Masjid Sonyoragi di Pakualaman Jogja merupakan salah satu bangunan masjid tua di Jogja. Bangunan masjid ini konon dibangun 1920 atau lebih dari satu abad silam.
Kompleks Masjid Sonyoragi ini berada di kompleks makam milik Pura Pakualaman. Masjid ini juga dibangun di atas tanah milik Pura Pakualaman pada 1920.
Pembangunan masjid pada 1920 itu pun tertuang dalam tetenger yang ada di bagian masjid. Bangunan ini pernah dipugar pada tahun 1955 dan terakhir pada tahun 2009 akibat rusak imbas gempa Jogja 2006.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meskipun telah mengalami pemugaran, konstruksi masjid ini masih sama seperti awal dibangun. Pemugaran hanya sebatas memperluas area beribadah dengan penambahan teras di sekitar ruang utama masjid, serta melakukan peninggian atap.
Di bagian dalam masjid, berdiri empat pilar penyangga yang masih asli. Tampak corak dan ornamen masjid juga tetap dipertahankan. Bentuk masjid ini masih kental dengan arsitektur lawas yang penuh filosofi.
Takmir Masjid Sonyaragi, Sutomo Parastho atau KPH. Kusumoparastho, menuturkan pembangunan masjid ini tercetus dari usulan masyarakat karena pada masa itu tak ada masjid di kawasan Baciro, Jogja.
"Awalnya itu adalah gudang, lalu karena di sekitar tempat ini belum ada masjid, lalu dibuat masjid di situ. Tapi peranan masjid itu adalah juga sebagai masjid pasarean (permakaman), jadi semua sebelum masuk pasarean itu ke masjid (untuk disalatkan)," kata Sutomo kepada detikJogja, saat ditemui di lokasi, Kamis (14/3/2024).
![]() |
Sutomo lalu menjelaskan filosofi bangunan Masjid Sonyoragi. Di antaranya kubah yang unik karena memiliki ornamen daun kluwih.
"Kubahnya itu bukan seperti biasa (bentuknya), ada godong (daun) kluwih sama gada, maksudnya ada yang lebih kuasa dari kamu, kan linuwih (makna dari) kluwih," jelasnya.
Dia menyebut dinding masjid didominasi warna putih kekuningan dengan ornamen warna hijau khas Puro Pakualaman. Di bagian depan, bertengger logo Pakualaman sebagai penanda kepemilikan masjid tersebut.
Nama Sonyaragi tidak lepas dari cerita makam di samping masjid yang memang lebih lama ada. Konon tubuh guru spiritual Paku Alam II menghilang usai dimakamkan di tempat itu.
"Ketika dimakamkan ke situ, katanya tubuhnya hilang, makanya disebut sonyoragi 'raga yang hilang', sonyo itu kan sepi. Sebetulnya (bisa juga diartikan) roh yang hilang," ujarnya.
![]() |
Kini Masjid Sonyaragi dikelola masyarakat sekitar. Masjid ini terbuka untuk siapa saja. Namun, tidak dengan permakaman di sebelahnya yang khusus untuk keluarga Pakualaman.
Artikel ini ditulis oleh Ridwan Luhur Pambudi dan Alyanisa Maulidina, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ams/ahr)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu