Ukara, Kalimat dalam Bahasa Jawa: Pengertian, Jenis, Ciri, dan Contohnya

Ukara, Kalimat dalam Bahasa Jawa: Pengertian, Jenis, Ciri, dan Contohnya

Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Minggu, 03 Des 2023 17:31 WIB
hanacaraka
Ilustrasi ukara, kalimat dalam Bahasa Jawa: pengertian, jenis, ciri, dan contohnya. Foto: Istimewa/ Dok. Dwi Cahyono
Jogja -

Dalam bahasa Jawa, ukara merujuk pada kalimat. Dengan demikian, ukara adalah rangkaian kata yang membentuk suatu pikiran atau ide lengkap. Ukara menjadi sarana untuk menyampaikan pesan, ekspresi, dan cerita dalam masyarakat.

Ukara memiliki banyak sekali macam dan jenisnya tergantung isi kalimat. Lantas, apa saja ciri-ciri, jenis, struktur, dan keunikan ukara bahasa Jawa? Yuk, simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.

Pengertian Ukara

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, ukara berarti kalimat dalam bahasa Jawa. Dikutip dari buku 'Proyek Keterampilan Menulis Berbahasa Jawa' karya Endang Sri Maruti, ukara didefinisikan sebagai sekumpulan kata yang teratur membentuk satu kesatuan ide atau gagasan dan ditandai dengan satuan bahasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ukara terdiri dari susunan kata-kata yang relatif dapat berdiri sendiri dan memiliki intonasi akhir yang terdiri dari klausa. Dari segi kaidah kebahasaan, tidak ada perbedaan yang mendasar antara ukara dengan kalimat dalam bahasa Indonesia.

Ciri-ciri Ukara

Masih diambil dari sumber yang sama, ukara memiliki karakteristiknya sendiri yang terdiri atas kurang lebih empat hal, antara lain sebagai berikut.

ADVERTISEMENT
  1. Bisa berdiri sendiri
  2. Terdiri dari satu klausa atau lebih, yaitu jejer (subjek) dan wasesa (predikat)
  3. Pada tulisan awal kalimat diawali dengan huruf kapital (Aksara Murda) dan akhir kalimat diberi tanda titik, koma, titik koma, tanda seru, dan tanya tanya
  4. Adanya intonasi (laguning pocapan)

Struktur Ukara

Struktur ukara tidak berbeda jauh dari kalimat bahasa Indonesia yang meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan.

1. Jejer (subjek)

Jejer atau subjek merupakan apa yang dibicarakan atau diceritakan keadaannya dalam kalimat. Jejer tidak hanya meliputi tembung aran (kata benda) saja, melainkan juga ada beragam jenis kata lainnya. Posisi jejer umumnya berada di sebelah kiri wasesa.

2. Wasesa (predikat)

Wasesa atau predikat adalah struktur yang menggambarkan tentang pekerjaan, tingkah laku atau keadaan jejer. Disebutkan bahwa wasesa menjadi inti dari ukara sehingga kalimat tanpa wasesa disebut sebagai frasa. Biasanya, posisi wasesa terletak di sebelah kanan jejer dan sebelah kiri lesan.

3. Lesan (objek)

Selanjutnya adalah lesan atau objek. Ini berisi apa yang dituju dalam kalimat. Posisinya berada di sebelah kanan wasesa atau juga disebut sebagai ukara tanduk (kalimat aktif).

4. Geganep (pelengkap)

Pelengkap atau geganep, yaitu struktur kalimat yang berfungsi sebagai pelengkap wasesa. Biasanya ia terletak di sebelah kanan wasesa atau di sebelah kanan lesan.

5. Katrangan (keterangan)

Yang terakhir adalah katrangan. Struktur kalimat yang satu ini bertujuan untuk menjelaskan maksud dari kalimat agar lebih rinci. Posisi dari katrangan dapat diletakkan di mana pun, baik di depan, di tengah, maupun di akhir.

Pola Ukara

Dalam hal ini, pola ukara merujuk pada tata urutan struktur kalimat yang telah dijelaskan sebelumnya. Ada total tujuh pola kalimat yang dapat terbentuk.

  1. J-W
  2. J-W-L
  3. J-W-P
  4. J-W-K
  5. J-W-L-P
  6. J-W-L-K
  7. J-W-L-P-K

Jenis Ukara

Macam-macam ukara terbagi berdasarkan tindakan dan isinya. Dengan melihat dari tindakannya, ukara dikelompokkan ke dalam dua jenis, yakni ukara tanduk dan tanggap. Sementara menurut isinya, ukara dibedakan menjadi carita (cerita), pakon (perintah), dan pitakon (tanya).

Ukara Tanduk

Arti ukara tanduk dalam bahasa Indonesia adalah kalimat aktif. Ukara tanduk dapat diidentifikasi dengan melihat wasesa-nya yang berbentuk tembung kriya tanduk (kata kerja aktif). Adapun ciri-cirinya sering kali menggunakan imbuhan ater-ater anuswara (m-, n-, ng-, dan ny-) diikuti panambang -i atau -ake.

Ukara Tanggap

Ukara tanggap bermakna kalimat pasif. Umunya jenis ukara ini memiliki wasesa yang berbentuk tembung kriya tanggap (kata kerja pasif). Ini menggunakan imbuhan ater-ater di-, ka-, ke-, seselan -in-, dan klitik dak- dan ko-.

Ukara Carita

Selanjutnya adalah ukara carita yang merupakan kalimat berita. Kalimat ini menjelaskan ide atau suatu gagasan kepada orang lain dan diakhir dengan titik.

Ukara Pakon

Ukara pakon atau kalimat perintah merujuk pada kalimat yang mengandung ide dan pemikiran agar orang lain mau melaksanakan ide dan pemikiran tersebut. Ukara pakon terdiri dari lima jenis, yakni ukara pakon lumrah, pamenging, pangajak, panantang, dan panyuwun.

Ukara Pitakon

Ukara pitakon merupakan kalimat tanya yang menjelaskan rasa penasaran mengenai suatu ide kepada orang lain. Ukara pitakon dapat berisi kata apa, kepriye, kapan, ngendi, sapa, dan kenapa (5W+1H).

Keunikan Ukara

Meskipun secara teknis tidak banyak perbedaan antara ukara dengan kalimat dalam bahasa Indonesia, ukara memiliki sejumlah keunikan dari segi bahasanya. Bahasa Jawa mempunyai tingkatan bahasa tergantung usia dan golongan lawan bicaranya. Tingkatan bahasa ini meliputi bahasa Jawa ngoko, bahasa Jawa madya, dan bahasa Jawa krama.

Hal ini pun berpengaruh pada penulisan ukara yang kemudian harus disesuaikan. Jika tidak memperhatikan tingkatan yang tepat, misalnya menggunakan bahasa ngoko saat berbicara kepada orang yang lebih tua, hal ini dapat dianggap kurang sopan atau tidak sesuai dengan etika berkomunikasi dalam masyarakat Jawa.

Bahasa Jawa juga memiliki banyak turunan kata yang dapat digunakan dalam ukara. Sebagai contoh, terdapat banyak kata yang bermakna 'padi' dalam bahasa Jawa, antara lain pari, gabah, beras, menir, sego, upo, dan karak. Jika salah menggunakan kata, ini akan mengubah konteks dalam kalimat.

Contoh Ukara

Setelah mengetahui pengertian hingga keunikannya, berikut adalah contoh-contoh ukara menurut jenis-jenisnya yang diambil dari berbagai sumber.

Contoh Ukara Tanduk

  • Jumini mbungkusi sarung
  • Rendra nukokake adhine jajan

Contoh Ukara Tanggap

  • Tahu dipangan adhik
  • Pitik dipakani Abdul ing kandhang

Contoh Ukara Carita

  • Sesuk bapak tindak Sala.
  • Rega bensin wiwit tanggal 1 Mei 2015 mundhak.

Contoh Ukara Pakon

  • Tugase ndang digarap!
  • Ndang disaponi latare!

Contoh Ukara Pitakon

  • Apa kowe ora mlebu sekolah?
  • Sapa sing ngeterke kowe sekolah?

Demikian penjelasan mengenai serba-serbi ukara atau kalimat dalam bahasa Jawa. Semoga membantu, Lur!

Artikel ini ditulis oleh Jihan Nisrina Khairani Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(cln/dil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads