Sabdo Palon adalah tokoh yang sangat dihormati di kalangan umat Hindu dan Buddha di Jawa. Sosoknya diceritakan menjadi pengikut setia Brawijaya V yang bertugas sebagai penasihatnya.
Sabda Palon merupakan penasihat spiritual dan pandhita sakti pada masa Brawijaya V memimpin Kerajaan Majapahit. Namanya dikenal juga karena ramalan yang tertulis dalam Jangka Sabdo Palon.
Meski setia dengan Brawijaya V, Sabdo Palon ternyata berpisah dengan Brawijaya V karena perbedaan prinsip. Untuk mengetahui kisahnya lebih lanjut, berikut informasi mengenai sosok Sabdo Palon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjadi Penasihat Brawijaya V
Mengutip buku Sejarah Kelam Majapahit yang ditulis Peri Mardiyono, Sabdo Palon adalah penasihat Brawijaya V yang bertugas bersama Noyogenggong. Mereka digambarkan sebagai sosok yang sakti dan selalu mendampingi Brawijaya V selama memerintah pada tahun 1468-1478.
Menurut cerita, Sabdo Palon bersama Noyogenggong mulai dikenal ketika masa kepemimpinan Ratu Tribhuwanatunggadewi. Sejak dulu, ia bertugas sebagai penasihat spiritual sampai Raja Brawijaya V berkuasa.
Arti Nama Sabdo Palon
Sabdo Palon dan Noyogenggong dahulunya dikenal dengan Sapu Angin dan Sapu Jagad. Nama Sabdo Palon bukanlah nama asli, melainkan gelar yang diberikan berdasarkan karakter tugas yang diberikan.
Sabdo memiliki arti memberi masukan, nasihat, dan ajaran. Sementara Palon berarti kebenaran yang bergema di alam semesta. Kedua kata tersebut digabung menjadi Sabdo Palon dengan arti seorang abdi yang berani mengutarakan kebenaran kepada raja dan berani bertanggung jawab.
Membuat Ramalan Masa Depan
Sabdo Palon banyak disebut dalam Serat Jangka Jayabaya Sabdo Palon atau disebut juga Jangka Sabdo Palon. Serat ini ditulis seorang pujangga bernama Ronggowarsito.
Dalam seratnya menceritakan ramalan kehancuran Islam di tanah Jawa setelah 500 tahun runtuhnya Majapahit. Akan tetapi, maksud dari penulisan serat ini untuk menjadi proses penerimaan ajaran Islam.
Syair yang tertulis dalam Jangka Sabdo Palon berbunyi 'Pepesthene nusa tekan janji, yen wus jangkep limang atus warsa, kepetung jaman Islame, musna bali marang ingsun, gami Budi madeg sawiji,' (Takdir nusa sampai kepada janji, jika sudah genap lima ratus tahun, terhitung zaman Islam, musnah kembali kepadaku, Agama Budi berdiri menjadi satu,).
Dalam syair tersebut disampaikan tanda-tanda alam dan sosial masyarakat yang akan muncul di zaman yang akan datang. Selain itu, serat ini konon juga meramalkan akan terjadi kekacauan pada akhir zaman.
Bertemu dengan Sunan Kalijaga
Melansir buku Perjalanan Spiritual Menelisik Jejak Satrio Piningit yang ditulis Tri Budi Marhaen Darmawan dan Nurahmad, sosok Sabdo Palon tertulis dalam Serat Darmagandhul. Di dalamnya diceritakan pertemuan Sunan Kalijaga, Prabu Brawijaya, dan Sabdo Palon di Blambangan.
Pertemuan tersebut terjadi ketika Sunan Kalijaga mencari dan menemukan Brawijaya V dengan tujuan meminta bantuan tentara dari kerajaan di Bali dan Cina untuk memukul balik serangan Raden Patah yang sedang menghancurkan Majapahit. Hal tersebut berhasil dicegah Sunan Kalijaga dengan membuat Brawijaya V masuk agama Islam.
Berpisah dengan Brawijaya V
Melihat Brawijaya V memeluk agama Islam, Sabdo Palon tidak bersedia mengikutinya dan memutuskan untuk berpisah dengan Brawijaya V. Ia sangat malu kepada langit dan bumi atas keputusan Brawijaya V yang masuk agama Islam. Sabdo Palon mengatakan akan berpisah, tetapi berkata tidak pergi dan mengubah namanya menjadi Semar.
Sabdo Palon berpisah dengan Brawijaya V karena perbedaan prinsip. Kekecewaan Sabdo Palon juga disampaikan melalui ramalan tentang sosok masa depan yang diinginkannya. Keinginan tersebut menyebutkan bahwa suatu saat nanti ada orang Jawa yang memahami kawruh Jawa dan akan memimpin nusantara.
Mengaku sebagai Semar
Sabdo Palon mengaku bahwa dirinya adalah Semar. Semar merupakan utusan gaib Gusti Kang Murbeng Dumadi (Tuhan Yang Maha Esa) dan merupakan titisan Sang Hyang Ismoyo. Tugasnya adalah menuntun manusia agar menyembah dan bertaqwa kepada Tuhan, selalu bersyukur, dan tetap berada pada jalan kebaikan. Selain itu, Ia diutus Tuhan untuk menjaga dan memelihara bumi Nusantara.
Sabdo Palon atau Semar dipercaya telah ada di bumi Nusantara sekitar 525 tahun sebelum masehi. Keberadaan semar diyakini orang Jawa dapat menyamar sebagai manusia biasa dalam wujud yang berbeda pada tiap masa. Meski berwujud manusia biasa, sosoknya dianggap sebagai begawan atau pandhita.
Setelah berpisah dengan Brawijaya V, Sabdo Palon kembali ke asal mulanya yaitu alam kahyangan. Namun, Sabdo Palon berjanji akan datang kembali ke tanah Jawa dengan tanda-tanda tertentu. Tanda-tanda tersebut seperti muntahnya lahar Gunung Merapi ke arah barat daya yang diikuti bencana-bencana lainnya.
Demikianlah kisah sosok Sabdo Palon yang menjadi penasihat Brawijaya V. Semoga bermanfaat!
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(rih/apu)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM