Tradisi nyadran agung kembali digelar di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebanyak 20 gunungan berisi hasil bumi yang dihadirkan dalam kegiatan ini pun ludes jadi rebutan masyarakat.
Acara ini dilangsungkan di kawasan Alun-alun Wates Kulon Progo pada siang hingga sore ini. Kegiatan dimulai dengan kirab yang diikuti oleh bregada dan rombongan kontingen pembawa gunungan dari 12 kapanewon dan instansi pemerintah.
Adapun rute kirab sejauh 1 km dari Kantor DPRD Kulon Progo hingga finish di lokasi nyadran yang bertempat di sisi utara alun-alun Wates tepatnya depan Kantor Bupati Kulon Progo. Acara ini turut dihadiri sejumlah pejabat Pemda DIY, Pemkab Kulon Progo, tokoh lintas agama serta para perantau Kulon Progo yang tergabung dalam Badan Koordinasi Paguyuban Kulon Progo (Bakor PKP).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk prosesi rayahan gunungan dilangsungkan di akhir acara. Hanya dalam kurun waktu 10 menit, 20 gunungan berisi aneka hasil bumi seperti nasi, sayur, buah, dan apem yang dihadirkan dalam acara ini langsung ludes dirayah oleh masyarakat yang sejak siang telah memadati lokasi acara.
Nyadran agung sendiri merupakan tradisi tahunan masyarakat Kulon Progo yang digelar untuk menyambut Bulan Suci Ramadan. Lewat acara ini pula, Pemkab Kulon Progo melalui Kundha Kebudayan atau Dinas Kebudayaan ingin agar tradisi luhur itu tetap lestari.
"Karena ini sudah jadi tradisi masyarakat, maka kami kemas sedemikian rupa supaya bisa melestarikan budaya yang sudah ada," ungkap Kepala Kundha Kabudayan (Dinas Kebudayaan) Kulon Progo, Eka Pranyata saat ditemui usai acara, Rabu (6/3).
Eka mengatakan total ada 20 gunungan yang dihadirkan dalam kegiatan ini. Jumlah itu terdiri dari 12 gunungan dari setiap kapanewon, 3 gunungan dari BUMD, 2 gunungan Balai Dikmen dan 3 gunungan utama.
![]() |
"Yang gunungan utama ini punya makna tersendiri seperti misalnya gunungan nasi, melambangkan kebutuhan pokok kita. Terus ada gunungan apem yang merupakan trade Mark bulan ruwah yang bisa dimaknai ngapuro (permohonan maaf)," terangnya.
Eka mengatakan kegiatan ini tak hanya sebatas upaya melestarikan budaya. Lebih dari itu, pihaknya juga ingin agar kegiatan ini bisa jadi ajang silaturahmi antar masyarakat di Kulon Progo.
"Ini juga sekaligus ajang kumpul bersama baik masyarakat yang tinggal di Kulon Progo maupun perantau Kulon Progo yang pulang ke daerah," ujarnya.
Sementara itu salah satu warga, Ari, mengaku sangat senang bisa ikut dalam acara Nyadran Agung ihwal khusus prosesi rayahan gunungan.
"Seneng banget mas, Alhamdulillah tadi bisa dapat sayuran, lumayan buat bikin lodeh," ucap perempuan asal Kalurahan Karangsari, Kapanewon Pengasih tersebut.
Ari mengaku sudah empat kali ikut acara ini.
Setiap tahunnya acara ini selalu dipadati masyarakat. Tingginya animo warga ikut kegiatan ini karena dipercaya bahwa hasil bumi gunungan yang dirayah itu dapat membawa berkah.
"Kalau saya lihat karena ini juga untuk ngalap berkah ya mas, makanya selalu ramai setiap tahunnya," ujarnya.
(ahr/dil)
Komentar Terbanyak
Mahasiswa Amikom Jogja Meninggal dengan Tubuh Penuh Luka
Mahfud Sentil Pemerintah: Ngurus Negara Tak Seperti Ngurus Warung Kopi
UGM Sampaikan Seruan Moral: Hentikan Anarkisme dan Kekerasan