Biografi Amangkurat 1, 'Raja Jawa' Mataram Islam yang Kontroversial

Biografi Amangkurat 1, 'Raja Jawa' Mataram Islam yang Kontroversial

Anindya Milagsita - detikJogja
Sabtu, 24 Agu 2024 09:06 WIB
Ilustrasi Raja-raja Mataram
Ilustrasi Raja Jawa Mataram Islam. Foto: dok. Laman Makam Raja Mataram Kotagede oleh Pemkab Bantul
Jogja -

Amangkurat 1 dikenal sebagai salah satu raja Jawa selama masa pemerintahan Mataram Islam yang menyimpan kisah menarik untuk diketahui oleh masyarakat Indonesia. Lantas seperti apa sosok Amangkurat 1 sebagai raja Jawa pada saat itu? Berikut biografi singkatnya.

Seperti diketahui, Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan yang pernah memiliki kejayaan dan menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari peran Amangkurat 1 sebagai sosok di balik pemerintahan Kerajaan Mataram. Namun demikian, Amangkurat 1 juga tidak terlepas dari berbagai kontroversi yang pernah dilakukannya selama memimpin kerajaan tersebut.

Nah, bagi detikers yang menyimpan rasa penasaran mengenai sosok Amangkurat 1, di dalam artikel ini akan dipaparkan biografinya secara singkat. Temukan biografi Amangkurat 1 berikut ini.

Siapa Amangkurat 1?

Meskipun lebih sering disebut sebagai Amangkurat 1, ternyata nama asli sosok ini adalah Raden Mas Sayidin. Mengutip dari buku 'Kitab Terlengkap Sejarah Mataram' oleh Soedjipto Abimanyu, Amangkurat 1 merupakan gelar populer yang diberikan kepada Raden Mas Sayidin.

Selain dikenal bergelar Amangkurat 1, sosoknya juga memiliki gelar Amangkurat Senapati Ing Alaga Ngabdur Rahman Sayidin Panatagama. Dirinya bukanlah orang sembarangan karena merupakan putra dari Sultan Agung Hanyokrokusumo dan Ratu Wetan Kerajaan Mataram Islam. Dikisahkan bahwa setelah sang ayah meninggal, Amangkurat 1 naik takhta sebagai sultan atau raja bagi Kerajaan Mataram Islam.

Sementara itu, menurut buku 'Cerita Kerajaan Nusantara' oleh Amir Hendarsah sebagai seorang raja, Amangkurat 1 berhasil memindahkan lokasi keraton di era sekitar 1647 M menuju ke Pleret yang berada tidak jauh dari Kerta. Selama masa pemerintahannya, Amangkurat 1 terdapat berbagai pemberontakan besar yang terjadi di wilayah kepemimpinannya. Peristiwa tersebut melibatkan Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC).

Kemudian di masa pemerintahan Amangkurat 1 Kerajaan Mataram juga tengah mengalami perebutan takhta. Hal ini melibatkan putra ayahnya yang lain yang dianggap merupakan ahli waris yang sebenarnya. Meskipun begitu, pada akhirnya takhta Kerajaan Mataram berhasil dimiliki oleh Amangkurat 1, salah satunya berkat dukungan yang diberikan oleh ibunya yaitu Ratu Wetan.

Kisah Amangkurat 1 yang Penuh Kontroversi

Meskipun telah naik takhta menjadi raja bagi Kerajaan Mataram, ternyata Amangkurat 1 dikenal bukanlah sebagai pemimpin yang baik. Mengacu dari buku 'Membangun Indonesia Emas' yang ditulis oleh Gunawan Sumodiningrat dan Randy R Wrihatnolo, Amangkurat 1 digambarkan sebagai pemimpin yang kejam dan cenderung otoriter. Dirinya bahkan memiliki strategi pemerintahan yang jauh berbeda dengan sang ayah.

Tercatat bahwa Sultan Agung melakukan pengelolaan kekuasaan Mataram dengan memberikan kekuasaan di masing-masing penguasa daerah. Hal tersebut jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Amangkurat 1 yang mana dirinya lebih memilih pemerintah yang sentralistik atau dikelola dalam satu komando yang sama.

Tak sampai di situ, Amangkurat 1 juga dianggap sebagai pemimpin yang kejam dan tidak terlepas dari perilaku korup. Melalui buku yang sama, disebutkan bahwa Amangkurat 1 tidak ragu menghalangi siapa saja yang akan naik takhta menggantikannya. Ia tidak segan untuk menghilangkan nyawa orang-orang terdekatnya demi mewujudkan keinginannya untuk tetap memegang takhta yang satu itu dimilikinya.

Kisah kontroversi yang berkaitan dengan Amangkurat 1 juga diungkap dalam buku 'Ensiklopedi Raja-raja Tanah Jawa' karya Ki Sabdacarakatama, bahwa Amangkurat 1 sering mementingkan kenikmatan dunia. Salah satunya dengan memiliki selir yang jumlahnya lebih dari satu. Bahkan Amangkurat 1 memilih calon selir yang usianya masih muda untuk dibesarkan. Saat nantinya sudah dewasa, barulah calon selir tersebut secara resmi dijadikan selir olehnya.

Padahal dikatakan dalam buku sebelumnya, Amangkurat 1 sudah memiliki dua orang permaisuri. Keduanya merupakan putri dari Pangeran Pekik dan putri dari keluarga Kajoran. Melalui masing-masing permaisurinya, Amangkurat memiliki putra yang diberi nama Raden Mas Rahmat dan Raden Mas Drajat.

Akhir Hidup Amangkurat 1

Selain digambarkan sebagai sosok yang kejam dan berfokus pada kepentingan pribadi, Amangkurat 1 justru mengalami akhir hidup yang cukup tragis. Melalui buku 'Sejarah' karya Tugiyono KS, dikatakan bahwa Amangkurat 1 tidak menaruh kepedulian terhadap rakyatnya. Sebaliknya, dirinya justru menjalin kerja sama dengan VOC yang dimiliki oleh Belanda. Situasi tersebut memicu pro dan kontra di kalangan para pengganti takhta Mataram maupun bangsawan yang ada di sekitarnya.

Tidak hanya itu saja, Amangkurat 1 juga membuat sebuah kebijakan monopoli dan larangan yang merugikan rakyat. Mengacu dari buku sebelumnya, Amangkurat 1 membuat aturan untuk menutup pelabuhan yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Situasi tersebut membuat rakyat tidak memiliki akses untuk mengembangkan ekonomi mereka.

Pemberontakan demi pemberontakan akhirnya semakin sulit dikendalikan. Tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga internal yang melibatkan putranya. Lebih lanjut mengutip dari buku 'Indonesia Inc.' oleh Ian Montratama, di tengah situasi pemberontakan yang semakin tidak terkendali, Amangkurat 1 terbunuh dan kehilangan nyawanya saat tengah melakukan perjalanan menuju Batavia. Sepeninggal Amangkurat 1, pemberontakan tidak berakhir dan terjadi perebutan takhta terhadap Mataram.

Demikian tadi sekilas biografi Amangkurat 1 beserta kisahnya yang penuh dengan kontroversi sebagai seorang pemimpin. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan bagi detikers.




(sto/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads