Mengenal Kalender Gregorian dan Julian, Asal-usul Penanggalan Masehi

Mengenal Kalender Gregorian dan Julian, Asal-usul Penanggalan Masehi

Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Selasa, 16 Jan 2024 13:13 WIB
Hand flipping of 2023 to 2024 on wooden block cube for preparation new year change and start new business target strategy concept.
Ilustrasi kalender Gregorian dan Julian (Foto: Getty Images/iStockphoto/Dilok Klaisataporn)
Jogja -

Manusia menggunakan kalender untuk menetapkan tanggal yang berulang setiap tahunnya. Sistem penanggalan kalender terbagi menjadi beberapa jenis tergantung dasar penghitungannya, seperti kalender Masehi, kalender Hijriah, kalender Saka, dan lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kalender adalah daftar hari dan bulan dalam setahun. Istilah kalender berasal dari kata 'kalendae' yang dalam bahasa Romawi Kuno artinya tanggal satu bulan.

Lalu, apakah detikers pernah mendengar kalender Gregorian dan Julian? Kedua kalender tersebut ternyata menjadi dasar sistem penanggalan yang banyak digunakan saat ini, yaitu kalender Masehi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Apa itu Kalender Gregorian dan Julian?

Menyadur buku 'Seri Penemuan: Kalender' karya Armelia, kalender Gregorian adalah kalender yang menjadi standar penghitungan hari internasional. Kalender ini dihitung dengan berdasarkan pada pergerakan matahari yang siklusnya bertemu setiap 400 tahun.

Dalam kalender Gregorian, satu tahun terdiri dari 365 hari. Terdapat pengecualian tersendiri untuk bilangan tahun yang habis dibagi 4, di mana satu tahun berjumlah 366 hari. Tahun tersebut disebut dengan tahun kabisat.

ADVERTISEMENT

Kalender Gregorian berlaku sejak tanggal 15 Oktober 1582. Perlu diketahui bahwa kalender Gregorian merupakan modifikasi dari kalender Julian yang sudah dianggap tidak akurat. Adapun kalender Julian menetapkan bahwa satu tahunnya terdiri atas 365 ΒΌ hari.

Karena angka yang tidak bulat, maka jumlah tersebut dibulatkan menjadi 365 hari, sama seperti kalender Gregorian yang memang sistem penanggalannya berangkat dari kalender Julian. Sisa hari akibat pembulatan tersebut kemudian menjadi satu hari tersendiri yang muncul setiap 4 tahun sekali, yakni pada bulan Februari.

Jika melihat pengertiannya, sistem penghitungan kalender Gregorian dan Julian tampak sama. Lantas, apa yang membedakan keduanya?

Perbedaan Kalender Gregorian dan Julian

Dikutip dari buku 'Alam Semesta' yang ditulis Tim IPA KP, kalender Julian menggolongkan semua tahun yang habis dibagi 4 sebagai tahun kabisat. Hal ini pun menyebabkan kalender Julian mengalami ketidakcocokan setiap 128 tahun sekali, di mana ada selisih 1 hari.

Akibat pembulatan 365 ΒΌ hari menjadi 365 hari, kalender Julian menjadi berbeda 11 menit 4 detik dari periode tropis. Untuk mengatasi hal tersebut, Paus XII Gregorius menetapkan aturan terbaru pada tahun 1582, bahwa tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi dengan 4 atau tahun abad kelipatan 100 yang habis dibagi 400.

Sebagai contoh, tahun 1700, 1800, dan 1900 termasuk ke dalam tahun kabisat menurut perhitungan kalender Julian, tetapi bukan merupakan tahun kabisat dalam kalender Gregorian karena tidak habis dibagi 400.

Mengikuti aturan dari Paus XII Gregorius, kalender Julian menjadi tidak valid dan muncul kalender Gregorian yang lebih akurat, kalender yang hingga saat ini masih terus digunakan di berbagai belahan dunia.

Sejarah Kalender Julian

Siapakah pencetus kalender Julian? Adalah Julius Caesar, seorang diktator yang memerintah Kekaisaran Romawi pada masanya. Ia menciptakan kalender Julian untuk memperbaiki sistem penanggalan tradisional Romawi.

Pada mulanya, kalender Romawi mengikuti siklus bulan sebelum mengadopsi penggunaan siklus bulan-matahari. Untuk menyamakan kalender dengan pergantian musim, maka ditambahkan bulan ke-12 setiap 2-3 tahun. Meskipun demikian, perhitungan ini tidak sepenuhnya akurat sehingga mendorong Julius Caesar untuk memperbaikinya.

Saat mengunjungi Alexandria, Mesir pada 47 SM, Caesar mendapatkan saran dari Sosigenes, seorang ahli astronomi dan matematika untuk menyesuaikan penanggalan dengan satu tahun Syamsiah (Masehi) yang setara dengan 365,25 hari.

Pada tahun berikutnya, yaitu 45 SM, kalender Romawi mulai berhasil menyamakan penanggalannya dengan pergantian musim. Julius Caesar pun memanfaatkan kesempatan ini untuk mengubah kalender Romawi menjadi kalender Julian.

Sejarah Kalender Gregorian

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kalender Gregorian merupakan penyempurnaan kalender Julian. Niat awal Julius Caesar yang ingin memperbaiki kalender Romawi masih kurang akurat dan tidak tepat.

Dengan bantuan Luigi Giglio dan Christopher Clavius, Paus XII Gregorius mengambil keputusan untuk menghapus 10 hari dari kalender Julian karena terjadi ketidakselarasan antara kalender tersebut.

Meskipun kalender yang diperbarui oleh Paus XII Gregorius tetap menggunakan dasar kalender Julian, kalender tersebut lebih dikenal sebagai kalender Gregorian atau kalender Masehi.

Pergeseran Kalender Gregorian

Bersumber dari artikel jurnal 'Analisa Pergeseran Kalender Gregorian menjadi Kalender Dunia' karya Indah Puspita Sari dan Siti Tatmainul Qulub, penggunaan kalender Gregorian dimulai dari negara-negara Barat.

Oleh karena itu, kalender ini dengan cepat diterima hampir di seluruh dunia dan kini diakui sebagai kalender resmi. Keberhasilan kalender ini tidak datang begitu saja, melainkan dengan melibatkan usaha besar untuk memperkenalkannya secara global.

Demikian penjelasan mengenai kalender Gregorian dan Julian, mulai dari pengertian hingga perbedaannya yang menjadi asal-usul penanggalan Masehi. Semoga bermanfaat, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Jihan Nisrina Khairani Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads