Kotagede sebagai bekas ibu kota Kerajaan Mataram Islam meninggalkan berbagai peninggalan jejak sejarah, salah satunya, Sendang Seliran. Sendang Seliran merupakan sebuah mata air yang menyerupai kolam pemandian.
Sendang ini terletak di sebelah selatan kompleks Makam Raja-raja Mataram Kotagede tepatnya di Sayangan, Jagalan, Banguntapan, Bantul. Konon sendang ini digunakan sebagai tempat bersuci sejak era Panembahan Senopati.
Abdi dalem Jogja bagian makam, Sutono Dauzan menjelaskan awalnya sendang seliran dibuat dengan tujuan untuk bersuci ketika hendak beribadah ke masjid. Sendang ini dulunya digunakan oleh keluarga Kanjeng Panembahan Senopati beserta istri dan anak-anaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena dulu belum ada sandal, setelah bersuci dari sendang nanti cuci kakinya di masjid ada kolamnya. Jadi mengapa di sekitar masjid ada kolamnya karena dulu bersucinya di sendang terus sholatnya di masjid. Jadi ada batasan yang membuat kaki kotor, maka masjid di kasih kolam untuk membasuh kaki," jelas Sutono saat ditemui detikJogja di Sendang Seliran, Bantul, Rabu (15/11/2023).
Makna Sendang Seliran
Sutono menjelaskan sebenarnya Sendang Seliran memiliki nama Sendang Salira. Salira dalam bahasa Jawa memiliki arti pribadi.
"Dan sebenarnya namanya itu salira bukan seliran. Jadi kalau seliran kan identik dengan kata selir, kalau salira itu pribadi," jelasnya.
Soal tahun pembuatan Sendang Seliran, Sutono mengaku tidak tahu pasti. Namun dapat ditelusuri dari pembangunan masjid, menurutnya, sendang ini dibangun antara tahun 1587 pada masa pemerintahan Kanjeng Panembahan Senopati.
"Kalau yang di sendang tidak ada tahun pembuatannya, yang ada kan masjid itu yang bangunan inti selesai pembangunannya 1601," jelas dia.
"Jadi masjid ini dibangun tiga raja, 1601, 1645, sampai terakhir dipugar lagi 1903. Sendang itu kan eranya Kanjeng Panembahan Senopati jadi antara tahun 1587 masa-masa pemerintahan Kanjeng Panembahan Senopati," imbuhnya.
![]() |
Ada Sendang Putri dan Sendang Kakung
Sendang seliran terdiri atas dua area, yaitu Sendang Kakung di bagian barat dan Sendang Putri di bagian selatan. Hal ini dibuat dengan tujuan untuk memisahkan antara laki-laki dan perempuan ketika bersuci.
"Laki-laki lebih di depan dan perempuan letaknya di belakang. Terus di sendang perempuan ada bangsal. Jadi kalau perempuan itu mandi bersuci pasti kalau dulu menggunakan basahan. Jadi nanti ada proses istirahatnya kalau laki-laki kan nggak jadi tidak ada bangsalnya," ujar Sutono.
Mata air dari kedua sendang ini pun berbeda. Sendang Kakung berasal dari mata air yang mengalir tepat di bawah makam dan masuk melalui lubang saluran di bawah sendang sebelah utara. Sementara Sendang Putri bersumber dari mata air bawah pohon beringin.
"Nggak, itu beda (sumber mata airnya). Kalau ini (Sendang Kakung) mata airnya dari bawah batu ini kalau yang Sendang Putri itu dulu ada pipa yang menyambungkan ke pipa bawah pohon beringin. Sendang Putri itu mata airnya dari pohon beringin," jelasnya.
Baik Sendang Kakung maupun Sendang Putri dilengkapi dengan kamar kecil. Namun saat ini kamar kecil ini sudah tidak dipakai lagi.
"Jadi kalau istilahnya di kamar mandi itu tidak boleh buang hajat, harus pisah. Jadi kamar mandi itu harus suci. Kalau mandi di sendang, semua aktivitas membuang sesuatu ya di kamar kecil, jelas Sutono.
Ada Bulus dan Lele
Di dalam sendang ini terdapat dua hewan yang harus ada dan lestari, yaitu lele dan bulus. Dulunya di Sendang Putri terdapat bulus yang berukuran satu meter, namun saat ini sudah mati dan dikubur tidak jauh dari sendang kakung.
Selengkapnya sumber mata air dari bekas tancapan tongkat Panembahan Senopati.
Sumber Mata Air dari Tancapan Tongkat Kanjeng Panembahan Senopati
Sutono menyebut konon Kanjeng Panembahan Senopati menancapkan tongkatnya untuk mencari sumber mata air. Penemuan pertama titik air itu diketahui terletak di Sendang Kakung.
"Kalau yang sendang itu kan ada sejarahnya. Dulu waktu menancapkannya di sini (Sendang Kakung). Jadi ada sebuah cerita makanya dibuat seperti ada rumahnya. Karena di situ dulu ada cerita Kanjeng Panembahan Senopati menancapkan dan ditemukanlah mata airnya di situ," jelas Sutono.
Sutono menuturkan jika awalnya air yang dianjurkan untuk dibawa pulang oleh para tamu hanyalah air yang berasal dari Sendang Kakung. Namun karena banyaknya permintaan dari tamu maka sumur yang ada di Sendang Putri pun akhirnya dibuka.
"Itu sebetulnya kalau yang putri dulu ditutup sumurnya, nggak dibuka seperti sekarang. Karena yang untuk dibawa pulang dulu kan sejarahnya yang sendang laki-laki dari tancapan Kanjeng Panembahan Senopati dulu yang dianjurkan itu. Tapi sekarang banyak tamu yang minta di mata airnya yang sendang putri. Itu darurat karena banyaknya permintaan air dari mata air terus dibuka," katanya.
![]() |
Sampai saat ini Sendang Seliran masih digunakan orang-orang sebagai tempat bersuci dan bersih-bersih. Bahkan, setiap malam 1 Sura sendang ini ramai dikunjungi orang-orang untuk melakukan mandi besar.
"Kalau malem banyak. Di sini itu orang Jawa mandi besar identik jam 00.00 WIB. Itu belum bisa lepas dari tradisi. Jadi tradisi mandi besar malem itu masih lekat. Seumpama kalau mau salat tahajud mandi besar dulu," tuturnya.
"Kalau 1 Sura itu sampai pagi Dari sore sampai pagi itu yang mandi banyak. Karena keyakinan mereka kalau 1 suro ya harus mandi 7 mata air," pungkasnya.
Artikel ini ditulis oleh Iis Sulistiani dan Novi Vianita Peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030