Dalam riwayat sejarah yang kaya budaya, kerajaan-kerajaan Nusantara memiliki cerita yang memukau tentang keturunan bangsawan yang melibatkan kelahiran para pemimpin besar. Salah satu kisah menarik yang terukir dalam sejarah adalah tentang tiga istri Prabu Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit.
Artikel ini dikemas detikJogja untuk mengulik lebih dalam tentang ketiga istri Prabu Brawijaya V yang melahirkan raja-raja di masa lampau. Untuk mengetahui kisahnya secara mendalam, berikut informasi mengenai tiga istri Prabu Brawijaya V.
Berdasarkan buku Sejarah Raja-Raja Majapahit karya Sri Wintala Achmad, Majapahit yang dikenal dengan Wilwatikta merupakan kerajaan terbesar di Nusantara. Kerajaan Majapahit didirikan dengan usaha Raden Wijaya sendiri yang merupakan menantu dari Kertanegara pada 1293.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Konon memiliki lebih dari satu istri menjadi hal yang lumrah pada masa kerajaan. Salah satu raja yang memiliki banyak istri adalah Raja Majapahit, Prabu Brawijaya V. Prabu Brawijaya V merupakan raja terakhir Majapahit dan memiliki nama asli Bhre Kertabhumi. Ternyata 3 istri Prabu Brawijaya V melahirkan keturunan yang kelak menjadi raja-raja Kerajaan Islam di Pulau Jawa.
Kisah Tiga Istri Prabu Brawijaya V
1. Siu Ban Ci
Siu Ban Ci atau yang juga dikenal sebagai Tan Eng Kian adalah putri dari saudagar dan juga ulama Tionghoa bernama Syekh Bentong. Setelah menjadi selir Prabu Brawijaya V, Siu Ban Ci dikenal sebagai Putri China oleh rakyat Majapahit.
Tetapi, Siu Ban Ci diusir oleh istri Prabu Brawijaya V yang ketiga karena tidak senang dimadu. Saat Siu Ban Ci mengandung, putra tersebut 'secara halus' diusir oleh Brawijaya V dan dititipkan kepada Arya Damar dan pergi ke Palembang.
Akhirnya, Siu Ban Ci melahirkan putra bernama Raden Patah, yang menjadi raja di Kerajaan Demak. Ketika dewasa, Raden Patah diramalkan oleh Arya Damar bahwa ia akan mengalahkan Raja Majapahit.
2. Putri Campa
Putri Campa bernama asli Amaravati, yang merupakan putri dari Raja Kauthara, negara bagian Champa, Vietnam. Ayahnya berdarah Cina, yaitu Bong Tak Keng dan ibunya adalah putri Maharaja Champa, Raja Indravarman VI, asli etnis Champa atau Indochina. Karena berasal dari Champa, Amaravati dikenal rakyat Majapahit dengan sebutan Putri Campa dalam ejaan Jawa.
Mengutip dari jurnal Bathara Katong, Reog Ponorogo, dan Penyebaran Islam di Jawa karya Uswatun Hasanah, Prabu Brawijaya V pada masa hidupnya berusaha di-Islamkan oleh Wali Songo. Para wali membujuk Prabu Brawijaya V dengan menawarkan seorang Putri Campa beragama Islam untuk menjadi selirnya.
Pernikahan Putri Campa dengan Prabu Brawijaya V meruncingkan konflik politik di Kerajaan Majapahit. Pernikahan mereka memunculkan reaksi protes dari elite istana yang lain.
Putri Campa melahirkan anak perempuan bernama Retno Pembayun yang menikah dengan Pangeran Andayaningrat, penguasa Pengging yang dikenal Ki Ageng Pengging Sepuh. Putri Campa juga memiliki putra bernama Bathara Katong, yang merupakan penguasa pertama Ponorogo, sekaligus pelopor penyebar agama Islam di Ponorogo.
3. Bondrit Cemara
Bondrit Cemara atau yang biasa dikenal Wandan Kuning adalah seorang pelayan istana yang berasal dari Wandhan, Sulawesi. Ia berakhir menjadi selir Prabu Brawijaya V karena wangsit yang diterima saat Raja Majapahit ini menderita sakit sipilis atau raja singa. Dalam wangsit tersebut dikatakan bahwa jika ingin sembuh, Prabu Brawijaya V harus menikahi pelayan istana yang berdarah Wandhan dan menjadi istri yang terakhir.
Setelah menikahi Bondrit Cemara, Prabu Brawijaya V sembuh dan melahirkan putra bernama Bondan Kejawan. Mengutip jurnal Politics of Prophecy in Java: A Mythological Narrative on Political Succession of Javanese Dynasties in Babad Tanah Jawi, ada seorang ahli nujum yang meramalkan Bondan Kejawan bahwa ia akan menjadi penerus Brawijaya V. Khawatir akan ramalan itu, Brawijaya V memanggil Ki Buyut Mahasar untuk merawat bayi itu dan membunuhnya ketika berumur delapan tahun.
Namun hingga mencapai umur delapan tahun, Ki Buyut tidak membunuhnya. Bondan Kejawan dititipkan kepada Joko Tarub, lalu menikah dengan Dewi Nawangsih. Bondan Kejawan memiliki anak Getas Pendawa yang nanti berputra Ki Ageng Selo.
Ki Ageng Selo berputra Ki Ageng Enis yang berputra Ki Ageng Pamanahan. Ki Ageng Pemanahan berputra Panembahan Senopati, Raja Mataram Islam pertama. Maka dari itu, Bondrit Cemara merupakan leluhur perempuan dari keturunan Panembahan Senopati.
Itulah kisah tiga istri Raja Majapahit Brawijaya V yang kelak keturunannya akan menjadi raja-raja kerajaan Islam di Jawa Tengah. Semoga bermanfaat.
Artikel ini ditulis oleh Steffy Gracia peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(apu/rih)
Komentar Terbanyak
Jokowi Berkelakar soal Ijazah di Reuni Fakultas Kehutanan UGM
Blak-blakan Jokowi Ngaku Paksakan Ikut Reuni buat Redam Isu Ijazah Palsu
Tiba di Reuni Fakultas Kehutanan, Jokowi Disambut Sekretaris UGM