Warga sekaligus saksi kejadian tidak menyangka jika penjual martabak yakni TDS (24) menganiaya penjual warmindo yakni ED (51) menggunakan celurit. Pasalnya, selama ini TDS dikenal sebagai sosok yang pendiam, sering menyapa warga dan terkenal sopan.
Salah seorang saksi berinisial DN, warga Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, menyebut jika TDS sudah berjualan martabak di Jalan Bugisan sekitar satu tahun. Selama itu pula, TDS tidak pernah membuat onar.
"Dia sudah ngontrak di sini sekitar satu tahun. Saya agak syok karena sopan sekali, baik sekali dan sama warga sekitar tidak neko-neko, sering menyapa ketika bertemu orang," katanya kepada detikJogja, Selasa (29/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, dari keterangan ibu kos juga menyebut jika TDS tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh. Meski diakuinya TDS kerap pulang tengah malam karena berjualan martabak.
"Ibu kosnya juga ke sini, dan bilang di kos tidak pernah aneh-aneh, pulang jualan memang malam sekali, jam 12 atau jam 1 pagi. Terus siang belanja bahan-bahan, racik-racik, dan tidak pernah terlambat bayar kosan," ucapnya.
Selain itu, jika ada sisa martabak TDS kerap membagikannya kepada warga. DN menilai TDS melakukan penganiayaan karena sudah tidak tahan lagi dengan kelakuan ED.
"Anaknya pemalu sebenarnya, mungkin karena sudah dipendam-pendam dan akhirnya emosi. Dan mungkin masih muda, terbawa emosi dan tidak ada yang memperingatkan juga saat kejadian," katanya.
DN juga mengungkapkan jika warga sekitar sudah kerap menyarankan TDS agar tidak menanggapi apa yang dilakukan oleh ED.
"Dari keterangan, warga juga meminta agar mas martabak untuk sabar dan tidak usah menanggapi (ED)," ujarnya.
(apl/sip)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan