Mengenal Pawukon, Horoskop Tradisional Masyarakat Jawa

Mengenal Pawukon, Horoskop Tradisional Masyarakat Jawa

Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Selasa, 28 Nov 2023 11:14 WIB
Creative glowing astrologic zodiac horoscope wallpaper. Astrology concept. 3D Rendering
Foto ilustrasi horoskop. Masyarakat Jawa memiliki horoskop Jawa yakni Pawukon. (Getty Images/iStockphoto/peshkov)
Jogja -

Kebudayaan tradisional Jawa tidak hanya meliputi seni musik dan tarian saja, tetapi juga diperkaya oleh sebuah sistem kalender kuno yang dikenal sebagai Pawukon. Namun, tidak banyak yang mengetahui soal ilmu pawukon yang satu ini.

Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, Pawukon adalah istilah yang digunakan sebagai panduan untuk siklus alam dan dianggap sebagai ilmu warisan manusia yang diyakini hadir secara turun temurun, bahkan sebelum penyebaran agama Hindu di Indonesia.

Sebagaimana tercatat dalam Prasasti Lintakan, pawukon juga digunakan sebagai dasar penyelenggaraan upacara ruwatan atau upacara penolak bala bagi raja. Konsep pranata mangsa atau sistem penentu cuaca pun menggunakan pawukon sebagai dasar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pawukon tidak hanya terbatas pada aspek alam saja tetapi juga dikaitkan dengan berbagai tahapan dalam kehidupan manusia, mulai dari kelahiran, pernikahan, pendirian rumah, perayaan hari besar, upacara adat, upacara keagamaan, bahkan upacara kematian.

Legenda Asal Mula Pawukon, Zodiak Jawa

Dari laman resmi Kemdikbud, disebutkan bahwa pawukon Jawa memiliki akar kisah dalam legenda yang melibatkan Batara Wisnu, Prabu Watu Gunung, dan Dewi Sinta. Alkisah, Prabu Watu Gunung dari Negara Gilingwesi melakukan perjalanan ke Suralaya untuk melamar bidadari sesuai saran dari istrinya, Dewi Sinta.

ADVERTISEMENT

Akan tetapi, perjalanan ini menyebabkan ketegangan antara dewa dan manusia. Raden Srigati, putra Batara Wisnu yang ikut serta dalam perjalanan tersebut menjadi kunci dalam teka-teki yang akhirnya membuat Prabu Watu Gunung menyerah.

Setelah pertarungan sengit, Prabu Watu Gunung kalah dan dewa menghadapi dilema tentang tindakan apa yang seharusnya diambil terhadap Raden Srigati. Akibat kematian suaminya, Dewi Sinta terus meratap sehingga Dewa menyadari bahwa tangisannya dapat menyebabkan malapetaka. Pada akhirnya, Dewa memberikan janji palsu kepada Dewi Sinta bahwa Prabu Watu Gunung akan hidup kembali dalam tiga hari.

Tiga hari telah berlalu, tetapi tentu saja janji itu tidak terpenuhi yang menyebabkan Dewi Sinta masih terus meratap. Karena itu, Dewa menghidupkan kembali Prabu Watu Gunung dan memerintahkannya untuk kembali ke Gilingwesi dengan istri serta anak-anaknya yang diangkat menjadi Dewa.

Proses pengangkatan Prabu Watu Gunung, Dewi Sinta, Dewi Landep (istri kedua Prabu Watu Gunung), dan 27 anaknya ke surga menjadi dasar pembagian wuku-wuku dalam kalender pawukon. Setiap minggu, satu anggota keluarga diangkat ke surga dan setiap wuku berlangsung selama 7 hari.

Sistem Penanggalan Pawukon

Menurut buku berjudul Feng Shui Jawa karya N.B. Susilo, pawukon dapat disamakan dengan Cap Ji Shio dan sistem zodiak Barat yang punya kesamaan dalam konsep pembagian waktu. Cap Ji Shio terdiri dari 12 shio dengan pergantian setiap tahun, mirip dengan zodiak Barat yang terdiri dari 12 bintang dengan pergantian bulanan.

Di sisi lain, Pawukon yang terdiri dari 30 wuku memiliki siklus pergantian setiap minggu, dimulai dari hari Minggu hingga Sabtu. Awal periode Pawukon dimulai dengan Wuku Shinta pada minggu pertama dan berakhir dengan Wuku Watugunung pada minggu ketiga puluh. Setiap wuku memberikan pengaruh pada kelahiran manusia selama satu pekan atau tujuh hari, disesuaikan dengan pasaran (pon, wage, kliwon, legi, pahing).

Satu rotasi wuku terdiri dari 210 hari. Adapun 30 wuku tersebut antara lain Shinta, Landhep, Wukir, Kurantil, Tolu, Gumbreg, Warigalit, Warigagung, Julungwangi, Sungsang, Galungan, Kuningan, Langkir, Mandasia, Julungpujut, Pahang, Kuruwelut, Mrakeh, Tambir, Madangkungan, Maktal, Wuye, Manahil, Prangbakat, Bala, Wugu, Wayang, Kulawu, Dhukut, dan Watugunung.

Pemaknaan Karakter Manusia dalam Pawukon

Pawukon dianggap memiliki keunggulan dibandingkan horoskop versi lainnya. Selain memberikan gambaran umum mengenai kondisi fisik, karakter, atau sifat seseorang, setiap wuku juga memiliki kemampuan untuk mengetahui jenis nasib atau pantangan yang harus dihindari.

Penjelasan tentang keadaan fisik, karakter, dan sifat orang dalam setiap wuku disajikan melalui simbol-simbol seperti Dewa, burung, gedung, panji-panji, pohon atau kayu. Sedangkan nasib atau pantangan seseorang selalu diungkapkan melalui lambang sambekala.

Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai sifat-sifat manusia berdasarkan wuku kelahirannya yang diambil dari buku Feng Shui Jawa karya N.B. Susilo.

1. Sinta

Wuku Sinta dikuasai oleh Dewa Batara Yama Dipati dan memiliki simbol pohon kendayakan serta burung gagak. Orang yang lahir dalam wuku ini cenderung cemburu, keras kepala, memiliki hasrat besar, dan sering menghadapi hambatan tak terduga.

Meskipun tegas dalam memberikan perintah, mereka bersikap tenang di belakang dan sering menjadi tempat perlindungan bagi orang yang menderita. Orang dengan wuku Sinta dianggap cepat dalam menyelesaikan pekerjaan, lincah, suka pamer, dermawan, adil, dan kadang-kadang pelupa.

2. Landep

Wuku Landep berdewa Batara Mahadewa dengan simbol pohon kemedangan, angsana, serta burung merpati. Orang yang lahir dalam wuku ini cenderung dicintai oleh banyak orang, memiliki penampilan menarik, suka memuji, dan memberikan perintah dengan tegas.

Pemilik wuku ini juga diakui keahliannya, kemurahan hatinya, serta kecerdasan berpikirnya yang tajam. Namun, di sisi lain, ia terkadang kurang bersikap berterima kasih.

3. Wukir

Dewa yang menguasai wuku Wukir adalah Dewa Betara Mahayekti dengan simbol pohon beringin, burung sudang-sudang, dan weri. Karakteristik orang yang lahir dalam wuku ini mencakup sifat perangai yang sulit ditebak, kemurahan hati, kemampuan memerintah di berbagai situasi.

Selain itu, ia juga memiliki kemampuan merendah, berbicara dengan baik, penampilan menarik, diakui kebaikannya, serta kecerdasan dan keterampilan dalam segala pekerjaan. Namun, kadang-kadang, ia cenderung memamerkan kekayaannya, berperasaan, dan sering menghadapi kesulitan dalam kehidupan.

4. Kurantil

Dewanya adalah Dewa Betara Langsur dengan simbol pohon ingas dan burung perkutut. Orang yang lahir dalam wuku ini memiliki sifat keras kepala, besar nafsu, sering menghitung-hitung harta benda, suka tidur, pandai memikat hati orang, pasrah, dan sering mengalami kesulitan hidup meskipun mendapatkan bantuan dengan cepat.

5. Tolu

Wuku Tolu berdewa Betara Bayu dengan pohon Wijayamulya dan burung beranjangan sebagai simbolnya. Karakteristik pemilik wuku ini mencakup suka akan kebersihan, teguh pendirian, bicara dengan serius, suka berpergian dan berbelanja, serta penuh harapan.

Orang yang terlahir dalam wuku ini juga dikenal sebagai perwira yang cepat dan tangkas dalam menghadapi peristiwa genting, memiliki kemurahan hati, meski terkadang terlihat angkuh.

Itu dia serba-serbi mengenai Pawukon, horoskop tradisional dalam kebudayaan Jawa. Semoga bermanfaat!

Artikel ini ditulis oleh Jihan Nisrina Khairani Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(ams/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads