Ternyata Ini Arti 46 di Nama Gedung BNI Titik Nol Jogja

Ternyata Ini Arti 46 di Nama Gedung BNI Titik Nol Jogja

Mahendra Lavidavayastama, Galardialga Kustanto - detikJogja
Senin, 27 Nov 2023 10:39 WIB
Gedung BNI 46 Jogja
Gedung BNI 46 Jogja. (Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja)
Jogja -

Gedung BNI 46 yang berlokasi di dekat Titik Nol Kilometer Jogja ternyata sempat menjadi kantor asuransi Belanda dan kantor radio zaman pendudukan Jepang. Tahukah kamu arti 46 di belakang nama bank pelat merah itu? Simak selengkapnya di sini.

Ternyata angka 46 di belakang nama BNI itu merupakan tahun peresmian bank tersebut. Hal ini disampaikan Pamong Budaya Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Yunanto Eko Prabowo yang menyebut jika tahun peresmian Bank BNI tersebut di tahun 1946.

"(Diresmikan) Tahun 1946, sejak diresmikan, BNI 46 mulai beroperasi dan berkembang di seluruh Indonesia setelah dari MAVRO tadi," jelas Yunanto saat ditemui di Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Selasa (21/11/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, dikutip dari situs Dinas Kebudayaan Kota Jogja, pada 5 Juli 1946 gedung BNI 46 resmi beroperasi sebagai bank atas prakarsa Margono Djojohadikusumo.

Keputusan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1946 dengan tujuan kelancaran ekonomi dan keuangan masyarakat Jogja. BNI 46 kemudian diresmikan oleh Wakil Presiden, Mohammad Hatta dan sejak saat itu bank-bank BNI mulai beroperasi dan berkembang di Indonesia.

ADVERTISEMENT

Kisah Gedung BNI 46 Era Kolonial-Pendudukan Jepang

Sebelum menjadi Gedung BNI 46, bangunan yang terletak di Jalan Pangurakan Nomor 1, Ngupasan, Gondomanan, Kota Jogja, ini sempat difungsikan sebagai kantor asuransi Belanda bernama Nederlandsch Indische Levensverekeringen en Lijfrente Maatschappij atau yang di singkat NILLMIJ.

"Nah salah satunya ini gedung BNI 46 yang dulunya sebagai kantor asuransi di Belanda itu namanya NILLMIJ," jelas Yunanto.

Selain sebagai kantor asuransi, gedung ini juga digunakan untuk kantor dagang dan juga makelar Belanda. Oleh karena itu, dalam satu gedung terdapat beberapa perusahaan di dalamnya.

"Jadi kita lihat disini ada NHM (Nederlandsch Handel Maatschappij) ini kantor dagang, Escompto Maatschappij (lembaga keuangan swasta kedua setelah Bank of Java), dan juga bank makelar Buyn & Co, jadi beberapa perusahaan ada di satu kantor," terangnya.

Kemudian, saat Jepang menduduki Jogja, Gedung BNI 46 digunakan untuk sebagai radio Jepang.

"Kemudian pada saat Jepang itu menduduki Jogja ini digunakan tentara Jepang sebagai kantor radio Jepang dengan nama Hoso Kyoku. " cerita Yunanto.

Namun, semenjak kekalahan Jepang, gedung tersebut kemudian difungsikan sebagai studio siaran radio MAVRO. MAVRO ini lah yang menjadi cikal bakal lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI).

"Pasca-kekalahan Jepang lalu dimanfaatkan sebagai siaran radio Mataramsche Vereeniging voor Radio Omroep (MAVRO). Itu yang dulu disini, yang menjadi cikal bakal RRI. Pada masa itu RRI Jogja juga dinamakan sebagai radio perjuangan karena turut mengambil peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia," pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama dan Galardialga Kustanto Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.




(ams/sip)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads