Main ke Museum Perjuangan Jogja Yuk! Ada Koleksi Furnitur-Tas Proklamator RI

Mahendra Lavidavayastama, Galardialga Kustanto - detikJogja
Selasa, 05 Des 2023 09:30 WIB
Tempat tidur Ir Sukarno saat penculikan di Rengasdengklok jadi salah satu koleksi Museum Perjuangan Jogja (Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja)
Jogja -

Museum Perjuangan Jogja menjadi salah satu dari sekian banyak museum yang ada di Jogja. Berbagai koleksi disuguhkan di sini, di antaranya adalah tempat tidur Ir Soekarno dan tas kulit milik Mohammad Hatta.

Kepala Unit Museum Perjuangan Madrohi (52) mengatakan, museum ini berdiri sejak tahun 1961.

"Bangunan ini resmi selesai dibangun dan resmi dibuka sebagai museum itu kan 1961," kata Madrohi saat ditemui di Museum Perjuangan, Jalan Kolonel Sugiyoo, Brontokusuman, Mergangsan, Jogja, Senin (27/11/2023).

Museum Perjuangan ini dibangun untuk mengapresiasi semangat para pemuda yang berjuang dalam kemerdekaan Indonesia. Tema yang diusung museum adalah 'Wahana Pengenalan Sejarah Bagi Generasi Muda'.

"Jadi prinsipnya kalau museum itu idenya dari mengapresiasi semangatnya para pemuda. Makanya tema yang kita usung saat ini di Museum Perjuangan adalah 'Wahana Pengenalan Sejarah Bagi Generasi Muda', jadi biar anak-anak muda sekarang itu tidak enjoy dengan kondisi sekarang, tetapi sekarang bisa seperti ini itu karena siapa sih," terang Madrohi.

Arsitektur Bangunan Museum Padukan Gaya Romawi-Timur

Berdasarkan selebaran informasi dari pihak museum, arsitektur bangunan museum merupakan perpaduan antara gaya Romawi dengan model timur. Gaya Romawi terlihat dari bagian atas bangunan, sedangkan model timur terlihat dari candi-candi di Indonesia yang terletak di bagian bawah bangunan.

Bangunan museum berbentuk round temple atau bulat silinder. Bangunan atap menyerupai bentuk topi baja Amerika dengan ornamen hiasan lima buah bambu runcing dan lima buah trap.

Pada bagian pintu masuk museum, terdapat 17 anak tangga, 8 buah daun pintu, dan 45 buah jendela yang secara filosofis dihubungkan dengan peristiwa proklamasi kemerdekaan Indonesia.

"Tangganya tuh digambarkan ada 17 tangga menggambarkan peristiwa kemerdekaan. Kemudian daun pintunya itu ada 8, kemudian jendelanya ada 45 itu menggambarkan itu (kemerdekaan). Kemudian ada relung-relung itu kobaran api artinya semangat juang pantang menyerah," cerita Madrohi.

Museum Perjuangan memiliki dua lantai bangunan. Bangunan lantai pertama menggambarkan tentang transaksi mata uang. Namun, saat ini koleksi mata uang di museum ini sedang difumigasi atau dikonservasi. Sedangkan untuk lantai kedua atau bangunan atas museum menggambarkan kedatangan bangsa asing sampai dengan peristiwa kembalinya Indonesia dalam penggunaan UUD 1945.

Suasana di Museum Perjuangan Jogja Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja

Koleksi Utama Museum Perjuangan

Madrohi menuturkan, Museum Perjuangan juga menyimpan koleksi meja, kursi, dan tempat tidur yang pernah dipakai oleh Ir Soekarno ketika diculik di Rengasdengklok.

"Meja kursi kemudian tempat tidur yang dipakai Bung Karno di Rengasdengklok ada di tempat kami juga. Itu bagian dari koleksi masterpiece kami, meja, kursi, dan tempat tidur ketika dipakai Bung Karno waktu di Rengasdengklok," terang dia.

Ada sekitar 2.000 koleksi di Museum Perjuangan. Namun, beberapa koleksi ada yang tersimpan di penyimpanan, dan hanya ratusan koleksi yang dipamerkan untuk dipajang dan dinikmati pengunjung.

"Kalau Museum Perjuangan kisaran 2 ribuan (koleksi). Iya (termasuk yang di storage), dipamerin kecil banget paling berapa ratus," ujar pria kelahiran Jawa Barat tersebut.

Madrohi menjelaskan, tidak semua koleksi museum dapat dipamerkan. Ada beberapa pertimbangan seperti sudut pandang penglihatan, ruang untuk pengunjung berdiri dan menikmati koleksi, serta pencahayaan.

Oleh karena itu, beberapa koleksi museum dikeluarkan sesuai momentum tertentu. Misalnya memasuki perayaan Natal ini, maka pihak museum akan mengeluarkan beberapa koleksi yang menggambarkan perjuangan orang-orang Nasrani yang juga ikut berjuang dalam kemerdekaan Indonesia.

"Makanya mobile, itu tadi kita sesuaikan tema, makanya bergantian terus diganti (koleksi) terus. Jadi kami itu kalau belajar dari museum-museum di luaran sana itu kan bisa empat bulan sekali atau enam bulan sekali ganti tema," terang dia.


Dalam mengenalkan museum kepada masyarakat luas, Museum Perjuangan memanfaatkan sosial media untuk promosi. "Kami juga harus bisa memanfaatkan medsos untuk promosi untuk marketing kami," ujar Madrohi.

Dia menerangkan Museum Perjuangan semula dikelola Pemprov DIY namun karena keterbatasan biaya maka pengelolaannya diserahkan ke Benteng Vredeburg. Kini Museum Perjuangan pun sudah menjadi unit tersendiri di bawah Benteng Vredeburgh.

"Nah sampai sekarang (Museum Perjuangan) di bawah Benteng Vredeburg. Hanya saja sejak Mei 2023 ini Museum Perjuangan ini menjadi unit tersendiri. Jadi ibaratnya pisah dengan benteng. Jadi di benteng ya unit sendiri, kita Museum Perjuangan juga unit sendiri," tambahnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.




(ams/dil)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork