Momen PSIM Jogja juara Divisi Satu 2005 menjadi salah satu kenangan paling manis bagi suporter mereka, yakni Brajamusti. Presiden Brajamusti, Muslich Burhanuddin (Thole) pun mengenang perjuangannya dan suporter lainnya mengantarkan PSIM juara, termasuk perjuangannya mengumpulkan uang dengan cara memulung sampah.
Thole menceritakan perjuangan Brajamusti saat mengawal PSIM di babak 8 besar hingga partai final Divisi Satu 2005. Menurutnya, ada ribuan Brajamusti yang berbondong-bondong datang ke Bandung menggunakan kereta dan bus.
"Pastinya paling mengena buat saya adalah pas kita juara 2005 di Bandung. Pertandingan di final lawan Persiwa di Stadion Si Jalak Harupat," kenang Thole kepada detikJogja, Kamis (20/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sewa 12 Gerbong Kereta
Thole mengungkapkan, dirinya yang saat itu masih duduk di bangku SMA berangkat dari Kulon Progo bersama 5 suporter lainnya. Thole menyebut, Brajamusti menyewa total 12 gerbong kereta. Selain itu, rombongan Brajamusti juga ada yang menyewa bus.
"Saat itu, saya sama rombongan Kulon Progo jumlahnya lima orang. Tapi Brajamusti ke Bandung pas final ditotal kira-kira bisa sampai ribuan pokoknya," ucap Thole.
"Total dari Jogja waktu itu ada 12 gerbong, kita nyewa kereta ekonomi waktu itu. Belum lagi ada yang pakai bus juga, ribuan. Kalau jumlah busnya nggak tahu berapa, tapi banyak," lanjutnya.
Thole menjelaskan bahwa ia dan teman-temannya dari Kulon Progo mengawal PSIM sejak babak 6 besar hingga final. Sehingga jika dihitung, kurang lebih selama dua minggu ia berada di Bandung. Ia pulang setelah laga final berlangsung yakni Minggu, 4 September 2005.
Nginap di Balai Desa
Lebih lanjut, Thole mengatakan dirinya bersama suporter lainnya memutuskan tidur di Balai Desa di Soreang, Bandung, lantaran uang mereka pas-pasan. Sementara Brajamusti yang lain berpencar di beberapa tempat, ada pula yang tidur di stadion.
"Kami rombongan Kulon Progo itu nginep di balai desa di salah satu daerah dekat Stadion Jalak Harupat. Nginep izinnya sama kades dibantu ngomong sama Viking, suporter Persib Bandung," kenangnya.
"Ada juga yang nginep di stadion, ada yang pp (pulang pergi) naik bus, nginep di rumah saudara. Pokoknya nyebar yang dua minggu itu," tambah Thole.
![]() |
Jual Sampah demi Bertahan Hidup
Thole juga mengungkapkan demi bertahan hidup di kota orang, mereka juga memutuskan untuk memulung sampah dan menjualnya. Sampah-sampah yang ia dan suporter lainnya kumpulkan berasal dari sampah stadion.
Sampah yang ia jual seperti botol bekas, kardus, dan lain-lain laku Rp 35 ribu yang dibagi untuk 6 orang. Hasil menjual sampah itu mereka gunakan bersama untuk makan dan kebutuhan sehari-hari mereka.
"Kita mulung di Soreang. Karena kita posisinya waktu itu masih pas-pasan karena kita masih sekolah. Kita ngumpulin barang-barang bekas terus dijual buat bertahan hidup," ungkap Thole.
"Benar-benar mulung. Kebetulan ada teman di sana yang jadi pengepul sampah kita jual ke dia. Sehari bisa kumpul Rp 35 ribu. Kita jual botol bekas, kardus dan lain-lain. Kita mulung di stadion kita kumpulin sampah habis pertandingan," sambungnya.
Perjuangan Brajamusti pun seakan terbayar lunas saat menyaksikan PSIM meraih juara Divisi Satu 2005. Mereka sukses mengalahkan Persiwa Wamena di partai final dengan skor 2-1.
Kemenangan tersebut juga membuat Laskar Mataram akhirnya promosi ke kasta sepakbola tertinggi di Indonesia yakni Divisi Utama.
"Alhamdulillah susah payah kita waktu itu lunas PSIM bisa juara," pungkasnya.
(cln/ahr)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi