Cerita Ary, Lulusan Terbaik Unair Berhasil Raih IPK 5 di Polandia

Cerita Ary, Lulusan Terbaik Unair Berhasil Raih IPK 5 di Polandia

Tim detikEdu - detikJogja
Senin, 13 Nov 2023 22:40 WIB
Lalu Ary Kurniawan Hardi
Cerita Ary, Lulusan Terbaik Unair Jadi Lulusan Terbaik di Polandia dengan IPK 5 Foto: Lalu Ary Kurniawan Hardi (Dok pribadi Lalu Ary Kurniawan Hardi )
Jogja -

Lalu Ary Kurniawan Hardi mencatatkan prestasi di Polandia. Sebab dia mendapatkan IPK sempurna, yakni 5,00 skala 5,00 di Nicolaus Copernicus University, Torun.

Dilansir detikEdu, ini bukan prestasi membanggakan pertama yang diraih Ary. Sebelumnya, dia menuntaskan pendidikannya di S1 FISIP Universitas Airlangga (Unair) dengan IPK 3,98.

Selain itu sebelum menghadapi Thesis Defense, dia juga sempat meraih gelar 'Best Student' untuk program magister di Nicolaus Copernicus University.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan pencapaian yang gilang gemilang tersebut, Ary mengungkapkan sangat di luar ekspektasinya dengan proses pengujian yang intens.

"Sangat di luar ekspektasi, pertanyaannya sangat intens dan lumayan padat, lumayan 'daging-daging' gitu pertanyaannya. Alhamdulillah aku bisa melewati," ungkap Ary, Rabu (8/11/2023) ditulis Minggu (12/11/2023).

ADVERTISEMENT

Diuji Pengacara Internasional

Pria kelahiran Mataram ini menuturkan, selama penulisan tesis dia dibimbing pengacara internasional yang juga bekerja di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Sedangkan pada proses Thesis Defense, dua penguji lainnya juga berprofesi pengacara internasional.

"Karena topik penelitianku ini 70% tentang hukum internasional dan 30% tentang ilmu politik. Jadi awalnya aku udah punya feeling akan dapat pertanyaan yang sangat judgemental karena mereka pengacara," tutur Ary.

Benar saja dugaannya. Selama Thesis Defense, Ary dicecar tiga pertanyaan berkaitan topik yang dia teliti.

Momen yang paling teringat olehnya terjadi pada pertanyaan terakhir. Ary diberikan pernyataan tentang topik serupa dengan penelitiannya tapi informasi itu tidak tertera di dalam tesisnya.

"Satu pertanyaan terakhir itu berasal dari pertanyaan yang memang satu topik dengan topik tesisku tapi informasinya tidak dicantumkan. Sehingga lebih menguji pemahaman teoritis kita," ungkapnya.

Topik apa yang Ary teliti bisa dibaca di halaman berikut:

Teliti Permasalahan di Papua Barat

Ary mengatakan, penelitian yang dia tuangkan dalam tesis isu sensitif karena berkaitan dengan Papua Barat. Baginya, kasus di Papua Barat masih abu-abu.

Meskipun pemerintah sudah mengklaim telah memberikan solusi yang terbaik, keadaan yang hadir di lapangan berkata lain. Melalui penelitiannya lulusan Ilmu Politik Unair ini mencoba untuk membahas fenomena yang disebut sebagai insurgensi.

"Insurgensi itu ada berbagai macam golongannya, sedangkan yang aku bahas di Papua Barat adalah tentang separatismenya," ujar Ary.

Ary mengkaji insurgensi yang timbul dari konflik ini, termasuk adanya permintaan dalam sudut pandang hukum internasional. Permintaan yang dimaksudkan adalah memisahkan diri dari Indonesia.

"Jika Papua memisahkan diri apakah itu bisa dibenarkan dalam standar hukum internasional atau tidak. Terlebih instrumen hukum internasional yang aku pakai di sini itu adalah Hukum HAM Internasional," tambahnya.

Hasil penelitian yang ia lakukan menawarkan perspektif baru dan strategi dalam menghadapi kelompok separatisme di Papua. Melalui lima aspek yakni militer, ekonomi, keamanan, politik, dan birokratik ditemukan strategi yang kemungkinan menjadi penyebab konflik di Papua Barat menjadi berkepanjangan.

Salah satu contoh penyebabnya adalah arus informasi yang tersendat dan penggunaan kekerasan yang terlalu banyak. Sedangkan dari perspektif ekonomi bantuan-bantuan tidak tersalurkan sehingga wilayah yang seharusnya menjadi prioritas pembangunan ekonomi malah masih tertinggal. Ary memberikan kesimpulan dari konflik Papua Barat bila dikaji menggunakan standar Hukum HAM Internasional lebih baik untuk tidak berpisah dari Indonesia. Karena berbagai faktor yang mendukung.

"Misalnya masyarakat Papua Barat jika berpisah dari Indonesia ada kemungkinan menjadi negara yang rentan karena harus membangun dari nol tetapi mereka tidak memiliki kemampuan ekonomi yang memadai," tutur Ary.

Meski begitu, ia menyarankan pemerintah Indonesia harus memenuhi kewajibannya sebagai negara untuk mengurangi penggunaan kekerasan secara masif, mengurangi impunitas dan mencari mekanisme HAM yang lebih baik secara nasional maupun internasional yang dapat menjawab permasalahan di Papua Barat.

Raih IPK 5,00

Karena tesisnya itu, Ary bisa meraih gelar lulusan terbaik dengan IPK 5,00. Sebagai informasi, Ary mengungkapkan di kampusnya mempunyai skala IPK 5,00. Berbeda dengan Indonesia.

"Sempat ada ketidakpercayaan diri bahwa aku akan bisa dapet skor perfect. Alhamdulillah kemarin 5,00 out of 5,00," ujarnya.

Saat ini Ary telah kembali ke Tanah Air, tepatnya di Nusa Tenggara Barat. Untuk rencana ke depannya, Ary bakal menyelesaikan kontrak sebagai asisten peneliti di Instytut StudiΓ³w Politycznych Polskiej Akademii Nauk.

Selain itu, dirinya juga menyiapkan dokumen untuk melanjutkan studi S3. Termasuk bersiap mendaftar beasiswa di studi lanjutannya. Kepada detikEdu, Ary membocorkan kemungkinan akan mendaftar di Flinders University, Adelaide, Australia.

"Aku sangat punya ketertarikan terkait dengan HAM dan perspektifnya ke HAM Internasional serta masyarakat akar rumput juga politik. Aku mencoba mencari kampus-kampus dan profesor yang bisa menjadi promotor dan aku menemukan Flinders University," ujarnya.

Selain Flinders, Ary juga mempunyai pilihan,University of Melbourne untuk jurusan Ilmu Politik dan University of New South Wales untuk jurusan Hubungan Internasional.

"Pilihan itu tiga-tiganya di Australia dan entah akan aku kejar lewat LPDP atau Australian Awards Scholarship," tutupnya.

Halaman 2 dari 2
(apu/apl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads