Kabar dugaan plagiarisme skripsi lulusan fakultas hukum kampus di Sumatera Selatan ramai disorot di media sosial. Hal ini terungkap saat yang bersangkutan mengikuti tren show your skripsi di media sosial. Terkait hal ini akademisi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membagikan saran agar kasus plagiarisme ini tidak terulang.
Kabar dugaan plagiarisme tersebut diunggah akun X @wahkerensih pada 29 Mei 2024. Dia mengaku skripsinya ditiru oleh seorang mahasiswa dari universitas swasta di Palembang.
Pemilik akun X tersebut mengatakan skripsinya selesai dikerjakan pada tahun 2021 dan ditiru pada Maret 2024. Dia mengetahui skripsinya diduga ditiru dari tren di Instagram show your skripsi. Akhirnya dia mencoba untuk mencari skripsinya di Google dan menemukan skripsi yang sama dengan miliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akun itu juga menunjukkan beberapa kemiripan dalam skripsi tersebut. Di antaranya catatan kaki dan identitas yang ditiru sama persis dengan tulisan di skripsinya. Akun itu pun mengungkapkan perjuangannya menyelesaikan skripsi di tengah merawat ibunya yang sakit kanker.
Dia juga menyertakan hasil tangkap layar konsultasi melalui pesan singkat dengan dosennya pada 18 Agustus 2020. Dia pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan seorang Wakil Dekan di kampusnya dulu untuk menyampaikan somasi ke kampus terkait.
Akhirnya dia memutuskan untuk mengirimkan surat somasi. Jika universitas terkait tidak merespons suratnya, dia akan menempuh jalur hukum.
"BANGKEEEEE SKRIPSI S1 GUE DIPLAGIAT PLEK KETIPLEK SAMA ANAK HUKUM UNIV MUHAMMADIYAH PALEMBANG HADEH @UMPCenter
YANG KIRI PUNYA GUE, DITERBITKAN TAHUN 2021
YANG KANAN PUNYA SI PLAGIAT, DITERBITKAN MARET 2024," tulis akun tersebut seperti dilihat detikJogja, Kamis (30/5/2024).
Saran dari Warek UNY buat Mahasiswa
Berkaca dari kasus plagiarisme skripsi itu, sebenarnya adakah cara bagi mahasiswa memastikan topiknya belum pernah diulas? detikJogja berbincang dengan Wakil Rektor UNY bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Soni Nopembri, dan meminta saran agar mahasiswa terhindar dari plagiarisme.
Soni menyebut plagiarisme dalam karya akademik dilatarbelakangi banyak faktor. Menurutnya, salah satu sebabnya karena minimnya sumber untuk bahan tulisan.
"Ya ada banyak faktor yang mungkin bisa terjadi. Salah satunya mungkin bisa jadi mahasiswa itu hanya memperoleh beberapa sumber yang terbatas, tidak luas," kata Soni kepada detikJogja melalui telepon, Kamis (30/5/2024).
Soni lalu menyinggung soal adanya kemiripan ide. Dia pun mendorong mahasiswa untuk lebih banyak membaca dan mencari referensi.
"Jadi idenya itu 'wah ini bagus', ternyata ide-ide seperti itu sudah dilakukan. Ternyata malah kemiripannya tinggi. Terutama saat penulisan mengutip dari sumber dan sebagainya," lanjutnya.
"Memang para mahasiswa itu harus lebih banyak membaca, mencari dengan berbagai tools yang sekarang, yang paling mendasar ya Google Scholar kan juga sangat mungkin. Literasinya harus ditambah itu mahasiswa," imbuh Soni.
Soni menyebut terkadang mahasiswa berasumsi penelitian dengan topi tertentu belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, dia menyarankan mahasiswa untuk mengecek kembali penelitian yang bakal dikerjakan.
"Kadang kan kalau teman mahasiswa 'ini belum pernah diteliti'. Apakah betul? Dicek coba. Kalau pembimbing itu biasanya seperti itu," jelas dia.
Terpisah, Mantan Rektor UNY, Sutrisna Wibawa, mengungkapkan perkembangan teknologi mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu secara instan seperti plagiarisme. Sebab itu, dia menekankan pentingnya pendidikan karakter.
"Memang generasi Z ciri-cirinya kan dekat dengan teknologi, dengan medsos. Mereka menguasai berbagai aplikasi yang sebenarnya yang harusnya untuk membantu akhirnya dipakai untuk semuanya. Aplikasi itu yang mendorong orang mengambil jalan pintas," ujar Sutrisna kepada detikJogja melalui telepon, sore ini.
Dia pun menyinggung soal penggunaan teknologi yang membuat mahasiswa terlena.
"Lalu tidak semunya tanya ke ChatGPT (satu alat kecerdasan buatan). Di internet kan skripsi beredar sangat luas. Saya kira harus kita kembalikan ke karakter. Itulah pentingnya pendidikan karakter," lanjutnya.
Sutrisna menjelaskan terdapat kaidah dalam penulisan karya ilmiah, seperti etika ilmiah. Sutrisna menyebut pengerjaan skripsi harus dibatasi saat mengambil sumber lainnya. Dia berpendapat perguruan tinggi harus menegakkan aturan tersebut.
"Terutama ini kan etika ilmiah. Itu harus kita tegakkan. Untuk sebuah karya kan dibatasi, bukan plagiarisme, tapi mengambil sumber lain tetapi tetap memasukkan referensi. Kan ada uji plagiasi. Saya kira perguruan tinggi harus menegakkan aturan itu," pungkasnya.
(ams/apu)
Komentar Terbanyak
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa