Kembar Mayang dalam Pernikahan Adat Jawa: Pengertian, Sejarah & Filosofinya

Kembar Mayang dalam Pernikahan Adat Jawa: Pengertian, Sejarah & Filosofinya

Nur Umar Akashi - detikJogja
Senin, 08 Jan 2024 16:00 WIB
Ilustrasi pernikahan Jawa
Foto: Ilustrasi pernikahan adat Jawa (Getty Images/iStockphoto/Royaax)
Jogja -

Dalam pernikahan adat Jawa, terdapat pelbagai macam dekorasi yang digunakan. Sebut saja bleketepe, tarub, aneka tuwuhan, hingga kembar mayang. Lantas, apa itu kembar mayang?

Menyadur penjelasan pada tulisan berjudul "Kembar Mayang dalam Upacara Pernikahan Masyarakat Jawa (Tinjauan Filosofis)" oleh Duwi Oktaviana dalam Jurnal Widya Katambung, kembar mayang adalah semacam buket dari janur dan beberapa unsur lainnya. Selain pernikahan, kembar mayang juga terlihat digunakan pada upacara kematian.

Dekorasi yang tersusun atas janur dan beberapa bahan lainnya dan kerap dijumpai saat pernikahan ini ternyata menarik untuk ditelusuri. Yuk. simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Kembar Mayang

Istilah kembar mayang telah digunakan oleh bangsa Indonesia sejak dulu, terkhusus masyarakat Jawa. Lalu, apa pengertian dari kembar mayang itu sendiri?

Gondowasito menerangkan bahwa kembar mayang adalah semacam buket dari daun kelapa yang masih muda (janur) dengan beberapa jenis dedaunan dan bunga mayang atau bunga pudak. Jumlahnya dua dengan bentuk yang sama persis sebagaimana dikutip dari artikel "Makna Filosofis Kembar Mayang dalam Kehidupan Masyarakat Jawa" karya Sri Widayanti.

ADVERTISEMENT

Kembar mayang juga kerap kali disebut dengan istilah megar mayang atau gagar mayang. Kembar mayang dapat diartikan sebagai mekarnya bunga pinang. Hal ini melambangkan kehidupan baru orang dewasa dalam masyarakat. Sementara itu, gagar mayang berarti gugurnya masa kanak-kanak.

Dalam pernikahan adat Jawa, dua dekorasi yang diletakkan di samping kanan dan kiri panggung pengantin sejatinya adalah gagar mayang. Namun, karena masyarakat takut terhadap filosofinya yang berarti mati atau gugur, kini istilah kembar mayang lebih kerap digunakan.

Sejarah Kembar Mayang

Dekorasi satu ini dapat terlihat pada ukiran Candi Prambanan yang bernama Kalpataru. Mengapa disebut berkaitan? Karena kembar mayang dan pohon kalpataru memiliki bentuk yang mirip.

Kembar mayang tercatat pernah dibuat pada tahun 1906 dalam lingkungan Keraton Jogja. Saat itu, sultan yang berkuasa adalah Sri Sultan Hamengkubuwono VII. Kembar mayang Keraton Jogja tersusun atas:

  • Daun beringin, alang-alang, kedondong laut, anjuang, daun puring, lancuran, dan daun udan emas;
  • Janur yang berbentuk untiran sepasang, kembang temu sepasang, pecut-pecutan sepasang, kupat luar sepasang, dan walang-walangan sepasang;
  • Kembang pudak;
  • Kembang potro menggolo merah di sekeliling kembang pudak.

Kini, bentuk dan variasi kembar mayang berbeda-beda di setiap tempat. Kondisi ini disebabkan karena perubahan zaman yang terus berlangsung. Biasanya, masyarakat akan menilik bentuk dan susunan kembar mayang versi Keraton Jogja atau Keraton Surakarta sebagai referensi.

Kembar mayang juga dikisahkan dalam lakon pewayangan. Dihimpun dari artikel "Tradisi Kembar Mayang dalam Kehidupan Masyarakat Jawa di Desa Gulurejo" oleh Ika Rahmawati Saputri dan Hanin Adiningtyas, dekorasi ini muncul ketika Dewi Sembadra dan Harjuna akan menikah.

Dewi Sembadra baru mau dipersunting apabila Pandawa dapat memberinya pohon kalpataru. Sang Dewi begitu menginginkan pohon yang dianggap sebagai kehidupan berpengaruh baik dalam lingkungan tersebut.

Para Pandawa lalu meminjam kembar mayang dari Batara Guru. Usai digunakan dalam pernikahan, kembar mayang ini mesti dikembalikan ke bumi atau dilabuh ke air. Perintah ini timbul karena kembar mayang hanyalah dipinjamkan oleh Dewa.

Makna Filosofis Kembar Mayang

Kembar mayang bukan sekadar karya seni yang dinikmati keindahannya saja, melainkan juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Berikut ini rincian masing-masing makna dari unsur penyusun kembar mayang:

Daun beringin

Pohon beringin adalah tanaman besar dengan akar panjang, kuat, banyak, dan memiliki daun yang rindang. Pohon ini kerap kali digunakan sebagai tempat berteduh dan berlindung. Dalam kaitannya dengan pernikahan, daun beringin mewakili pohon beringin berisi harapan agar kedua mempelai dapat menjadi pelindung untuk keluarga, sanak saudara, dan masyarakat.

Daun alang-alang

Alang-alang adalah semacam rerumputan yang kuat dan sangat sulit untuk dihilangkan. Maknanya adalah doa dan pengharapan agar kedua pengantin mendapat perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Daun apa-apa

Daun apa-apa adalah istilah untuk menyebut unsur pelengkap berbentuk daun lainnya pada kembar mayang, yakni daun kedondong laut, anjuang, puring, lancuran, dan udan emas. Dedaunan ini bermaksud sebagai doa agar acara pernikahan berjalan dengan lancar.

Janur berbentuk untiran

Kata janur berasal dari kata janma (manusia) dan nur (sinar). Sepasang untiran janur pada kembar mayang berisi harapan agar manusia mampu menghadapi tantangan hidup yang akan menghadang.

Pecut-pecutan

Unsur ini melambangkan bahwa manusia tidak boleh lengah serta mesti memiliki pikiran optimis dan kreatif. Pecut yang luwes juga menyimbolkan manusia yang harus dapat bergaul dengan sesamanya dengan luwes.

Sepasang kupat luar

Kupat ini dibuat dengan bahan dasar janur. Maknanya adalah supaya manusia terbebas dari bahaya dan mampu keluar dari persoalan yang sedang dihadapi.

Walang-walangan

Dalam bahasa Jawa, kata 'walang" berarti belalang. Apabila dikaitkan dengan manusia, maka manusia mesti dapat hidup seperti belalang yang lincah. Lincah di sini bukan berarti lari dari masalah, namun berpikir dan bertindak dengan lincah (cepat).

Kembang pudak

Kembang pudak adalah sejenis bunga pandan dengan warna putih dan bau harum. Bunga ini melambangkan kesucian. Manusia diharapkan dapat menjaga nama baik dengan menjaga kesuciannya.

Kembang potro menggolo

Bunga yang satu ini juga dikenal dengan nama merak. Warnanya merah sebagai simbol keberanian dan kelembutan hati. Artinya, manusia mesti berani dan tegas untuk dapat menghadapi masalah yang muncul.

Secara keseluruhan, kembar mayang berarti penangkal dan penjaga marabahaya. Benda yang selalu berjumlah dua ini juga melambangkan dua hal dalam hidup, kebaikan dan keburukan. Kembar mayang di bagian kanan adalah perlambang hal-hal baik, sedangkan yang di kiri menyimbolkan keburukan.

Nah, itulah penjelasan mengenai kembar mayang, dekorasi khas pernikahan adat Jawa yang penuh filosofi. Pernahkah detikers melihatnya dalam upacara pernikahan? Semoga informasi yang disampaikan bermanfaat, ya!




(apu/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads