan Mei 2025, telah terjadi 2 kali kasus bunuh diri di Jembatan Kahayan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Psikolog mengingatkan orang sekitar untuk peka pada tanda awal orang yang depresi.
Pada Jumat (9/5) telah terjadi percobaan bunuh diri oleh seorang gadis inisial SA (18) di Jembatan Kahayan. Aksi tersebut berhasil digagalkan oleh Polresta Palangka Raya. Sebelumnya, SA sempat mendatangi Polresta Palangka Raya dan bercerita sedang ada masalah keluarga.
Kemudian pada Selasa (20/5), telah terjadi dugaan bunuh diri yang dilakukan MZ (64). Korban terjun dari Jembatan Kahayan dan jatuh pada cor beton di bawah jembatan. Hingga kini motifnya masih dalam penyelidikan kepolisian.
Psikolog sekaligus Kepala Seksi Tindak Lanjut Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA) Provinsi Kalimantan Tengah, Rensi, menjelaskan bahwa orang yang memiliki masalah dalam kesehatan mental atau depresi memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal negatif. Salah satunya dengan adanya pemikiran mengakhiri hidup. Orang yang mengalami depresi memiliki tanda-tanda awal yang khas.
"Paling mudah dilihat adalah perubahan perilaku. Kok dia tidak seperti biasanya. Bisa dari ekspresinya atau saat dia beraktivitas menunjukkan perilaku tidak biasa. Misal tidak fokus, menyendiri, diajak ngobrol apa jawab apa sehingga orang ini nampak tidak seperti biasanya," jelasnya kepada detikKalimantan, Selasa (27/5/2025).
Menurut Rensi, hal yang paling dibutuhkan bagi orang yang depresi adalah didengarkan keluh kesahnya. Ia juga menekankan pentingnya menjadi peka baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang di sekitar. Hal tersebut penting untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti bunuh diri.
Rensi juga berpesan ketika mengetahui orang sekitar mengalami depresi untuk menjauhkannya dari benda-benda tajam dan berbahaya. Ia juga menyarankan untuk segera menemui orang-orang yang tepat atau profesional ketika merasakan hal-hal yang mengganggu pikiran dan mental.
"Ajak dia sesuai dengan kapasitasnya, misalnya pada saat itu dirasa dia lebih tepat dibawa ke pemuka agama, psikolog, psikiater, dan lain sebagainya" pungkasnya.
Masyarakat juga dihimbau untuk tidak ragu mendatangi UPT Perlindungan Perempuan dan Anak jika masalah utamanya adalah terjadi tindak kekerasan pada perempuan dan anak. Rensi menjelaskan bahwa layanan untuk perempuan dan anak korban kekerasan di UPT PPA dapat diakses secara gratis, sehingga masyarakat tidak perlu meresahkan soal biaya.
(des/des)