Haru Gadis Gembala Kambing Asal Sumbawa Lolos Kuliah Gratis di UGM

Haru Gadis Gembala Kambing Asal Sumbawa Lolos Kuliah Gratis di UGM

Santo - detikJogja
Selasa, 25 Jul 2023 12:34 WIB
Gedung Balairung UGM
Haru Gadis Gembala Kambing Asal Sumbawa Lolos Kuliah Gratis di UGM. Gedung Balairung UGM. (Foto: dok UGM)
Jogja -

Seorang anak petani jagung asal Sumbawa berhasil meraih kesempatan untuk berkuliah secara gratis di Universitas Gadjah Mada (UGM). Kisahnya begitu inspiratif karena perjalanan yang dilalui anak tersebut tidak mudah.

Putri Atmawan Pujaningsih (18), berhasil lolos masuk kuliah di UGM melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Putri mengaku sempat takut tak bisa kuliah karena kondisi ekonomi keluarganya yang pas-pasan.

"Sempat sedikit ragu takut nggak lolos beasiswa (KIP Kuliah), takutnya nggak bisa biayain karena ada kakak saya yang masih kuliah. Bapak pesan kalau tidak lolos di negeri (PTN) tidak bisa lanjut kuliah dulu. Saya tetap berani daftar lewat jalur SNBP. Saya rajin salat dan berdoa agar bisa lolos," kata Putri dalam keterangan tertulis UGM, dikutip detikJogja, Selasa (25/7/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anak Petani Jagung

Putri adalah anak perempuan dari pasangan Kiswanto (53 tahun) dan Hadiatullah (50 tahun). Keduanya merupakan petani penggarap di lahan jagung HGU milik perusahaan seluas kurang dari satu hektare di Desa Tambaksari.

Ibu Putri, Hadiatullah, mengatakan jika cuaca bagus dan musim hujan mendukung, ia bisa panen hingga dua kali dalam setahun. Dalam sekali panen, rata-rata ia bisa mendapat 5-6 ton jagung per hektare dan mengantongi sekitar 10-12 juta rupiah.

ADVERTISEMENT

"Uang hasil panen tergantung harga, bisa bawa pulang Rp 12 juta dibagi buat bayar buruh, bayar utang karena kita sudah ambil duluan utang, beli bibit dan pupuk," kata Hadiatullah sambil mengupas jagung bersama Putri.

Namun, menurut Hadiatullah panen jagung beberapa waktu terakhir rata-rata hanya satu kali setahun. "Tahun ini panennya agak kurang," tuturnya.

Karena musim tanam jagung yang tidak menentu, Hadia bersama suami juga menggembala kambing milik tetangga.

"Dulu pelihara dua, lima tahun jadi lima ekor. Sekarang sudah puluhan ekor. Bagi dua dengan pemilik. Jika ada kebutuhan mendesak, kita izin menjualkan ke pemiliknya," jelas Hadia.

Seringkali Hadia meminta Putri, sang anak, untuk menjaga kambing-kambing tersebut setelah pulang dari sekolah. "Kadang saya suruh nunggu di bawah pohon asam sambil belajar," kenangnya.

Penghasilan dari bertani jagung dan menggembala kambing menurut Hadia tidaklah menentu, tapi ia tetap bersyukur apalagi ditambah gaji dari pekerjaan suaminya sebagai pegawai tidak tetap di kantor Dinas Pertanian Sumbawa Barat.

Ayah Putri, Kiswanto menuturkan kisahnya sebagai pendamping penyuluh pertanian yang ia jalani sejak tahun 2008. Sebelumnya, Kiswanto bekerja di perusahaan tambak udang dekat pelabuhan Poto Tano.

Saat mulai bekerja, Kiswanto hanya menerima honor sebesar Rp 400 ribu, tiga tahun kemudian naik menjadi Rp 700 ribu, dan empat tahun setelahnya naik menjadi satu jutaan.

"Kalau dibilang cukup atau tidak cukup, manusia itu merasa tidak pernah cukup. Tapi jika bicara sisi agama kita harus pandai mensyukurinya saja," ucap Kiswanto.

Meski keadaan ekonomi mereka pas-pasan, Kiswanto dan Hadia selalu mendukung ketiga putrinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka pun sempat khawatir ketika Putri berniat mendaftar kuliah di UGM melalui jalur SNBP.

Gembalakan Kambing Sambil Belajar

Putri mengaku prihatin dengan kondisi keluarganya dan tidak pernah meminta banyak keinginan maupun keperluannya saat duduk di bangku sekolah. Selama bersekolah di SMAN 1 Poto Tano, Putri banyak mengikuti kegiatan mulai dari OSIS, Pramuka dan Pasukan Baris Berbaris. Dalam bidang akademik, Putri kerap mendapat juara satu di kelas.

"Selama di SMA selalu juara satu. Kalau ada PR, saya serahkan paling duluan," tutur Putri.

Setelah pulang dari sekolah, Putri lebih banyak belajar di kamar. Bahkan ketika ibunya meminta Putri untuk menggembala kambing, Putri tidak ragu untuk tetap belajar dengan membawa buku dan ponselnya.

Menurut penuturan Putri, menggembala kambing atau sapi adalah kegiatan tambahan bagi penduduk desa yang hanya mengandalkan pertanian tadah hujan.

"Jika tidak bertani ya gembala sapi dan gembala kambing di sini," jelasnya.

Putri lolos kuliah gratis di UGM. Simak di halaman selanjutnya.

Lolos Kuliah Gratis di FKG UGM

Putri bermimpi untuk berkuliah di UGM sejak SMP. Ia tekun belajar dan gigih menorehkan prestasi untuk mewujudkan impiannya tersebut. Dalam SNBP yang ia ikuti, Putri berhasil diterima di program studi Hygiene Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

"Sejak dulu sudah pengin kuliah di UGM. Kampus terfavorit dan peminatnya banyak. Siapa juga yang tidak mau kuliah di kampus terbaik di Indonesia," kata Putri.

Putri lolos di UGM dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pendidikan Unggul bersubsidi 100% (UKT 0). Hal ini sangat disyukuri oleh Putri karena ia dapat meringankan beban ekonomi keluarganya dengan berkuliah secara gratis.

Putri masih terbayang ketika berdiam diri menanti pengumuman SNBP melalui ponselnya di dalam kamar. Ia menangis tersedu-sedu sampai sang ibu mendatanginya.

"'Kenapa nangis?' 'Lolos Bu'. Lalu ibu ikut nangis juga. Tidak lama, Bapak pulang sehabis gembala kambing. Bapak aku lolos masuk UGM. Saya peluk Bapak di teras rumah, 'alhamdulillah Nak kamu bisa lolos'," tutur Putri.

Harapan Putri setelah selesai kuliah adalah untuk mengabdikan diri di tanah kelahirannya dengan menjadi tenaga medis perawatan gigi.

"Mau kerja di rumah sakit. Mengabdi di daerah sendiri nantinya," katanya.

Halaman 2 dari 2
(aku/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads