Mengenal Sengkalan, Rangkaian Kata Penanda Waktu

Mengenal Sengkalan, Rangkaian Kata Penanda Waktu

Paradisa Nunni Megasari - detikJogja
Senin, 23 Okt 2023 18:47 WIB
Sengkalan Dwi Naga Rasa Tunggal (Situs resmi Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat/kratonjogja.id)
Mengenal Sengkalan, Rangkaian Kata Penanda Waktu. Foto Sengkalan Dwi Naga Rasa Tunggal (dok. kratonjogja.id)
Jogja -

Ada banyak tradisi masyarakat Jawa yang menarik untuk dipelajari selain aksara Jawa, parikan, paribasan, dan sengkalan. Lantas, apa itu sengkalan? Simak pengertiannya berikut ini.

Mengutip laman resmi Dinas Kebudayaan Jogja, sengkalan adalah penanda waktu. Adapun kosa kata lain untuk menyebut sengkalan adalah chronogram. Chronogram berasal dari dua kata, yakni chrono yang bermakna waktu, dan gram yang berarti gambar atau tulisan.

Sebagai contoh, rangkaian kata 'kaluwihaning yaksa salira aji', jika dimaknai dengan sengkalan, maka menunjukkan tahun 1851 tahun Saka atau 1921 Masehi. Bagaimana bisa? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Sengkalan

Dikutip dari laman kratonjogja.id, sengkalan adalah penanda waktu dalam bentuk rangkaian kata. Setiap kata dalam rangkaian tersebut mewakili sebuah angka. Untuk mendapatkan tahun yang dimaksud, maka detikers harus membaca rangkaian kata tersebut secara terbalik, dari belakang ke depan.

Awal mula munculnya sengkalan sendiri diyakini bermula dengan masuknya perhitungan tahun Saka yang dibawa oleh Aji Saka. Jika mengikuti teori ini, maka asal kata sengkalan adalah Cakakala yang bermakna perhitungan waktu menurut tahun Saka. Dalam perkembangan selanjutnya, kata Cakakala tersebut berubah menjadi sakala, sengkala, dan sengkalan.

ADVERTISEMENT

Masuknya Islam turut memberikan pengaruh pada sengkalan. Islam menggunakan tanggalan yang didasari dengan peredaran bulan, sedangkan tahun Saka didasarkan pada peredaran matahari.

Sengkalan kemudian dibagi menjadi dua, yakni Candrasengkala dan Suryasengkala. Candrasengkala adalah penanda tahun yang menggunakan bulan sebagai rujukannya dan merujuk pada tahun Jawa. Sedangkan suryasengkala merujuk pada tahun Masehi.

Bentuk Sengkalan

Dikutip dari laman budaya.jogjaprov.go.id, sengkalan terbagi menjadi dua bentuk, yakni sengkalan lamba dan memet. Sengkalan lamba adalah tipe sengkalan sederhana berbentuk rangkaian kata, sedangkan sengkalan memet (rumit) dapat berbentuk gambar, relief, atau patung.

Penafsiran sengkalan memet akan lebih rumit jika tidak dibarengi sengkalan lamba-nya. Hal ini dikarenakan tidak adanya aturan baku untuk membaca rangkaian visual pada sengkalan memet.

Watak Bilangan Sengkalan

Untuk dapat mengungkap rahasia tahun yang berada di balik sebuah sengkalan, detikers perlu memahami watak setiap kata. Sebagai contoh, kata 'api' menyimpan makna bilangan 3. Mengapa demikian? Karena kata 'api' berkaitan dengan Sang Hyang Dahana yang bercahaya tiga, yakni merah, kuning, dan biru.

1. Watak Bilangan 0

Kosa kata yang termasuk dalam watak bilangan 0 adalah kata yang memiliki arti kosong, hilang, atau berhubungan dengan langit/surga. Contoh katanya seperti sonya (sepi), nir (tanpa), akasa (angkasa), dan tawang (langit).

2. Watak Bilangan 1

Kata-kata yang memiliki watak bilangan satu adalah yang berarti satu atau tunggal. Contohnya, niyata (nyata), rahayu (selamat), janma/jalma (manusia), suta (anak), nata (raja), candra (bulan), kartika (bintang), surya (matahari), bumi, kaluwihaning, aji, dan Gusti (Allah).

3. Watak Bilangan 2

Syarat sebuah kata untuk dapat masuk kategori bilangan dua adalah yang bermakna dua atau sepasang. Contohnya seperti netra (mata), asta (tangan), nembah (menyembah), lar (sayap), talingan (telinga), samparan (kaki), jengku (lutut), dan wentis (paha).

4. Watak Bilangan 3

Kosa kata yang masuk dalam kategori ini adalah yang memiliki arti tiga, berhubungan dengan pengetahuan, atau berhubungan dengan api. Contohnya tri (tiga), kawruh (pengetahuan), wignya (pandai), dahana (api), pawaka (api), uta (lintah), arang, dan korek.

5. Watak Bilangan 4

Yang termasuk dalam watak bilangan empat adalah kata yang berarti empat atau berhubungan dengan air. Contohnya adalah catur (empat), toya (air), jladri (laut), tirta (air), wening (jernih), dan sagara (laut).

6. Watak Bilangan 5

Kata berwatak bilangan 5 adalah kata yang memiliki arti lima, berhubungan dengan angin, raksasa, atau peralatan perang. Contohnya adalah panca (lima), indri (angin), yaksa (raksasa), jemparing (panah), cakra (sejenis senjata), dan bana (hutan besar).

7. Watak Bilangan 6

Kata-kata dalam kategori ini memiliki arti enam, berhubungan dengan rasa, atau yang bergerak/bergoyang. Contohnya adalah lona (pedas), sarkara (manis), anta (hambar), getir (pahit), sad (enam), obah (bergerak), dan winayang (digerakkan)

8. Watak Bilangan 7

Watak bilangan 7 berisikan kata-kata yang berarti tujuh, berhubungan dengan pendeta, nasehat, gunung, atau yang berhubungan dengan tunggangan. Contohnya adalah sapta (tujuh), wulang (nasehat), ardi (gunung), dan resi (pendeta)

9. Watak Bilangan 8

Memiliki arti delapan atau berhubungan dengan gajah atau reptil. Contohnya adalah astha (delapan), liman (gajah), baya (buaya), naga (naga), pujangga, dan salira.

10. Watak Bilangan 9

Kata dalam kategori ini harus memiliki arti sembilan, berhubungan dengan lubang, gerbang/pintu, atau membuka/terbuka. Contohnya adalah nawa (sembilan), guwa (goa), gapura (gerbang), kori (pintu), dan ambuka (membuka).

Contoh Sengkalan

Mengutip dari laman Museum Ullen Sentalu, ullensentalu.com, lambang Praja Cihna Keraton Jogja mengandung sengkalan. Sengkalannya adalah memet dengan bunyi 'kaluwihaning yaksa salira aji'.

Kata kaluwihaning muncul dari daun pohon kluwih yang bermakna 1, yaksa terlihat dari kemamang dan bermakna 5, salira atau binatang melata mengandung makna 8, dan aji yang berasal dari aksara 'ha' dan 'ba' bermakna satu. Alhasil, sengkalannya dibaca 1851 Saka atau 1921 Masehi.

Demikian penjelasan terkait arti sengkalan, sejarahnya, bentuk-bentuknya, hingga watak bilangan sengkalan. Semoga bermanfaat, ya, detikers!




(aku/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads