Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI, Singgih Januratmoko meminta Presiden Prabowo Subianto menaikkan anggaran bantuan pendidikan di bawah Kementerian Agama (Kemenag). Dia menilai bantuan seperti KIP-Kuliah dan PIP perlu digandakan karena kondisi ekonomi masyarakat makin melemah.
"Pendidikan adalah jalan keluar bagi generasi muda dari keluarga tak mampu. Tahun depan, bantuan pendidikan bisa dinaikkan dua kali lipat," ujar Singgih dalam keterangannya, Kamis (31/7/2025).
Menurutnya, meski ada penghematan belanja negara, anggaran untuk KIP-Kuliah seharusnya tidak dipotong. Tahun 2025, Kemenag mengalokasikan beasiswa KIP-Kuliah bagi 21.490 mahasiswa di PTKIN dan PTKIS. Selain itu, ada 2,6 juta siswa SD hingga SMK yang menerima bantuan PIP.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, angka itu dinilai masih kurang. Singgih pun mengusulkan agar KIP-Kuliah ditingkatkan jadi 50 ribu mahasiswa dan PIP menyasar 5 juta siswa.
"Bila Kementerian Keuangan dan Bappenas mau memberikan anggaran lebih, seharusnya tidak jadi masalah, karena 20 persen APBN untuk biaya pendidikan tidak sepenuhnya jatuh kepada Kemendikbudristek dan bisa dialokasikan untuk sekolah-sekolah di bawah Kementerian Agama. Jadi banyak ruang bagi Presiden Prabowo untuk meningkatkan alokasi beasiswa bagi mahasiswa," jelasnya.
Singgih juga menyoroti masalah UKT dan biaya kuliah lainnya yang kerap membebani mahasiswa. Dia menilai peningkatan PIP dan KIP bisa membantu meringankan beban tersebut.
"UKT meskipun tidak naik pada tahun depan, selalu ada biaya-biaya lain yang menekan mahasiswa. Dengan KIP dan PIP yang ditingkatkan, cukup membantu mahasiswa dan pelajar," tegasnya.
Singgih juga mengingatkan pentingnya investasi pada pendidikan jika Indonesia ingin bersaing di Asia Tenggara.
"Peringkat PISA kita kalah jauh. Bahkan Vietnam sudah mengalahkan kita, bukan cuma di sepakbola, tapi juga pendidikan," kata dia.
Tak hanya bantuan pendidikan, Singgih juga mendorong peningkatan anggaran pelatihan keterampilan di Balai Latihan Kerja (BLK) agar generasi muda punya lebih banyak peluang di dunia kerja.
Generasi muda Indonesia menurut Singgih, banyak yang memiliki potensi akademik yang tinggi. Namun kecerdasan mereka terkadang terhambat dengan kondisi keuangan keluarga.
"Mereka putus sekolah ataupun kuliah, akhirnya terjebak ke area pekerja nonformal atau pekerjaan lain yang gajinya relatif kecil," paparnya.
"Ini juga membantu masyarakat membuka lebih luas peluang mereka di dunia kerja. Bahkan menciptakan lapangan kerja," tutur Singgih.
(afn/aku)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM