Misteri Pola Mirip Anyaman pada Gerabah Situs Gunung Wingko Bantul

Misteri Pola Mirip Anyaman pada Gerabah Situs Gunung Wingko Bantul

Muhammad Iqbal Al Fardi - detikJogja
Minggu, 09 Jun 2024 18:00 WIB
Suasana lokasi yang diduga menjadi pusat situs Gunung Wingko, Srigading, Sanden, Bantul, Kamis (30/5/2024).
Lokasi yang diduga jadi pusat Situs Gunung Wingko di Srigading, Sanden, Bantul, Kamis (30/5/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Bantul -

Ada sejumlah artefak seperti pecahan gerabah di Situs Gunung Wingko di Srigading, Sanden, Kabupaten Bantul. Menurut pemerhati kelestarian Gunung Wingko dari UGM, Dr Anggraeni, terdapat sejumlah pola mirip anyaman pada artefak tersebut.

Anggraeni menuturkan penamaan Situs Gunung Wingko berawal dari banyaknya pecahan gerabah yang ditemukan lokasi itu. Wingko adalah istilah untuk menyebut pecahan gerabah dalam Bahasa Jawa.

"(Disebut Gunung Wingko) Karena banyak pecahan gerabah, kalau bahasa jawa itu disebut kreweng atau wingko," kata Anggraeni saat dihubungi detikJogja, Minggu (9/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dia, nama Gunung Wingko kini sudah jarang dikenal oleh masyarakat sekitar. Dia mengatakan, hanya sebagian masyarakat yang sudah tua yang mengenal Gunung Wingko karena pernah terlibat dalam proses ekskavasi situs itu bersama dengan peneliti dari Balai Arkeologi DIY, Dr Goenadi Nitihaminoto pada tahun 1972.

"Sebagai tenaga lokal yang membantu ekskavasi masih ada orangnya," ujar Anggraeni.

ADVERTISEMENT

Anggraeni menyebutkan, pada permukaan sebagian pecahan gerabah di Gunung Wingko itu ditemukan pola seperti anyaman dan tenun.

"Lima jenis motif anyaman ada itu, bahkan lebih. Karena dilihat dari bilah-bilah anyamannya itu ada yang lebar, kecil, biasa saja, dua-dua bilah-bilahnya itu," jelasnya.

Dari rekonstruksi yang pernah dilakukan, Anggraeni mengatakan, motif pada permukaan pecahan gerabah itu diduga dibuat dengan cara ditekan menggunakan alas berupa anyaman atau kain yang polanya beragam.

"Hiasannya itu, ini rekonstruksi yang pernah dilakukan, itu karena untuk membuat datar itu ditekan dengan alas berupa anyaman, bisa kain," terangnya.

Anggraeni menambahkan, motif-motif itu hanya di temukan pada gerabah yang bentuknya cenderung datar seperti nampan atau baki. Motif itu tidak ditemukan di gerabah yang berbentuk melengkung seperti kendi atau periuk.

"Enggak (ditemukan motif seperti anyaman pada gerabah seperti) periuk, kendi," jelasnya.

Anggraeni mengatakan motif pembuatan gerabah kuno itu masih menjadi misteri.

"Kalau dugaannya dipakai untuk berkaitan dengan pembuatan garam itu. Saya tanya juga ke masyarakat yang masih membuat garam beberapa waktu lalu itu, mereka bilang nggak pakai alat-alat seperti itu," kata dia.

Misteri lain yang juga belum terungkap yaitu soal pola anyaman yang hanya ditemukan di bagian bawah gerabah. Pola-pola itu menurut Anggraini tidak terlalu rapi. "Masih misteri untuk apa," pungkas dia.

Diberitakan sebelumnya, dalam laman Disbud Pemkab Bantul, Gunung Wingko diyakini merupakan situs permukiman masa pretohistori. Desa kuno Gunung Wingko disebut sebagai salah satu desa paling tua dan paling besar di antara desa-desa kuno di pantai selatan Jawa. Fase kehidupan yang terjadi di desa tersebut sejak masa akhir prasejarah hingga masa sejarah.

Ketua Pokdarwis Srigading, Atmono (59) menjelaskan dulu di samping rumahnya terdapat bukit pasir yang sangat tinggi. Bukit pasir tinggi itu diduga menjadi pusat Situs Gunung Wingko.

"Bahkan bukit pasir itu lebih tinggi dari atap rumah," kata Atmono saat ditemui di kediamannya, Kamis (30/5/2024).

Bukit tersebut, kata Atmono, memanjang dari arah barat ke timur di Jalan Samas. Secara rinci, bukti pasir itu mulai dari Tirtohargo, Kretek, Bantul hingga Karanganyar, Gadingrejo, Sanden, Bantul.

"Dengan panjang sekitar 3 kilometer, itu membentang dari arah barat ke timur," ujar dia.




(dil/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads