Kisah Makam Kuno di Ngawen Gunungkidul, Disebut Istri-Putra Brawijaya V

Round-Up

Kisah Makam Kuno di Ngawen Gunungkidul, Disebut Istri-Putra Brawijaya V

Tim detikJogja - detikJogja
Minggu, 26 Nov 2023 06:00 WIB
Kompleks pemakaman Migit di Padukuhan Gelaran, Kalurahan Kampung, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul. Foto diunggah pada Sabtu (25/11/2023).
Kompleks pemakaman Migit di Padukuhan Gelaran, Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul. Foto diunggah pada Sabtu (25/11/2023). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja
Jogja -

Puluhan makam tua tampak berjejeran di kompleks permakaman Migid, Padukuhan Gelaran, Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul. Pemakaman yang berada di lereng gunung dan dikelilingi pepohonan tersebut dipercaya terdapat peristirahatan istri dan putra Prabu Brawijaya V.

Pantauan detikJogja, pada Jumat (24/11/2023), untuk menuju ke kompleks makam tersebut dapat menggunakan sepeda motor maupun dengan berjalan kaki dari permukiman terdekat dengan jarak sekitar 300 meter. Jalan berupa tanah dan bebatuan itu hanya dapat dilalui satu sepeda motor dan kondisinya licin di saat hujan.

Meski terdapat di satu kompleks, makam yang dipercaya sebagai istri Prabu Brawijaya V dan putranya itu terpisah sekitar lima meter. Makam istri Prabu Brawijaya V itu terletak di tengah kompleks permakaman. Sedangkan makam putranya terletak di sebelah pinggir barat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi makam istri Prabu Brawijaya V itu tampak terawat dan diperbarui. Tampak permukaannya berwarna hitam dari batu lebih baru daripada makam putranya dan telah diplester di sekitarnya meski terdapat beberapa helai retakan. Begitupun dengan nisannya yang tampak seusia dengan permukaan makam tersebut.

Berbeda dengan makam putranya yang sudah berongga di sejumlah sisi. Terdapat setidaknya tiga rongga di makam tersebut, yakni di sisi timur, selatan dan utara bawah.

ADVERTISEMENT

Menurut Ngatino (53), warga asal Padukuhan Kampung Kidul, Kalurahan Kampung, kedua makam tersebut dipercaya telah ada sekitar 500 tahun lalu, tepatnya usai keruntuhan kerajaan Majapahit di tahun 1478.

"Dari tutur si mbah-mbah itu, kalau beliau (istri dan putra Prabu Brawijaya V) dimakamkan di sini, sudah adanya makam ini sekitar 500-an tahun setelah 1478 yang jelas," papar Ngatino kepada detikJogja di lokasi, Jumat (24/11/2023).

Kompleks pemakaman Migit di Padukuhan Gelaran, Kalurahan Kampung, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul. Foto diunggah pada Sabtu (25/11/2023).Kompleks pemakaman Migit di Padukuhan Gelaran, Kalurahan Kampung, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul. Foto diunggah pada Sabtu (25/11/2023). Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja

Lebih lanjut, menurut Ngatino, nama istri Prabu Brawijaya V dikenal dengan sebutan Dewi Roro Resmi atau Wandan Kuning. Bahkan, hal itu telah dipercaya secara turun-temurun.

"Dari masyarakat sini yang sudah tahu dari dulunya ini katanya Dewi Roro Resmi atau juga bisa disebut Wandan Kuning. Ini tutur dari semua masyarakat Candi, sudah mengamini ini dari si mbah-mbah," tuturnya.

Sementara itu, menurut Sumardi (48), warga asal Padukuhan Kampung Kidul, putra dari Wandan Kuning dikenal dengan nama Raden Joko Lambiro. Sumardi juga mengatakan, kemungkinan terdapat penyebutan lain dari Joko Lambiro itu.

"Nama yang dipercaya sama orang sini kalau putranya Dewi Resmi diamini dengan nama Raden Joko Lambiro. Mungkin nanti sebutan lainnya juga ada karena ketika nanti orang itu mengasingkan diri dalam rangka menyelamatkan diri, otomatis nggak mungkin memakai nama asli itu," paparnya.

Lebih lanjut dijelaskan Ngatino bahwa kedatangan Wandan Kuning dan putranya ke daerah tersebut, dipercaya karena pelarian dari keruntuhan Majapahit.

"Dari rakyat sini tahunya putri pelarian dari keraton Majapahit itu," jelasnya.

Selain itu, menurut Sumardi, hal itu diperkuat dengan adanya petunjuk yakni tombak Kyai Totok. Tombak tersebut, kata Sumardi, merupakan petunjuk sebagai utusan Prabu Brawijaya V.

"Sebelum itu kan ada colok-colok, petunjuk-petunjuk, Prabu Brawijaya V mengutus keluarganya ke sini. Itu tidak sak-sak e (semena-mena) kan gitu, yang kami tuangkan itu di cerita tentang Ngawen Bumi Totogan. Beliau (Prabu Brawijaya V) tetap ngasih tanda, tetenger, salah satunya tombak Kyai Totok yang ada di sini," jelasnya.




(cln/dil)

Hide Ads