Disalip Malaysia, Peringkat RI sebagai Destinasi Wisata Ramah Muslim Merosot

Disalip Malaysia, Peringkat RI sebagai Destinasi Wisata Ramah Muslim Merosot

Adji G Rinepta - detikJogja
Jumat, 08 Agu 2025 14:57 WIB
Potret prosesi Garebeg Sawal di Kagungan Dalem Masjid Gedhe Keraton Jogja, Senin (31/3/2025).
Potret Masjid Gedhe Keraton Jogja saat prosesi Garebeg Sawal, Senin (31/3/2025).Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Peringkat Indonesia sebagai destinasi wisata ramah muslim dunia Global Muslim Travel Index (GMTI) merosot ke peringkat lima dan disalip Malaysia di peringkat pertama. DIY, menjadi salah satu Provinsi yang dinilai dalam pemeringkatan tersebut.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Hariyanto, menjelaskan pada GMTI tahun 2023 dan 2024 Indonesia berada di peringkat pertama negara destinasi wisata ramah muslim di dunia.

"Di 2025 kita turun diperingkat kelima. Skor kita sebenarnya sama, namun yang lain cukup giat dan cukup agresif meningkatkan wisata ramah muslimnya," paparnya usai meninjau salah satu restoran ramah muslim di Jogja, Jumat (8/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini, Indonesia berada di peringkat kelima di bawah Malaysia di peringkat pertama, disusul Turki, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab (UEA), dan sejajar dengan Qatar.

Demi kembali menjadi negara dengan destinasi wisata paling ramah muslim di dunia, menurut Hariyanto, digelarlah Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) di 15 provinsi yang mengajukan diri sebagai representasi daerah dengan destinasi ramah muslim di Indonesia.

ADVERTISEMENT

IMTI ini, menurutnya, adalah turunan dari GMTI, sehingga otomatis akan menjadi Faktor penilaian pada peringkat Indonesia 2026 nanti. IMTI juga menggandeng CrescentRating Singapura yang juga mengeluarkan GMTI atau pemeringkatan negara destinasi ramah muslim dunia.

"Pada tahun 2024 karena dinamika ya, kita belum bisa melaksanakan IMTI, jadi belum bisa terekam, walaupun sebenarnya saya yakin perkembangan industri di bawah juga semakin baik," ungkapnya.

"Makannya ini kami menyiapkan untuk GMTI 2026, supaya peringkat kita naik lagi, kita inginnya kembali ke peringkat pertama. Melalui IMTI ini kita menilai destinasi di 15 provinsi yang sudah bersedia untuk menjadi destinasi wisata ramah muslim," imbuh Hariyanto.

Lima belas provinsi yang dinilai antara lain, Aceh, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Gorongtalo, dan Nusa Tenggara Barat.

Events Management Lead at CrescentRating Singapore, Ersya Fadilla Rachmat menyayangkan merosotnya peringkat Indonesia di GMTI. Mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar.

"Sebetulnya sangat disayangkan (peringkat merosot), karena kita mayoritas muslim tapi secara fasilitas ternyata kita tidak begitu memfasilitasi wisatawan muslim," paparnya.

"Kami memberikan banyak sekali indikator fasilitas yang harus ada di daerah agar bisa dinyatakan muslim friendly. Misalkan sertifikat halal, kemudian ada tidaknya hotel yang muslim friendly," lanjut Ersya.

Ersya menilai, justru karena mayoritas berpenduduk muslim, masyarakat Indonesia menganggap sertifikasi halal menjadi hal yang tidak terlalu penting. Padahal wisatawan mancanegara sangat menganggap penting sertifikat halal ini.

"Lebih ke dokumentasi, kita kan mayoritas muslim terus orang-orang mikirnya (restoran) pasti halal. Padahal kita perlu halal certification, harus ada legalitasnya," ungkap Ersya.

"Sedangkan di negara lain yang bukan mayoritas muslim seperti Hongkong, mereka benar benar ada halal certificationnya. Nah wisatawan mancanegara itu sangat concern sama halal certification ini, itu sangat penting," tegasnya.

Sebagai salah satu provinsi yang dinilai, Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Wisata Dinas Pariwisata DIY, Antarikso Trisno Bawono, mengatakan Pemda DIY langsung bergerak cepat memenuhi indikator yang dinilai pada IMTI.

Seperti menggenjot sertifikasi halal utamanya pada Usaha Kecil Menengah (UKM). Kemudian memastikan kelayakan tempat ibadah hingga kebersihan sanitasi di restoran, hotel, dan destinasi wisata.

"Aspek yang kami unggulkan terkait dengan layanan, kita punya banyak restoran, hotel yang sudah memiliki sertifikat halal," papar Antarikso.

"Sertifikasi halal kami didukung oleh DinkopUKM, mereka secara rutin memfasilitasi sertifikasi halal kepada UKM-UKM terutama Kuliner. Hampir 200-an tiap tahun memfasilitasi," pungkasnya.




(afn/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads